Enaknya ngomong! Itulah yang dikatakan oleh penulis yang tidak menemukan asyiknya menulis. Mereka cenderung untuk tidak mau berusaha maju. Prinsipnya, orang lain makan nasi, kita juga makan nasi. Lalu, jika demikian, orang lain bisa menulis, kita pun juga harus bisa menulis.
Enaknya ngomong, asyiknya ngobrol, Ya! Selama apa yang kita tulis bukan untuk jurnal ilmiah, atau liputan berita, dan meski memerlukan waktu yang sedikit agak lama. Semuanya bisa melakukannya. Tulis apa saja yang kala itu ada dalam pikiran kita, terus lakukan. Pasti akan muncul sebuah tulisan. Mungkin awalnya tidak mengalir dan tidak berurutan ceritanya, tapi dengan terus melakukan kegiatan menulis, kemudian membaca dan mengadakan ’editing’ terhadap tulisan yang dianggap ’tidak nyambung’, maka akan ketemu susunan huruf menjadi sebuah kata, dari kata menjadi kalimat, terus paragraf, dan berlanjut menjadi sebuah bab. Nah sudah jadi dech kalau sudah dapat menjadi sebuah bab.
Seperti halnya nge-blog, untuk mengisinya seseorang tidak harus menulis tulisan yang rapi dan sesuai dengan struktur kalimat. Bahkan banyak blog yang tidak lebih hanya sebagai tempat corat-coret pengganti kertas. Blog juga banyak digunakan untuk “mencurahkan isi hati”. Bukan untuk membuat situs berita. Bukankah saat kita curhat, cukup mengalir omongan kita. Gak mikirin tata bahasa.
Begitulah trik menulis pertama kali. Pokoknya tulis dulu. Abaikan kosakata dan tata bahasa. Baru setelah tulisan itu selesai, bisa dibaca kembali dan perbaiki beberapa kesalahan tulis atau ejaannya.
ILMU AIR, YA MENGALIR
Untuk bisa menjadi penulis pemula, seorang seharusnya memiliki dasar kecerdasan linguistik yang kuat, sehingga mungkin tidak memerlukan waktu lama dalam belajar menulis. Atau mungkin sejak kecil keinginan untuk tulis-menulis sudah ada.
Namun, bagi orang yang kurang memiliki kecerdasan lingustik, seperti saya (buktinya, hanya menguasai dua bahasa: Indonesia dan Jawa), belajar menulis perlu ketekunan, kesabaran, dan ketelatenan dalam mewujudkan impian tersebut. Seperti apa? ya menulis dan terus menulis. Pokoknya tiada hari tanpa memiliki tulisan! Walaupun itu hanya satu paragraf.
Sebagaimana dalam bukunya Om Hernowo, bab pertama yang disampaikan adalah tentang tulisan yang mengalir. Hal itu dianggap penting, karena disitulah tulisan itu akan menunjukkan enaknya dibaca atau tidak. Prinsipnya tidak ’mbulet’ atau bahasa kerennya membingungkan pembaca.
Untuk dapat membuat tulisan yang mengalir adalah dengan membiasakan menulis. Berbeda dengan bicara, tanpa melihat tema, persoalan, dan waktu, semua bisa diungkapkan. Tidak sama dengan menulis, bagaimana tulisan itu ada kesesuaian dengan pokok bahasan, waktu kejadian dan seterusnya. Sehingga pembaca benar-benar menikmati sebuah tulisan yang disajikan.
Dalam menulis bagi penulis pemula, lepaskan masalah-masalah kualitas, hilangkan keraguan menulis, segera mulai menulis… dan menulis setiap hari kala ada waktu senggang! Tentang apa saja! Biarkan mengalir… dan Anda nantinya akan menemukan bentuk tulisan Anda sendiri. Seandainya sudah suntuk dengan ide, buatlah tulisan macet-macet-macet berkali-kali… dan sudahi untuk hari itu menulis. Kemudian carilah bacaan yang membuat hati Anda senang. Membaca.... dan membaca.... jangan lupa terus dilakukan.
Dari membaca itulah, Anda akan mendapatkan banyak hal. Membaca, jangan sekedar ingin mengetahui isi atau cerita dalam buku saja. Lebih dari itu, bagaimana bentuk susunan kalimat, bagaimana mengembangkan sebuah tema menjadi sebuah tulisan yang panjang. Dari membaca ini, maka secara tidak langsung akan menambah kosakata Anda. Selamat Menulis!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar