BROSUR PMC Cell - Klik Gambar di Bawah Ini

BROSUR PMC Cell - Klik Gambar di Bawah Ini
PMC Cell - Master Pulsa Electric

Menggapai Kemuliaan Muslimah dengan Bimbingan Salaful Ummah

Jumat, 30 Oktober 2009

Ada Poligami di Hati Lelaki

Bicara masalah Poligami, ternyata tidak akan pernah ada habisnya. Banyak hal yang perlu dikupas dan dikaji lebih mendalam lagi, sehingga seseorang itu paham dan mengerti arti sebenarnya dari Poligami. Tidak sekedar tahu cerita, baik itu senang maupun susahnya.

Padahal, jika dikaji lebih jauh, Poligami lebih menguntungkan pihak wanita. Kenapa demikian, karena dengan pekerjaan sebagai ibu rumah tangga yang sebegitu banyak, belum lagi mengurus anak, maka dengan adanya lebih dari satu wanita (sebagai istri -red) maka beban yang banyak itu akan terasa ringan jika dikerjakan dengan pembagian itu.

Itulah kenapa dalam Islam diperbolehkan seorang laki-laki itu memiliki istri lebih dari satu. Setidaknya, ada yang bagian menyapu, memasak, mencuci baju, dan seterusnya. Tapi jika tidak, maka pekerjaan sebanyak itu hanya dikerjakan sendiri, dan ujung-ujungnya lelah dan berakhir dengan kericuhan dalam rumah tangga. Tidak hanya itu, istri pun tidak sempat bersolek untuk suaminya, karena sibuk dengan pekerjaan rumah tangga.

Dari sinilah, maka akan timbul yang namanya perselingkuhan. Bahasa perselingkuhan, merupakan perhalusan bahasa dari kata perzinahan. Meski selingkuh, itu pun tidak ubahnya seorang lelaki yang pergi ke lokalisasi. Ujung-ujungnya juga perbuatan zina. Hal ini terjadi, sebenarnya tidak hanya pihak suami yang disalahkan. Tapi dari pihak istri pun juga memberikan 'peluang' kepada suami untuk berbuat yang demikian.

Lho kok bisa? Tentu bisa, soalnya saat di rumah si istri jarang -bahkan nyaris tidak pernah- bersolek. Jika pun pernah, sebagian besar hanya untuk keperluan ke luar rumah. Misalnya ke pengajian, arisan, ke mall, ke pasar dan sebagainya. Sedangkan saat di rumah, yang ada si istri sudah bau trasi, atau bau asap dari api elpiji.

Wanita Penyebab Suami Selingkuh
Tidak jarang kita mendengar istilah selingkuh -bukan Selingan Indah Keluarga Utuh lho!- Istilah yang kini lagi ngetren, tidak hanya dikalangan orang biasa, PNS, pejabat, atau bahkan anggota dewan pun ada yang terjangkiti 'virus' ini.

Istilah halusnya memiliki WIL (wanita idaman lain). Kenapa hal itu terjadi? Ini bukan untuk menghakimi wanita yang selalu disalahkan, tapi mengungkap fakta dibalik kejadian yang sebenarnya. Suami melakukan selingkuh atau ke lokalisasi, karena mereka merasa takut akan mengungkapkan untuk ijin ber-Poligami. Soalnya, sebagian besar wanita beranggapan bahwa Poligami itu tabu untuk dibicarakan apalagi dilaksanakan.

Nah! Disinilah peran istri juga menentukan, kenapa suami suka selingkuh atau ke lokalisasi. Ini juga peran istri untuk membuka api neraka dalam keluarga. Lho kok bisa? Jelas bisa, pasalnya si istri tidak mau suaminya nikah lagi alias melaksanakan Poligami. Padahal, jika si istri mengijinkan, kemungkinan suami untuk selingkuh atau 'jajan' di luar dapat dicegah.

Tapi hingga kini belum ada keikhlasan istri untuk 'berbagi' cinta (baca: suami) dengan wanita lain. Padahal, dalam Islam sudah dijelaskan agar kita ummat Islam untuk memperbanyak ummat.

Untuk itu, bagi para istri, renungkanlah! Jangan karena kecintaan dunia membuat mata hati buta akan keberadaan akhirat yang telah dijanjikan oleh Allah. Jannah (surga) telah disiapkan, bagi mereka yang menurut pada suami, selama itu tidak melanggar norma-norma agama. Dan Istri yang baik adalah istri yang sholihah.

Rabu, 28 Oktober 2009

Kiamat Sudah Dekat















Tanggal 12 Desember 2012, disebut-sebut sebagai kiamat dan berakhirnya dunia ini. Jika kita cermati, maka ini hanya rekayasa manusia yang hanya mencari keuntungan pribadi dan ketenaran semata. Bagaimana hal itu bisa? Masihkah kita ingat saat mereka yang mengaku 'para pemilik' indra keenam menyatakan kiamat akan terjadi pada tangga 9 September 1999. Hanya dengan analisa pertemuan angka 09091999, mereka menyatakan akan terjadi sesuatu yang maha dahsyat.

Tapi apa yang terjadi, semua prediksi itu lebur oleh sang waktu. Waktu-lah yang akan berbicara. Adalagi yang menyatakan tanggal berapa lagi kiamat, ternyata hal itu pun kandas. Kini muncul lagi analisa yang dari mana asalnya, menyatakan tanggal 12 Desember 2012, akan terjadi kiamat. Hasil analisa saya, mereka hanya menggunakan tanggal yang sebagian besar triple. Demikian juga dengan tanggal tersebut, yakni 12122012.

Jika kita umat Islam, tentu kita tahu, bahwa kiamat itu ada dua, yakni kiamat sughro (kecil) dan kiamat Kubro (besar). Kiamat kecil, sebagian besar manusia juga telah mengalaminya, yakni saat nyawa mereka dicabut dari raga. Nah! inilah yang dinamakan kiamat kecil. Sementara kiamat Kubro adalah hancurnya semesta alam ini.

Kiamat yang kedua ini, dapat terjadi karena juga ulah manusia yang telah meninggalkan agamanya, kemaksiatan sudah terjadi di mana-mana, pemimpin yang tidak adil, dan masih banyak lagi.

Dalam sebuah Hadits disebutkan: "Islam datang dalam keadaan asing, dan akan kembali asing pada saatnya nanti. Maka berbahagialah bagi mereka yang dianggap asing (di muka bumi)".

Ini menunjukkan, bahwa jika orang yang memegang teguh agama sudah dianggap asing, dan mereka mencela serta menghinanya. Maka ini salah satu dari sekian banyak tanda-tanda kiamat. Tidak hanya itu, orang yang berkecimpung dalam dunia lokalisasi (pelacuran) dibiarkan, sementara orang yang beribadah dan berdakwah diawasi (seperti saat gencarnya isu bom dan teroris), Kapolri menyatakan untuk mengawasi dakwah di tempat-tempat ibadah.

Sebagaimana kita ketahui, perjudian, pelacuran, orang tua menghamili anaknya, anak berani sama orang tua, atau kejadian-kejadian aneh yang tidak wajar yang ditunjukkan oleh alam, bisa jadi merupakan tanda-tanda kiamat. Tapi dalam Al-Qur'an telah dijelaskan, bahwa masalah kiamat merupakan rahasia Ilahi. Jadi tidak ada yang tahu kapan kiamat itu akan terjadi. Yang pasti kiamat itu akan datang pada kita semua.

Dan yang pasti kiamat itu tidak lagi sudah dekat, Kiamat Makin Dekat. Karena waktu terus berputar, hari terus berganti, dan sang surya juga akan kehilangan sinarnya. Untuk itulah marilah kita terus berbuat kebajikan untuk menyongsong hari penghitungan (hisab) ini.

Dan pada tanggal 12 Desember 2012, Insya Allah juga benar terjadi kiamat. Yakni kiamat syughro, kiamat kecil seperti kematian. Karena kiamat kubro hanya Sang Kholiq yang tahu. Jika kiamat syughro, di dunia setiap jam berapa orang meninggal?

Inayah, Perusak Keharmonisan Rumah Tangga

Jangan salah persepsi dulu! Inayah di sini bukan seorang gadis penggoda, juga bukan gadis cantik nan seksi. Juga bukan (maaf) janda cantik nan genit yang lama tidak merasakan sentuhan tangan seorang lelaki. Tapi Inayah di sini adalah sebuah judul sinetron yang ditayangkan di televisi swasta, Indosiar.

Sebelumnya, judul sinetron ini adalah 'Hareem', karena mendapat teguran dari KPI (Komisi Penyiaran Indonesia) dan beberapa tokoh agama, akhirnya judulnya diganti dengan Inayah. Meski demikian, tayangannya tidak berubah. Selain itu, ceritanya mulek (baca: membingungkan). Kenapa membingungkan? Karena yang isinya meluluh pertengkaran, iri, dengki, bahkan mengajari perbuatan yang tercela seperti meracuni atau bahkan mencelakai anggota keluarga sendiri.

Salah satunya, saat adegan pemotongan slang (pipa) LPG. Bagaimana sinetron ini 'meracuni' pemirsanya untuk selalu debat kusir, saling cemburu, dan menyingkirkan satu dengan yang lainnya.

Jelas di sini adanya unsur pemutarbalikan fakta. Maksud saya, dalam agama manapun dan dalam kitab manapun, yang namanya hidup berumah tangga adalah untuk menciptakan keharmonisan rumah tangga, saling berbagi, saling pengertian, saling menjaga perasaan, atau pun saling tolong-menolong dalam kehidupan berumah tangga.

Jadi jelaslah, dalam sinetron Inayah itu, ada semacam 'pencekokan' nilai-nilai kebencian di dalam rumah tangga. Ini tidak dapat disangkal lagi, pasalnya apa yang menjadi tontonan dan kehiduapn disekitarnya akan sedikit banya mempengaruhi prilaku seseorang. Jelas pula sinetron Inayah tidak mendidik, tidak memberikan bimbingan yang positif.

Alangkah baiknya jika sang sutradara memperhatikan itu. Disamping itu, alangkah bijaksananya jika para pemain (artis/aktor) sinetron itu memperhatikan bobot dan alur cerita sebelum teken kontrak. Bukan sekedar hanya memburu honor (HR) yang gedhe tanpa memperhatikan norma dan efek yang ditimbulkan dari sinetron tersebut.

Dari beberapa episode sinetron Inayah, tampak jelas tujuannya adalah menyoroti salah satu persoalan yang saat ini menjadi perbincangan orang banyak, yakni isu POLIGAMI. Tapi mengapa di sinetron itu digambarkan, dalam rumah tangga yang suaminya lebih dari satu itu penuh konflik. Tidakkah kita dapat mengaca pada kehidupan yang lebih positif. Coba potren kehidupan poligaminya Puspo Wardoyo, yang sukses dengan mengembangkan warung Ayam Bakar Wong Solo.

Bahkan di Kertosono, Jawa Timur, juga ada seseorang yang sebelumnya memiliki satu istri kehidupannya biasa-biasa saja. Tapi saat ia memutuskan untuk menambah istri satu lagi, kehidupannya semakin baik. Dan akhirnya istri pun menyetujui jika suaminya beristri empat (Poligami). Ini tidak pernah diekspos, tidak pernah diangkat dalam sebuah sinetron yang berdasarkan kisah nyata.

Sayangnya, sinetron hanya mengambil sisi negatifnya dan itu hanya berupa rekayasa belaka. Jika mau jujur, setiap lelaki pasti ingin memiliki lebih dari satu istri. Jika mau sadar, saat ini perselingkuhan dimana-mana, prostitusi pun merajalela. Jika itu terus dibiarkan, semua pun akan menerima akibatnya.

Sinetron Inayah, merupakan 'penghinaan' kepada Islam, yang notabene memperbolehkan poligami. Sinetron Inayah, perupakan ajang untukmengadu domba diantara anggota keluarga. Sadar atau tidak, yang saban hari berada di depan televisi menyaksikan sinetron ini, langsung atau tidak langsung, lambat laun akan terpengaruh juga dengan kebencian dan pembodohan terhadap masyarakat.

Sadarlah bagi sutradaranya, pemainnya dan seluruh pihak yang terlibat didalamnya. Jika sampai ada keluarga yang berantakan gara-gara melihat sinetron Inayah, Saudara juga menanggung dosanya yang akan Anda dipertanggungjawabkan kelak.

Sebelum terlambat, kepada masyarakat .... saya hanya bisa menghimbau untuk tidakm melihat tayangan sinetron ini, jika tidak ingin keluarga Anda berantakan.

Saya juga mohon maaf, jika dalam tulisan ini ada yang salah.

Selasa, 27 Oktober 2009

Edan! Siswa SD Dicekoki Bacaan Porno

Tragedi bacaan yang ada di soal UTS SD di Sidoarjo, bukan tidak mungkin itu disengaja. Kenapa dapat disimpulkan demikian, salah satunya tulisan tersebut distipo. Ini membuktikan tulisan itu sebelumnya disengaja, tapi mungkin karena ada yang tidak setuju, kemudian alternatifnya distipo itu.

Prihatin memang, kita dengan dunia pendidikan di Indonesia. Disaat pemerintah lagi gencar-gencarnya memperhatikan dunia pendidikan agar dapat lebih maju. Salah satunya dengan dicairkannya dana sertifikasi, dana pembangunan, BOS, dan sebagainya. Ternyata hal itu tidak membuat beberapa pendidik itu berusaha untuk meningkatkan kualitasnya. Justru anehnya, 'sunat-menyunat' dana bantuan dari pemerintah kerap terjadi. Baik itu dilakukan oleh pihak sekolah maupun kantor yang dilalui dana tersebut.

Sungguh sangat tidak berpri kemanusiaan, seorang anak SD -yang mungkin juga tidak paham dengan kata-kata tersebut- tapi mereka pastinya akan penasaran dan menanyakan pada orang lain. Suatu potret buram pendidikan di Indonesia, selalu saja terjadi.

Apalagi hal itu terjadi, sehari sebelum peringatan Hari Sumpah Pemuda ke-81. Ini seharusnya menjadi perhatian serius dari pihak berwenang. Dan tentunya, tim perumus soal juga harus bertanggung jawab terhadap apa yang telah dibuat, bukan bersembunyi dibalik kata-kata khilaf. Jika tidak ada tindakan tegas dari pimpinannya, dikhawatirkan hal itu akan terjadi pada tahun-tahun mendatang. Setidaknya dengan adanya sanksi, diharapkan mereka akan lebih berhati-hati dan memberikan efek jera pada pelakunya.

Perlu diperhatikan juga, bahwa siswa SD merupakan generasi penerus bangsa. Jika tidak sedini mungkin dididik dengan hal-hal yang positif, maka bukan tidak mungkin lima atau sepuluh tahun lagi akan terjadi keruntuhan moral dari remaja kita.

Sumpah Pemuda or Pemuda Yang Disumpah


Hari ini, Rabu (28/10/2009) kita memepringati Hari Sumpah Pemuda yang ke-81. Sadar atau tidak, kondisi pemuda saat ini patut dipertanyakan, dipertentangkan, ataupun diperdebatkan. Kenapa demikian?

Pemuda merupakan aset bangsa yang tidak ternilai harganya. Karena bagaimanapun juga, pemuda sebagai penerus tongkat estafet dari pembangunan negeri ini. Bahkan pada jaman perjuangan, pemuda merupakan pejuang yang ditempatkan pada frontline (garis terdepan) untuk menghadapi desingan misil. Mereka rela berkorban untuk kemerdekaan negeri ini, meski hanya berbekal sebuah bambu runcing, namun semangatnya ternyata mampu untuk mengusir penjajah.

Suatu gambaran yang heroik kala itu, namun sayangnya kita saat ini tidak dapat melihat secara langsung apa yang terjadi kala itu. Jika pun mengalami, mungkin kita kalah nyali dengan mereka. Mereka bahkan rela untuk menjadi 'tameng' hidup bagi para pemimpin.

Perjuangan mereka hanya untuk satu tujuan, mengusir penjajah dari negeri ini dan dapat hidup damai, tenang, tanpa ada kekisruhan lagi.

Tapi sekarang, saat penjajah dengan dentuman meriam dan misil sudah tidak ada lagi. Bukan berarti penjajahan di Indonesia tidak ada. Tapi makin banyak. Dan pemuda harus membuktikan diri untuk berada di garis terdepan. Bukan dengan demonstrasi ataupun berpesta pora ke diskotik atau cafe-cafe. Lebih dari itu, mereka dituntut untuk lebih meningkatkan kecerdasan otak, untuk meningkatkan ekonomi bangsa. Sehingga kita tidak lagi dijajah dengan ekonomi bangsa barat. Agar kita tidak lagi 'dicekoki' budaya barat, sementara budaya sendiri tidak terurus. Bahkan nyaris diambil oleh bangsa lain.

Seharusnya pemuda lebih kreatif dan inovatif dalam menciptakan peluang kerja, sehingga dapan menampung menjadi lapangan kerja. Bukan malah setelah lulus perguruan tinggi, larinya ke PNS, politikus atau apalah. Seharusnya perguruan tinggi sudah harus merubah paradigma dari mahasiswa pencari kerja menjadi mahasiswa enterpreneur, menjadi mahasiswa yang memiliki ide cemerlang untuk menciptakan lapangan kerja. Ataupun misalnya tidak bisa, setidaknya bisa menempati posisi yang saat ini masih ditempati orang asing dalam sebuah perusahaan.

Kenapa mereka lebih suka dan percaya pada bule imporan, daripada 'bule' dalam negeri? Jawabnya mereka konsis terhadap apa yang menjadi tanggung jawabnya. Mereka juga memiliki komitmen yang tinggi, selain itu otaknya sudah encer. Sehingga mereka benar-benar enjoy dengan pekerjaannya.

Sementara kualitas dari dalam negeri? payah, meski tidak seluruhnya. Doyan uang, sehingga dikit-dikit 'main' belakang. Bahkan untuk meraih sesuatu pun mereka sudah siap dengan senjata 'uang' yang nilanya mencapai puluhan juta rupiah. Hal ini terjadi karena ditunjang dengan oknum yang sebelumnya telah menempati posisi tersebut.

Jadi jangan heran, jika bangsa ini masih menjadi 'jajahan' bangsa asing. Sedangkan pemuda hanya doyan demo yang mengakibatkan kerugian pada orang lain. Seharusnya demonya mereka dengan demo penemuan sebuah teknologi, seperti komputer, HP, laptop dan sejenisnya. Bukan malah koar-koar di tengah jalan.

Sekarang ini, bukan lagi Sumpah Pemuda namanya, tapi Pemudanya Yang Disumpah!

Facebook Pembawa Maut

Ini bukan judul sebuah film laga, atau sinetron yang hanya menggumbar adegan laga dan kekerasan semata. Tapi lebih dari itu, ini masalah nasib, masa depan dan kehiduan anak bangsa yang sedang 'menggilai' dunia teknologi tanpa tahu maksud dan tujuan yang pasti. Yang akhirnya hanya menimbulkan cyber crime. Ya... itulah yang sekarang dirasakan, terutama bagi para ABG yang keranjingan situs jejaringan.

Facebook! Ya itulah yang saat ini sedang menimbulkan masalah. Sejak awal kemunculan hingga kini masalah keberadaan fecebook (FB) itu selalu diperdebatkan, dipertentangkan, dan akhirnya kini membawa petaka bagi yang memakainya.

Pertama, saat muncul pertama kali, setelah itu disusul dengan fatwa haram dari Majelis Ulama Indonesia (MUI). Namun banyak yang mempertentangkannya. Jika kita perhatikan, maka sebuah fatwa dikeluarkan, tentu ada maksud dan tujuan baik yang ada dalam fatwa tersebut.

Kedua, banyaknya masyarakat yang 'menggilai' facebook yang dengan tujuan yang tidak jelas. Inilah yang akhirnya dimanfaatkan orang-orang yang tidak bertanggung jawab.

Salah satunya adalah siswi SMA N Jogoroto. Gadis yang baru beranjak dewasa, masih duduk di kelas satu, dan lagi sedang senang-senangnya untuk bergaul dan mencari jati dirinya itu, akhirnya kena batunya. Ia pun 'dilarikan' oleh orang yang awalnya dikenal di facebook. Kenapa saya menyebutnya dilarikan, bukan diculik atau korban trafficking? Soalnya, kalau kita mencermati awal kejadian, kita akan dapat mengetahui, bahwa ia dengan sengaja menemui laki-laki itu dengan diantar orang tuanya. Nah dari sini, apakah ini adalah penculikan?

Terlepas dari bahasa yang digunakan, yang pasti ia kini menjadi korban dari keberadaan situs jejaringan yang namanya facebook. Yang terpenting adalah orang tua juga jangan sampai ketinggalan soal teknologi, pasalnya selain adanya cybercrime yang sewaktu-waktu dapat mencengkeram salah satu dari kita. Dengan orang tua paham akan teknologi alias tidak gaptek, maka dapat mengontrol dan mengetahui apa yang dibicarakan di FB.

Banyak kata-kata yang tidak seharusnya diucapkan di FB, bahkan banyak juga kata-kata kotor dan atau gambar-gambar yang tidak layak dilihat oleh anak usia sekolah. Tapi hal itu tidak dapat dicegah, karena facebook, semua dapat membaca dan melihatnya. Berbeda dengan email, hanya pemilik email saja yang bisa membacanya. Soalnya ada password yang harus dimasukkan untuk membukanya.

Kini, hanya dari keluarga sendiri yang harus lebih ekstra hati-hati dalam mengawasi putra-putrinya saat menggunakan fasilitas yang dinamakan internet, khususnya FB. Karena hanya dari keluarga yang mengetahui apa aktifitas anak-anaknya. Jangan sampai ada korban-korban lain yang berjatuhan.

Tidak hanya siswa SMA yang jadi korban. Artis semacam Ruben pun juga menjadi sasaran tangan jahil. Dalam wawancara di televisi, ia mengaku tidak memiliki alamat di facebook. Tapi menurut informasi yang ia dapat dari teman-temannya, ternyata benar banyak yang menggunakan namanya.

Dan benar, saat saya mencoba untuk membuktikannya, ternyata benar. Nama Ruben Onsu pun nongol plus potonya. Berarti benar, bahwa setiap orang bisa menggunakan nama orang lain untuk menjadi ID-nya. Tidak harus dengan ID dirinya sendiri. Inilah yang menjadikan angka di dunia maya semakin meningkat.

Kini saatnya kita berhati-hati! Meminjam kata-kata Bang Napi yang ditayangkan di sebuah stasiun televisi swasta, "Ingat-ingat kejahatan timbul bukan karena adanya niat dari pelakunya, tapi juga adanya kesempatan. Waspadalah....!!! Waspadalah....!!!!"

Senin, 26 Oktober 2009

Pilkadal: Merusak Persatuan Bangsa

Pemilihan Kepala Daerah secara Langsung (Pilkadal), yang "diluncurkan" seiring dengan pelaksanaan Pilpres yang juga langsung beberapa waktu lalu. Katanya, Pilkadal dilaksanakan agar warga dapat langsung memilih pemimpinnya. Ini yang disebut demokratis.

Demikian diungkapkan Brodin, sang lakon saat ngopi di warung mbah thoyib bersama sejawatnya Ka Djin, Ka Chung dan Ka Mief.

"Tapi Din, dibeberapa daerah kok malah rusuh. Bahkan di Depok, hasil Pilkadal dianulir," protes Ka Chung.

"Itulah proses pembelajaran demokrasi. Jika tidak maka Indonesia tidak akan berkembang," bantah Brodin.

"Demokrasi lagi . Demokrasi lagi yang lain dong alasannya," saut Ka Djin.

Sejenak perbincangan mereka terhenti, Brodin menghisap rokoknya dalam-dalam sementara yang lain masih nyeruput secangkir kopi. Perbincangan mereka diilhami oleh kejadian-kejadian yang terjadi di beberapa daerah. Diantaranya, di Banyuwangi. Sebelum pelaksanaan Pilkadal, "aroma" perseteruan sudah mencuat. Termasuk isu agama juga digunakan. Kini, usai Pilkadal Banyuwangi, giliran anggota Dewan tidak menerima hasilnya.

Kemudian lagi, di Jember. Bahkan Kantor KPUD menjadi sasaran amuk massa, sehingga rusak. Itu beberapa catatan yang masih "terekam" di pikiran mereka. Sebenarnya tidak hanya di dua tempat itu, didaerah lain pun sempat memanas. Beberapa pendukung cenderung untuk "adu fisik" dan yang lebih mengherankan lagi Kantor KPUD ada yang diduduki. Akibatnya anggota KPUD ada yang "lari" menyelamatkan diri.

"Kalau demikian, apa bisa dikatakan demokrasi," ujar Ka Chung.

"Saya khan sudah menegaskan, itu sebagai prses pembelajaran," tutur Brodin menirukan logat anggota Dewan.

"Nah! Kalau melihat serentetan peristiwa itu, perlu dipertanyakan arti demokrasi. Sehingga tidak salah persepsi satu dengan yang lain," kata Ka Mief dengan bijaksana.

Untuk itu, lanjut Ka Mief -yang masih berstatus mahasiswa sebuah PTS ternama di kotanya ini- pelaksanaan Pilkadal saat ini perlu dikaji, dievaluasi dan diramesi. Sehingga pada tahun-tahun berikutnya -jika Pilkada masih langsung- tidak terjadi "adu massa", adu pendukung atau hanya memperbesar tim sukses saja. "Tapi persatuan dan kesatuan bangsa serta perdamaian dan kebersamaan warga juga harus dipikirkan. Jangan hanya memburu 'aku harus bisa ' eh salah aku harus menang! saja," tegas Ka Mief yang juga gandrung demo ini.

"Bener itu. Pasalnya, banyak warga yang usai Pilkadal malah 'plirak-plirik' sesama tetangga. Jadi perlu dikaji ulang pelaksanaan Pilkadal itu," tambah Ka Djin.

"Nah itu yang seharusnya kamu tanyakan, kamu ungkapkan," ujar Brodin menyetujui ungkapan sang aktivis.

Sekarang kita kembalikan kepada mereka para penguasa. Pelaksanaan Pilkadal tetap dipertahankan dengan mengorbankan persatuan dan menumbuhkan bibit-bibit permusuhan. Atau dikaji dan dievaluasi. Jika tidak layak diteruskan, ya distop dulu di daerah-daerah yang belum melaksanakan Pilkadal. Daripada membawa korban yang sis-sia. Tentunya para petinggi alias penguasa harus intospeksi dan belajar dari daerah yang sudah melaksanakannya. Sehingga tidak menambah daftar hitam bangsa.

Bagaimana menurut Saudara? ***

Robohnya Tembok Kejujuran Negeri


"Bu, aku berangkat sekolah," ucap Togel, siswa sebuah sekolah dasar saat berpamitan akan berangkat ke sekolah pada ibunya.

"Iya, hati-hati. Dan ini uang sakunya, tapi jangan untuk membeli es. Nanti sakit demam!," pesan ibunya pada anaknya yang semata wayang itu.

"Baik Bu. Aku tak jajan es. Assalamu'alaikum," janji anaknya sambil mengucapkan salam dan melangkahkan kakinya meninggalkan ruang dapur.

"Waalaikumsalam," jawab ibunya terus mengawasi langkah kaki anaknya, hingga hilang dibelokan jalan.

Sesampainya di sekolah, si Togel langsung bermain-main dengan teman-temannya, sambil menunggu bel masuk. Sejenak kemudian, bel tanda masuk berbunyi. Murid SD itu kemudian semburat masuk ke kelas masing-masing untuk menerima pelajaran. "Theng . theng theng ," suara nyaring bel yang terbuat dari besi saat dipukul tukang kebun memecahkan kesunyian kelas yang asyik menerima pelajaran. Setelah menjawab salam dari gurunya, satu per satu siswa mulai keluar ruangan kelas.

Tampak tiga orang siswa SD itu, Togel, Ka Djin dan Ka Chung. Mereka teman akrab yang tinggal se desa.

"Gel, ayo main surigendem," ajak Ka Chung kepada kedua temannya.

"Ok, yuk main," jawab Ka Djin dan Togel hampir bersamaan.

Sejenak kemudian, mereka sudah asyik bermain surigendem.

Mulanya, Togel yang ditutup matanya. Kemudian mencari kedua temannya. Jika tebakannya benar siapa yang dipegang, maka teman satunya itu yang ganti ditutup matanya. Begitu seterusnya.

Setelah lama bermain, ketiganya mulai haus dan lapar. Kemudian mereka menuju ke sebuah warung di dekat sekolah mereka.

"Bu, beli es," ujar Ka Chung.

"Saya juga, Bu," saut Ka Djin yang juga kepingin segera meminum es itu.

"Kamu kok diam saja, Gel. Ayo pesen apa kamu?," ujar Ka Chung yang melihat Togel hanya berdiam diri mematung.

"Tapi, aku tidak boleh membeli es sama ibuku. Katanya nanti sakit," jawab Togel.

"Kamu kan haus. Jadi ya minum aja nggak apa-apa. Ibu kamu kan di rumah, tidak bakal tahu," bujuk Ka Chung.

"Iya Gel, masak kami minum kamu tidak. Apalagi kamu juga haus," terang Ka Djin menimpali.

Sejenak Togel berfikir, ia dibuat bimbang oleh kedua temannya itu. Hatinya bertarung, satu pihak menyuruhnya membeli es, karena ibunya pasti tidak tahu. Sedangkan di lain pihak, hatinya berkata ia akan membohongi ibunya dan mengingkari janjinya untuk tidak membeli es.

Dalam kebimbangan itu, kemudian ia pun memilih untuk membeli es. Walaupun ia sadar hal itu telah melanggar janjinya pada ibunya.

Saat pulang, ia ditanya oleh sang ibu soal uang sakunya. Si anak menjawab, uang sakunya untuk jajan selain es lilin. Sang ibu pun percaya, karena ia tidak melihat langsung. Selain itu, anak sekecil itu mana mungkin berbohong tanpa menyelidiki kebenaran yang diucapkan anaknya.

Suatu fenomena yang sering kita temui saat ini. Tidak hanya orang dewasa yang pandai berbohong, anak kecil pun dengan polosnya dapat menilep kejujuran. Masyarakat yang terkenal dengan budaya ketimuran ini, kini sudah mencoba kebarat-baratan. Aneh memang, tapi itulah ilustrasi negeri ini. Bangsa yang sedang terpuruk ini mencoba bangkit kembali. Tapi, para penguasa rupanya tidak siap. Artinya, baik moral maupun sumber dayanya masih rendah. Mereka rela menari-nari di atas rakyatnya sendiri. Contoh konkritnya, lihat anggota dewan yang sebentar lagi lengser, mereka mencoba mencari keuntungan dengan berbagai cara. Baik itu dengan pesangon, atau gaji ke-13.

Sementara itu, rakyat menjerit karena harga pupuk dan obat-obat pertanian melangit. Sedangkan saat panen, harga gabah turun drastis. Sepertinya, petani yang mayoritas sebagai mata pencarian sebagian besar masyarakat hanya sebagai "mesin politik" yang hanya dimanfaatkan sebagai obyek kampanye. Setelah itu, janji tinggallah janji, yang terpenting ia telah duduk di kursi yang selama ini menjadi impiannya.

Persis seperti anak SD di atas, setelah apa yang ia capai berhasil, tak peduli "rambu-rambu" pengatur yang ia buat sendiri harus dilanggarnya. Ia hanya bilang, peraturan diciptakan untuk dilanggar. Kalau tidak ada pelanggaran, buat apa membuat peraturan. Bingung bukan?

Itulah keunikan sang penguasa, inginnya setiap langkah geraknya hukum jadi alatnya. Alat untuk meraih keuntungan pribadi. ***

Sang Waktu


Di sebuah kantor "bonafide", jam 07.00 Wib suasana masih terlihat sepi. Hanya ada dua tiga karyawan santai sambil ngrumpi di depan pesawat televisi. Mereka asyik bercanda, bahkan tertawa lepas, seakan tak punya beban tanggungan pekerjaan. Kadang bernyanyi, sepertinya tak menyadari bahwa itu sebuah kantor tempatnya bekerja. Kadang tertawa ngakak, seperti di rumah sendiri.


Sejurus kemudian, sebuah sedan yang tak asing lagi tentunya bagi karyawan, masuk halaman. Beberapa karyawan yang lagi santai itu, sontak terkejut dan mematikan TV lalu berhamburan ke meja masing-masing, pura-pura memainkan tut keyboard komputer, seakan-akan sedang sibuk menyelesaikan tugasnya.

Waktu tidak pernah terlepas dari kehidupan manusia. Setiap detik, menit, jam bahkan tahun selalu menjadi perhatian kita. Bahkan, dalam sebuah hadits Nabi menyebutkan, "Pergunakan lima waktumu, sebelum datang lima waktumu yang lain tiba .". Sehingga, kita harus mampu mempergunakan sang waktu se-efisien mungkin.

Bagi bisnisman, kehilangan waktu semenit saja berarti kehilangan jutaan bahkan miliaran rupiah. Demikian juga bagi pekerja, baik itu pekerja kantor atau pekerja berat. Mereka harus pandai-pandai menyiasati waktu, pekerjaan apa yang harus saya kerjakan hari ini, agar tidak membebani pekerjaan esok harinya.

Namun demikian, dengan adanya pengaturan waktu tersebut, maka setiap pekerjaan diharapkan akan dapat terselesaikan pada saat yang cepat, tepat dan cermat.

Suatu fenomena di dalam masyarakat, khususnya Indonesia, seperti yang terlukis dalam fenomena di atas bahwa dalam masyarakat sering menunda-nunda suatu pekerjaan. Yang lebih memprihatinkan lagi, istilah ABS (asal bapak senang) masih saja jadi "idola". Artinya, misalnya seorang pekerja kantor apabila sang "juragan" berada di kantor, ada saja yang dikerjakan. Bahkan, karena saking bingungnya pekerjaan yang tidak semestinya dikerjakan, dicandak (dilaksanakan). Nggak tanggung-tanggung, rekan sesama karyawan pun, kalau perlu "disikutnya", demi terlihat apik di depan sang juragan.

Sementara, saat sang juragan tidak ada di tempat, mereka lagi asyik "ngrumpi", tidak bergairah mengerjakan pekerjaan yang seharusnya dikerjakan hari itu. Akibatnya, pekerjaan menumpuk, kemudian saat darurat bisanya marah dan main perintah. Ironisnya, yang diperintah itu justru atasannya. Tidak lucu memang, tapi itulah yang sering terjadi.

Tidak hanya di perusahaan, di pemerintahan pun demikian. Karena "anak buah" yang akan diperintah terlihat sibuk, sang pejabat pun mengurusi pekerjaan yang seharusnya dilakukan anak buahnya. Bahkan, ada sebagian orang, yang sebaliknya. Mereka bekerja tanpa memperhitungkan waktu, sampai-sampai tidak sempat berfikir untuk menikah. Baru setelah usia di atas kepala tiga, mereka kebakaran otak. Karena pikirnya, "no time for love" dan "time is money" alias tidak kenal cinta sebelum meraih kejayaan.

Untuk mengatasi hal-hal yang tidak diinginkan seperti gambaran di atas, tentunya menyadarkan kita tentang arti penting sang waktu dalam kehidupan kita. Dalam keadaan yang demikian itu, kita harus melihat diri kita sendiri, tanamkan rasa tanggung jawab dan memiliki pada perusahaan tempat kita mengais rupiah. Bagaimanapun juga, jika perusahaan gulung tikar (baca: rugi, tutup), tentu kita juga kahilangan pekerjaan.

Masih jelas dalam ingatan kita, unjuk rasa (baca: demo) kasus PHK di DI (PT. Dirgantara Indonesia), PHK diberbagai perbankan. Bagaimana seandainya terjadi pada diri kita? Perlu kesadaran dalam bekerja, Anda untung dapat gaji, perusahaan juga tidak dirugikan.

Kembali kepada sang waktu, untuk dapat bekerja secara maksimal, ada beberapa hal yang dapat dijadikan acuan. Sehingga pekerja dapat diselesaikan secara optimal, yakni: Kerjakanlah tugas yang Anda sukai terlebih dahulu daripada yang tidak Anda sukai. Kerjakanlah pekerjaan yang telah Anda ketahui caranya lebih cepat, daripada yang tidak Anda ketahui. Kerjakanlah tugas yang Anda anggap paling mudah terlebih dahulu kemudian yang sulit. Kerjakanlah tugas yang memakan waktu lebih cepat daripada yang lama. Kerjakanlah pekerjaan yang bahan-bahannya sudah tersedia. Kerjakanlah tugas-tugas yang telah direncanakan daripada yang di luar rencana. Tanggapi keinginan orang lain sebelum keinginan kita sendiri. Kerjakan hal-hal (tugas) yang mendesak sebelum hal-hal penting yang lain. Siap menghadapi hal-hal yang darurat atau kritis. Kerjakan tugas yang menarik terlebih dahulu daripada yang tidak menarik.

Dengan memperhatikan beberapa hal penting tersebut di atas, Anda diharapkan mampu menyelesaikan tugas dan tanggung jawab dengan tepat dan tanpa beban. Buatlah suasana kerja yang menyenangkan, jangan ada miscomunication di antara karyawan, apalagi karyawan dengan atasan.

Sehingga, tidak menambah dan menumpuk beban kerja, dan pikiran menjadi lebih tenang. Hidup lebih menyenangkan, kerja enak dalam suasana kebersamaan. ***

Sejarah Negeriku


Sejarah .....

Dunia mengakuinya!!!

Mulai ekonomi, politik, sosial, budaya

Kau tulis hitam di atas putih

Hingga orang mengerti kehidupan dulu dan kini

Tapi ......

Sejarah tak selamanya enak dibaca

Karena sekarang

Sejarah dapat dirubah

Sesuka sang penguasa

Dijadikan alat

Untuk mempertahankan posisi

Saat aku melihat fenomena wajah negeriku kini, aku mulai teringat saat aku mempelajari Sejarah Nasional Indonesia (SNI) di bangku sekolah dasar. Saat itu, yang tercermin rasa nasionalisme, berjuang mengusir penjajah, maut siap menghadang di depan mata. Intinya, berjuang untuk kemerdekaan negeri, tempat aku dilahirkan dan dibesarkan.

Seiring dengan perjalanan negeriku, aku mulai berfikir, di manakah sejarah negeriku kini? Yang hitam bisa jadi putih, yang putih bisa dibalik hitam. Dan, ternyata sekarang jelas, penjajah negeriku tiada lain negeriku sendiri. Setelah sekian lama dijajah Jepang dan Belanda serta Inggris, cerita kakekku, kini tiba saatnya menjajah negeri sendiri.

Bahkan, guru sejarah pun dibuat bingung, apalagi muridnya. Sejarah kian tak jelas, buram dan beberapa orang hanya bisa meraba-raba sejarah. Bahkan, rasa nasionalisme pun mulai pudar. Anak-anak yang berseragam merah-putih pun sudah disuguhi tayangan-tayangan televisi yang menjauhkan diri dari nasionalime.

Saat kubuka lembaran-lembaran buku sejarah, ternyata kata orang, itu sudah usang. Layaknya perubahan cerita sejarah, dari Orde Lama ke Orde Baru, yang terlihat Orde Lama hanya jeleknya saja. Demikian pula saat era Reformasi berkumandang, Orde Baru yang dulu diagung-agungkan dengan berbagai keberhasilan membangun sebuah negeri, ibarat pesawat jatuh, langsung nyungsep menjadi bahan cemoohan, hinaan atau hujatan.

Akibatnya, negeriku hanya dijadikan bahan guyonan negara adi kuasa yang memiliki power dan dijadikan alat untuk memperkuat barisan negara-negara besar. Yang lebih menyedihkan lagi akibat hilangnya rasa nasionalisme, negeriku kini menjadi jajahan lagi. Penjajahan secara halus, penjajahan ekonomi dan moral.

Secara ekonomi, negeriku kaya akan hasil bumi. Namun, negara adidaya seperti USA dan Negeri Sakura, Jepang yang mengolahnya. Selain itu, lebih parah lagi, kita lebih suka produk luar dari pada produk dalam negeri. Hal ini menunjukkan, kita belum 'pede' kalau tidak memakai produk luar negeri. Konsumtif sengaja diciptakan oleh produsen. Akibatnya, cinta produk Indonesia hanya sebatas slogan semata.

Bahkan, tidak hanya penjajahan dibidang ekonomi saja, moral pun diserang. Lihat kembali ulah blo'on Shin Chan, salah satu contohnya. Lalu tayangan film barat yang sedikit banyak telah masuk ke sel-sel sendi culture negeriku. Kalau tidak ada keinginan dari seluruh elemen masyarakat, tentu tidak akan berhasil membendung gelombang penghancur moral, pemusnah budaya ketimuran negeri.

Lihat cara putri pertiwi bersolek kini, cara berjalan saat sekarang dan bagaimana pergaulannya. Bebas, itu mungkin ungkapan yang pas. Walau tidak semuanya. Ia mulai berdandan ala You can see atau pakai rok tinggi di atas lutut tanpa risih. Seakan pemandangan seperti itu sudah 'wajib' hukumnya untuk dilakukan.

Ironis memang, mengenal budaya sendiri ogah-ogahan. Tapi mengadopsi budaya luar untuk merusak budaya sendiri secara terang-terangan, tanpa rasa sungkan. Rasa malu yang ditanamkan oleh orang tuanya, seakan kikis oleh rasa ingin tahu. Rasa dosa yang dilarang agama, seakan sirna oleh rasa ingin mencoba.

Sejarah, ternyata mampu merubah segalanya dalam sekejap. Bahkan, membutakan mata dari peristiwa silam. Kini yang perlu dipertanyakan, layakkah sejarah negeriku saat ini dipelajari? Sejarah yang mana kita tularkan kepada anak-cucu kita, karena setiap pergantian tahta selalu diiringi perubahan cerita.

Setiap episode selalu berubah, menurut berbagai versi selalu terjadi revisi. Siswa SD pun bingung dengan pelajaran sejarah.

Sehingga sempat hinggap dalam benakku, sejarah yang perlu dipelajari adalah sejarah keluarga. Bukan keluarga siapa-siapa, tapi keluarga negeriku. Kalau tidak bisa, ya keluarga orang tua, kakek-nenek, hingga mbah buyut kita sendiri. Karena aku terinspirasi suatu kata bijak menyatakan, dunia tanpa kenangan takkan ada kemajuan. Sehingga generasi keluarga kita tidak musnah.

Sejarah, sejarah, semoga kau tak ternoda oleh perusak bangsa. Semoga kau tidak jadi alat penguasa, tapi jadilah dirimu sendiri sejarah. Lalu, mana sejarah yang benar? ***

Minggu, 25 Oktober 2009

Mbok Darmi dan Klub Poligami

Beberapa hari terakhir, banyak media, baik itu cetak maupun elektronika membahas keberadaan klub poligami yang ada di Bandung. Akibatnya tentu bisa ditebak, ada yang pro dan tidak sedikit yang kontra. mengapa hal itu terjadi?


Mbok darmi sedang sendiri, ia mulai bersih-bersih tempat jualannya yang pagi itu baru aja usai diguyur hujan lebat. Sambil terus memasang telinga dan sesekali mata melirik ke arah tivi-nya yang dwi warna, ia terus asyik menata meja dan dagangannya. Ia terlihat serius dengan tivi-nya, yang saat itu lagi mengupas soal berdirinya klub poligami.

"Waduh.... wong-wong soyo edan ...... wong poligami kok ya dipersoalkan. Jelas-jelas ada tuntunannya. Kok ya banyak orang yang nggak setuju," pikir Mbok Darmi sambil terus bersih-bersih.

Dalam diamnya, ia terus berpikir, kenapa wanita takut suaminya poligami. Bahkan malah lebih memilih mengijinkan suaminya ke lokalisasi? Mereka lebih takut kehilangan suami daripada dosa yang mereka tanggung nantinya. Mereka lebih memilih cinta dunia daripada akhiratnya. Edan... bener-bener jaman wis edan tenan.

Itulah yang menjadi pikiran Mbok Darmi di pagi buta itu. Ia pun semakin bingung dengan pola pikir orang jaman sekarang. "Apa sekarang sudah banyak orang pintar, atau sebaliknya?," pikiran Mbok Darmi semakin ngelantur yang dipikirnya.

Tiba-tiba, tanpa disadari Cak Hasan dan Kang Brodin sudah berada di depan pinti warungnya. Mbok Darmi agak terkejut mendengar salam orang yang sudah di dekatnya. "Assalamu'alaikum....," ucap Cak Hasan dan Kang Brodin hampir bersamaan.

"Eh.... Wa alaikumsalam.... eh.. sampeyan toh! Tumben kok pagi-pagi sudah kesini?," tanyak Mbok Darmi.

"Iya Mbok, ini lho kan baru hujan, jadi ya cari yang hangat-hangat gitu lho!," saut Kang Brodin.

"Bener Mbok. Dingin-dingin enaknya minum kopi hangat plus makanan ringan khasnya, pisang goreng. Pasti enak tenan, Mbok," tambah Cak Hasan.

"Yo wis... monggo duduk dulu, tak buatkan kopi,"

"Lho Mbok, pean kok yo mengikuti berita klub poligami?," tanya Cak Hasan.

"Lha emang kenapa? Nggak boleh toh?," jawab Mbok Darmi sambil mempersiapkan cangkir untuk membuat kopi.

"Ya nggak gitu Mbok!!! Emang Mbok ini setuju toh?," saut Kang Brodin yang sejak tadi hanya sebagai pendengar.

"Ya... sebenarnya setuju. Soalnya sekarang



bersambung

Sabtu, 10 Oktober 2009

Bencana, Siapa Yang Salah?

Bencana yang melanda Indonesia akhir-akhir ini, seharusnya disikapi dengan merenungkan apa yang telah terjadi di muka bumi. Jika kita mau lebih bijak menyikapinya, tentu saja setiap bencana itu bukan saja karena kondisi alam. Lebih dari itu, karena sikap dan tingkah laku manusia yang tidak lagi mau mengindahkan norma-norma agama.

Mengapa demikian? Jawabnya karena prilaku manusia yang sudah di luar batas dan norma-norma agama. Bagaimana sekarang ini prostitusi merajalela, bahkan mereka berani terang-terangan menentang peraturan yang tidak berpihak pada mereka. Tidak sedikit dari mereka yang melakukan aksi telanjang di tempat umum. Tidak itu saja, perjudian, minuman keras ataupun pencurian juga marak dilakukan.

Suatu fenomena yang jika diruntut, tidak jauh berbeda dengan kondisi jaman para nabi. Dan akhirnya mereka pun akan dihapuskan dari muka bumi dengan berbagai bentuk dan cara. Salah satunya dengan memberikan 'lampu hijau' atau 'warning' kepada mereka melalui berbagai bencana. Sungguh ironis memang, jika semua orang tidak menyadari hal itu. Mereka masih beranggapan karena itu merupakan akibat dari alam yang tidak bersahabat dengan manusia.

Jika kita lihat dan kita amati, mereka yang berduit baru terketuk hatinya untuk menyumbangkan sebagian hartanya untuk korban bencana yang telah disiarkan dan diberitakan secara besar-besaran dimedia. Tapi kenapa mereka baru mengulurkan tangan saat bencana sudah terjadi?

Bukankah sebelumnya mereka dapat menyumbangkan dan hasilnya dapat diberikan kepada yang tidak mampu, sehingga dapat memperbaiki kondisi ekonomi mereka. Kesejahteraan ummat dapat terwujud. Jika kita lihat, dalam sepekan saja, sumbangan korban dapat mencapai miliaran hingga triliunan rupiah. Kenapa itu tidak dilakukan saat kondisi yang baik dengan mengulurkan kepada yang miskin?

Tidak itu saja, kondisi ini diperparah dengan pelaksanaan ibadah haji yang kuotanya sudah habis hingga sekitar lima tahun ke depan. Padahal, jika kita amati, masih banyak anak yatim piatu dan kaum fakir yang ada di sekitar mereka lebih membutuhkan. Apakah hanya karena predikat 'Haji' kemudian melalaikan kondisi sekitar lingkungan? Mudah-mudahan tidak demikian. Pasalnya jika itu terjadi, maka amat berat cobaan yang akan ditanggungnya.

Semoga tulisan sedikit ini dapat menggungah hati kita semua untuk memulai dengan satu langkah untuk lebih memperhatikan lingkungan tepat kita tinggal terlebih dahulu. Untuk saling membantu saudara-saudara kita yang belum beruntung. Semoga dengan yang demikian itu dapat mengurangi perampokan, pencurian, dan perbuatan maksiat lainnya.

Sebagaimana diketahui juga, untuk memberantas miras pun sebenarnya tidak sulit, jika mereka mau dengan menutup pabrik atau rumah produksinya, sehingga tidak perlu lagi harus melakukan razia ke warung-warung. Yang terpenting adalah bagaimana menghapus kemaksiatan itu dari akarnya, bukan langsung dari ranting-ranting atau dahannya. Wallahu 'alam.