Menggapai Kemuliaan Muslimah dengan Bimbingan Salaful Ummah
Minggu, 17 Agustus 2008
Nulis Cerpen Tidak Semudah Menulis Artikel, Benarkah?
SETIAP penulis pasti punya kecenderungan yang berbeda-beda. Ada penulis yang lebih cocok menulis karya ilmiah seperti yang dimuat di jurnal-jurnal kampus, atau menulis cerpen, dan sebagainya. Banyak orang yang mengira bahwa untuk menjadi penulis novel, harus “lulus” dulu sebagai penulis cerpen. Padahal faktanya, ada sejumlah penulis - seperti Novia Syahidah - yang justru mengawali karir sebagai penulis novel. Sementara penulis novel remaja, Leyla Imtichanah, mengaku lebih mudah menulis novel daripada cerpen.
Itu adalah beberapa contoh yang membuktikan bahwa setiap penulis punya kecenderungan dan keunggulan yang berbeda-beda. Masalahnya, selama ini kita seperti “dipaksa” untuk menulis jenis tulisan tertentu, padahal belum tentu kita suka.
Di sebuah komunitas penulisan, hampir semua anggota baru dituntut untuk bisa menulis cerpen, padahal banyak di antara mereka yang merasa lebih sreg menulis artikel. Menurut saya, kuranglah tepat jika sebuah komunitas/lembaga penulisan memaksa para anggota mereka seperti itu.
Jadi saya kira, mbak Rahmayanti tak perlu gusar atau sedih. Mungkin Anda memang lebih cocok jadi penulis nonfiksi seperti artikel, esai, dan sebagainya. Cobalah untuk lebih fokus pada tulisan-tulisan nonfiksi. Tapi bukan berarti penulisan fiksi seperti cerpen atau novel ditinggalkan. Boleh saja tetap dilakoni. Tapi berikanlah prioritas pada jenis tulisan yang paling Anda kuasai.
Memaksakan diri dalam hal apapun, tentu bukan sesuatu yang baik, bukan?
Semoga sukses, ya…. (dari berbagai sumber)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar