BROSUR PMC Cell - Klik Gambar di Bawah Ini

BROSUR PMC Cell - Klik Gambar di Bawah Ini
PMC Cell - Master Pulsa Electric

Menggapai Kemuliaan Muslimah dengan Bimbingan Salaful Ummah

Minggu, 17 Agustus 2008

Menulis Cerpen: Bukan Sekadar Memaparkan Informasi



Inilah salah satu kesalahan yang sering dibuat oleh cerpenis pemula: Mereka berpikir bahwa cerpen itu hanya semacam media untuk menyampaikan informasi tertentu. Maka hasilnya, karya yang dihasilkan pun tak lebih dari deretan informasi demi informasi.

Mari kita simak contoh cerita berikut:

“Si A merasa bahwa orangtuanya tidak menyayangi dia. Dia seperti dianaktirikan. Padahal semua saudaranya selalu disayang dan dimanja. Kenapa si A diperlakukan secara berbeda? Dia merasa sakit hati, marah pada keluarganya. Lalu suatu hari, secara tak sengaja dia mendapat info bahwa dia sebenarnya hanya anak pungut. Si A merasa amat terpukul, lalu dia lari dari rumah.”

Bagi seorang penulis pemula yang masih “lugu”, yang biasanya dia lakukan pada cerita di atas hanyalah mengembangkan kalimat demi kalimat, sehingga tulisan yang hanya satu alinea di atas menjadi 6 atau 10 halaman.

Maka, tak ada yang didapatkan oleh pembaca selain informasi yang datar-datar saja. Tak ada pengalaman bathin, tak ada keindahan apapun yang dirasakan oleh si pembaca.

Padahal, cerpen adalah sebuah KARYA SENI. Sebagai karya seni, cerpen haruslah mengandung keindahan, ia meninggalkan kesan yang mendalam di hati pembaca.

Agar tidak bingung, mari kita simak kedua contoh cerita berikut.

Cerita 1:

Aku amat sakit hati, orangtuaku sepertinya tidak sayang padaku. Mereka tak pernah peduli padaku. Aku minta dibelikan baju, jarang sekali dikabulkan. Padahal kalau saudaraku lainnya yang minta, selalu dikabulkan. Sebel deh! Kenapa mereka memperlakukanku secara tidak adil seperti itu?

Cerita 2:

Di rumah, aku seperti orang yang terlupakan. Aku ada, tapi seolah-olah tidak ada. Pernah ketika lebaran, ibu belanja baju-baju baru. Semua kebagian, kecuali aku. Alasan ibu, “Wah, ibu lupa membelikan kamu. Besok ya, ibu ke pasar lagi. Janji deh, ibu akan membelikan baju yang paling bagus buat kamu.”

Memang sih, ibu menepati janji. Tapi kejadian seperti itu bukan hanya sekali. Kedua kakakku selalu dipeluk dengan amat erat, dengan ucapan-ucapan yang amat membahagiakan. Tapi aku? Hanya dipeluk sekilas, lalu dilepas begitu saja. Aku tak merasakan sensasi apapun kecuali sentuhan fisik yang membuat leherku seperti tercekik.

* * *

Coba simak dan rasakan, contoh nomor 2 terasa lebih indah dan berkesan di hati. Kenapa? Karena dia bukan sekadar menyampaikan fakta. Si penulis mencoba menuliskan kalimat-kalimat yang indah, unik, asyik dibaca. Pemilihan diksi yang tepat juga membuat cerita ini menjadi lebih renyah untuk dinikmati.

Ada banyak kiat yang dapat digunakan agar kita dapat menulis cerita seperti itu. Salah satunya adalah dengan cara rajin membaca karya sastra yang bermutu.

Biasanya, seorang penulis akan mudah tertular oleh gaya bahasa yang dipakai oleh penulis lain. Bila kamu rajin membaca novel-novel Asma Nadia, maka gaya bahasa kamu akan seperti Asma Nadia. Setelah saya membaca buku Stephen King, tiba-tiba saja gaya tulisan saya seperti gaya Stephen King, tanpa saya sadari.

Tak akan ada orang yang bisa menjelaskan bagaimana cara menulis seperti Stephen King atau Asma Nadia. Semua itu berlangsung secara otomatis, dari alam bawah sadar kita.

Selain buku-buku sastra, rajin pulalah membaca buku-buku jenis lain. Buku apa saja terserah, asalkan baik dan bermanfaat. Intinya adalah rajin membaca. Bacaan yang kita lahap sebenarnya ibarat amunisi yang membuat keahlian menulis kita semakin baik. Selain menambah wawasan/pengetahuan, membaca juga bisa membuat kita menemukan kosa kata baru, gaya bahasa baru, atau teknik bercerita yang baru.

“Apakah itu tidak menjiplak namanya?”

Sama sekali tidak! Menjiplak adalah mengakui karya orang lain sebagai karya kita sendiri, atau mengutip tulian oran lain tanpa menyebutkan sumbernya. Kalau kita sekadar terpengaruh oleh gaya penulis lain, itu sah-sah saja. Tak perlu khawatir!

* * *

Coba simak film Nagabonar. Kenapa film ini begitu legendaris dan tetap dikenang oleh para pecinta film Indonesia? Jawabannya bukan karena JALAN CERITA film ini yang menarik. Sama sekali bukan! Justru, masyarakat lebih ingat dan merasa amat terkesan pada gaya bicara Nagabonar yang khas, termasuk kebiasaannya mengucapkan kalimat, “Apa kata dunia!”.

Kekhasan gaya Nagabonar itulah yang membuat penonton merasa amat terkesan. Kalau ditanya “bagaimana jalan ceritanya,” mungkin mereka sudah pada lupa.

Karya sastra pun sama seperti itu. Maka bila Anda menulis cerpen atau karya sastra lainnya, janganlah terpaku hanya pada urusan JALAN CERITA. Ya, itu penting. Tapi yang paling penting adalah keindahan dan pengalaman bathin yang akan didapatkan oleh pembaca.

Semoga bermanfaat. (dari berbagai sumber)

3 komentar:

Anonim mengatakan...

menurut saya sebagai penulis pemula, saya sangat berkesan setelah membaca beberapa info yang sangat penting dan berguna diatas. Pengetahuan saya tentang tata cara menulis cerpen yang baik semakin bertambah. Terima kasih banyak ya?

yanmaneee mengatakan...

yeezys
timberland outlet
longchamp outlet
nike air max 270
balenciaga shoes
kd 11
adidas gazelle
adidas flux
golden goose
coach factory outlet

yanmaneee mengatakan...

vapormax
supreme clothing
balenciaga speed
lebron 16
hogan outlet online
coach factory outlet
michael kors handbags
michael kors outlet
supreme clothing
calvin klein underwear