BROSUR PMC Cell - Klik Gambar di Bawah Ini

BROSUR PMC Cell - Klik Gambar di Bawah Ini
PMC Cell - Master Pulsa Electric

Menggapai Kemuliaan Muslimah dengan Bimbingan Salaful Ummah

Sabtu, 23 Agustus 2008

Dibalik Perbedaan Ada Hikmah, Benarkah?


Selama ini, rakyat kecil sering mendengar ceramah para kyai, katanya setiap perbedaan pasti ada hikmah. Tapi kita tahu, beda Idul Fitri, tapi Idul Adha sama. Ternyata menjadikan Islam tidak bersatu. Tahun lalu saja, Idul Fitri yang jatuh pada 1 Syawwal, bisa mencapai lebih dari 4 hari. Lalu yang gres, konflik di tubuh salah satu partai Islam. Yang sengsara ternyata ummat. Mereka berantem, seperti yang terjadi di Jombang, Gresik dan Jember, serta daerah lainnya. Inikah hikmah itu?


EDAN!,” demikian diungkapkan Mbok Darmi yang menyaksikan berita di teve hitam putih-nya. Saat itu, terlihat beberapa orang menerobos masuk ke kantor salah satu parpol yang terjadi dualisme kepemimpinan. Tidak hanya itu, ada juga yang menerobos kantor KPU untuk merampas berkas rivalnya, kemudian dibakar.

Mata Mbok Darmi tidak lepas dari layar kaca tevenya yang kadang diselingi gambar semut, karena antenanya kurang tinggi atau memang alakadarnya. ”Masya Allah!,” pekik Mbok Darmi yang melihat salah seorang dipukul ramai-ramai.

Karena asyiknya menyaksikan siaran televisi, Mbok Darmi lupa menata dagangannya di warungnya. Hingga ia tersadar saat ada orang yang datang ke warungnya. ”Assalamu’alaikuuuuumm...!!!,” kata orang itu.

Wa’alaikumsalam...!!! eh.... Cak Hasan,” jawab Mbok Darmi. Ternyata yang datang Cak Hasan, warga kampung setempat langganan ngopi di warung Mbok Darmi. Ia biasanya ngopi sambil cangkru’an setelah turun sholat Isya’. Biasanya Cak Hasan ngopi bersama Kang Brodin, Markuat, dan Cak Semprul.

Saat itu masih sore, jam baru menunjukkan pukul 19.45 Bagian Barat Waktu Warung Mbok Darmi (BW2MD). Jadi belum begitu ramai. Cak Hasan kemudian memesan kopi manis pada si Mbok. Ia terus menikmati pisang goreng dan ketela goreng yang disediakan di atas piring.

Uuuppsssh...!!! accchhh!!!,” ia menghembuskan asap rokok kuat-kuat. (mumpung fatwa rokok haram keluar kali, Cak Hasan ngrokoke ngecis).

Ini Cak kopinya. Cak tadi lihat berita tidak? Ada berita bagus lho!,” kata Mbok Darmi cerocos.

“Berita apa sich Mbok, semua itu bagus-bagus. Paling-paling ya berita masalah Ryan lagi,” sautnya.

“Endak Cak! Ini lain lagi,”

”Emang berita apa’an Mbok?,”

Itu lho Cak, berita masalah pencalegan,”

”Ach!!! Itu biasa Mbok. Setiap mau pemilu juga pasti ada pencalegan. Jadi ya nggak ada yang istimewa. Beritanya paling juga jumlah caleg yang diusung partai A sekian, partai B sekian,” kata Cak Hasan yang tetap dengan nada cueknya.

Waduh peno ini ketinggalan berita. Itu lho Cak, ada partai yang memiliki kepengurusan double alias ganda khan ramai,” jelas Mbok Darmi.

E... lha dalah...!! si Mbok sekarang makin maju, bisa bahasa orang-orang barat, pakai double segala,” canda Cak Hasan yang tetap tidak menanggapi serius omongan Mbok Darmi.

“Terusno Cak! Wong aku iki ngomong serius kok diajak guyon terus piye toh?,” kata Mbok Darmi kesal gara-gara tidak ditanggapi serius.

Belum sempat dijawab Cak Hasan, tiba-tiba datang bergerombolan seperti orang yang mau demo ke warung Mbok Darmi. “Assalamu’alaikuuuuuuuuum.........!!!,” ucap tiga orang dari luar warung Mbok Darmi secara bersamaan.

Wa’alaikumsalaaaaammmm.....!!!,” jawab Cak Hasan dan Mbok Darmi hampir bersamaan.

“Seperti mau demo aja, emang ada apa kok rombongan rame-rame ini?,” tanya Cak Hasan agak heran, karena tidak seperti biasanya mereka datang bersamaan seperti itu.

Aku mau demo, kalo si Mbok Darmi buat warung bisa ramai, aku juga mau buat warung Mbok Darmi II. Ayo ikut ke warungku!,” kata Markuat mengajak Cak Hasan. Akibatnya, Cak Hasan dan Mbok Darmi bingung dibuatnya.

“Emangnya ada apa dengan warung si Mbok?,” tanya Cak Hasan bengong tidak menyadari kalo ia dikerjain teman-temannya.

Lha iya tho. Masak aku mau bikin warung dengan nama Mbok Darmi II nggak boleh toh?,” protes Markuat lagi yang disetujui Kang Brodin dan Cak Semprul.

“Itu khan namaku, apa nggak ada nama yang lain?,” giliran Mbok Darmi yang protes.

“Ya yang laku itu nama pean Mbok, jadi ya aku pakai juga nama warungku,” jawab Markuat.

Mendapat jawaban itu, semua terdiam. Cak Hasan dan Mbok Darmi makin bingung melihat tingkah polah teman-temannya yang tidak biasanya. Sementara Markuat, Cak Semprul, dan Kang Brodin dalam hati tertawa cekikikan.

“Emangnya ada apa ini. Ayo duduk dulu, pasti setiap masalah ada penyelesaiannya,” ajak Cak Hasan agar semua tenang dan dapat menjelaskan duduk persoalannya. Namun ajakan itu malah membuat ketiga temannya itu tertawa terpingkal-pingkal. Hal it membuat keduanya semakin bingung.

“Ha.....ha....ha..... Cak lan si Mbok, sepurane iki mau guyonan, nirokne sing ning tv-tv,” jelas Kang Brodin.

“Nirokne opo toh sing ning tv?,” tanya si Mbok dan Cak Hasan hampir bersamaan.

“Itu lho, masak podho-podho wong Islam-e kok yo rebutan masalah caleg,”

“Ohhh...!! itu toh. Kalo itu aku tadi sudah ngomong sama Cak Hasan, tapi Cak Hasan ra nyambung-nyambung malah aku diledek terus,” saut Mbok Darmi.

“Ono opo toh?,” Cak Hasan tetap belum mengerti.

Gini lho Cak, tak jelasno setitik wae yo. Jare kyai perbedaan itu ada hikmahnya. Tapi kenyataannya, gara-gara masalah caleg, wong Islam podo cakar-cakaran. Kubu A nyakar kubu B, soale ra biso nyalonke caleg. Trus berkase diobong karo lawane. Kalau sudah begini, dimana hikmahnya itu?,” tanya Kang Brodin.

Lha iya masak sesama partainya nggak biso akur. Kalo yang biasa ceramah terus-terusan cakar-cakaran, opo pantes dijadikan tulodho (contoh –bhs Indonesia)?,” tambah Cak Semprul. Tadi, lanjutnya, di tv masak sesama orang Islam kok ya kepruk-keprukan, saling pukul, saling bakar berkas.

Oh.... dadi berita apik iku mau masalah partai yang kisruh lan nggak terima toh! Ya itulah kekuasaan. Semua bisa dilakukan hanya untuk mengejar kekuasaan, akibatnya persaudaraan mulai pudar. Islam yang harusnya menjaga ukhuwah lan silaturrahmi sudah berubah beringas. Ini semua juga tidak lepas dari tayangan tv yang mengumbar kekerasan, baik itu kejadian nyata maupun film,” kata Cak Hasan.

Akibatnya, lanjutnya, mereka sudah hilang rasa yang menyatakan bahwa kita semua adalah bersaudara.

”Terus gimana Cak?,” tanya Mbok Darmi.

Ya seharusnya mereka yang memiliki massa itu yang meredamnya, bukan malah ngadu (mengaduh) dan memperuncing persoalan. Dan ini bukti, kekuasaan membuat mata buta. Tidak bisa melihat siapa lawan, siapa kawan alias saudara. Yang terpenting, tujuan tercapai. Yang menghalangi sikat, jadi hukum yang berlaku seperti hukum rimba,” terang Cak Hasan.

Lha terus gimana kalo sesama saudara saling cakar-cakaran?,” tanya Markuat yang sejak tadi jadi pendengar setia akhirnya buka suara juga.

Ya...gimana lagi! Wong itu juga sudah wataknya. Jadi ya itu tadi, seharusnya pemimpin-pemimpin itu dapat mengendalikan massanya masing-masing. Trus penegak hukum harus tegas, serta petugas keamanan harus mengamankan setiap keputusan yang telah ditetapkan juga dengan tegas, jangan setengah-setengah. Jika setengah-setengah akhirnya magak seperti kasusnya Achmadiyah,” terang Cak Hasan.

Kemudian juga, lanjutnya, harus diingat bahwa kita semua adalah saudara yang harus saling bergotong royong. ”Pasalnya kita mati pun tidak dapat berangkat sendiri, siapa tau butuh bantuan mereka juga. Jadi yang paling penting, bagaimana seseorang itu menjaga jangan sampai menyakiti orang lain. Wong harta dan kekuasaan itu khan nggak dibawa mati toh?,” tandasnya.

Inggih Caaaaak.................!!!,” saut mereka bertiga secara serempak kemudian disambut tertawa bersamaan. ***

Tidak ada komentar: