BROSUR PMC Cell - Klik Gambar di Bawah Ini

BROSUR PMC Cell - Klik Gambar di Bawah Ini
PMC Cell - Master Pulsa Electric

Menggapai Kemuliaan Muslimah dengan Bimbingan Salaful Ummah

Kamis, 14 Agustus 2008

Balada Ryan dan 106 Terpidana Mati Menunggu Eksekusi


Terbongkarnya aksi nekat sosok Ryan (Very Idam Henyansyah) yang menghabisi sedikitnya 11 nyawa manusia, membuat bulu kuduk setiap yang mendengarnya merinding. Apalagi kabarnya, saat ini di
lingkungan sekitar rumah tempat tinggal Ryan terdengar suara aneh yang kerap meghantui warga. Pantaskah hukuman mati tetap diterapkan di Indonesia?


BARU-baru ini Mbok Darmi dikejutkan dengan berita yang menyatakan Komnas HAM menyetujui adanya penghapusan hukuman mati. Persoalannya sepele, yakni hanya karena hidup dan mati seseorang itu hanya Sang Pencipta yang berhak untuk mengaturnya. Si Mbok pun bingung dan pusing tujuh keliling. Persoalannya bukan karena ia kehilangan barang berharga, ia pusing dan bertanya-tanya, ditaruh di mana otak mereka itu?

Sebagaimana diketahui oleh Mbok Darmi, hukuman mati itu sudah ada sejak jaman dahulu. Hal itu berlaku, bukan karena unsur balas dendam atau alasan yang lainnya. Tapi persoalan untuk mengatur kehidupan. ”Sehingga manusia itu tidak seenak udel-nya sendiri. Jika hukuman mati dihapuskan, siapa yang bertanggung jawab terhadap nasib dan kejahatan yang terjadi di muka bumi?,” pikir Mbok Darmi.

”Wong ada hukuman mati saja masih banyak orang yang saling membunuh. Bagaimana nanti jika benar-benar hukuman mati dihapus? Pasti hukum rimba yang berlaku. Dan tentunya yang meminta hukuman mati dihapus, itu sudah bukan otak manusia, tapi otak hewan yang akhirnya saling paten tinaten (saling bunuh membunuh –red),” pikiran Mbok Darmi terus menerawang jauh entah kemana. Pikirannya tidak karuan menyaksikan tingkah polah manusia ’tidak’ pintar yang sok keminter.

Karena asyik melamun, ia tidak menyadari Cak Hasan sudah berdiri di depan pintu yang mengucap salam sejak tadi. Tapi karena asyik dengan lamunannya, si Mbok sampai-sampai tidak mendengar salam dari Cak Hasan.

”Assalamu’alaikuuuuuuuuuuuuuummm!!!,” kali ini Cak Hasan mengucap lebih keras lagi. Baru setelah mengucapkan salam agak keras Mbok Darmi geragapan dan serta merta menjawabnya dengan terkejut.

”Wa...waalaikumsalam! eh Cak Hasan maaf lho Cak tadi nggak dengar,” jawab Mbok Darmi seraya mempersilakan Cak Hasan Masuk.

”Kok ngelamun Mbok? Ada apa?,” tanya Cak Hasan.

”Ach.... Nggak kok Cak. Mbok cuman heran campur geli melihat berita di tivi,” jawabnya.

”Emang berita apa’an Mbok?,” tanya Cak Hasan penasaran.

”Itu lho.... masak hukuman mati minta dihapus. Aku aja yang orang kecil pingin tertawa jadinya,”

”Memangnya kenapa?,”

”Lha iya masak mencari sensasi kok ya macam-macam. Sekarang ini banyak orang pintar tapi bodoh,”

”Maksud si Mbok?,”

”Lha iya toh. Mereka itu ngaku Islam, tapi tidak ngerti Islam itu yang bagaimana. Wong di Islam sendiri juga ada hukuman mati. Memang sich yang namanya hidup dan mati di tangan Allah. Dan mereka yang dihukum mati, berarti juga telah ditakdirkan oleh Allah seperti itu. Gitu aja kok repot,” terang Mbok Darmi menirukan gaya Gus Dur.

Belum lagi diskusi itu berlanjut, tiba-tiba terdengar sura salam dari luar, ”Assalamu’alaikum....,”

”Wa alaikumsalam....,” jawab Mbok Darmi dan Cak Hasan hampir bersamaan.

Ternyata yang datang Kang Brodin. Ia tampak tergopoh-gopoh datang ke warung Mbok Darmi. ”Ada apa Kang kok terburu-buru seperti dikejar-kejar maling,” tanya Mbok Darmi.

”Itu lho Mbok, Ryan si jagal manusia terancam hukuman mati!,” seru Kang Brodin.

”Aduh Din... Din.... tak kira ada apa. Kalo cuman berita Ryan yang terancam hukuman mati itu sudah basi. Wong sekarang yang lagi in itu beritanya beberapa orang minta hukuman mati dihapus kok,” jelas Cak Hasan.

“Lho kok aneh? Yen dihapus terus orang membunuh seenaknya gitu?,” tanya Kang Brodin malah kaget.

“Ya ndak toh, mereka maunya minta dihukum seumur hidup,” jawabnya.

“Lho.... lho.... lho...!!!,”

“Kok pean malah lho lha lho lho aja? Emang kenapa?,” tanya Cak Hasan.

”Mbok kopi ya. Lha kalo gitu orang membunuh 100 orang juga mintanya dihukum seumur hidup? Ini hukum apa namanya, harga nyawa hanya diganjar seumur hidup. Edan tenan opo?,”

”Nah kamu jadi heran toh? Makanya kalo soal Ryan dihukum mati itu sudah basi. Ini baru namanya berita,” ejek Cak Hasan.

”Ya itulah namanya manusia, jaman sekarang itu ternyata banyak orang yang salah kaprah. Bukan ahlinya ikut bicara soal yang tidak ia mengerti. Akibatnya ngawur semua. Negoro malah gak karu-karuan. Yen ngene terus, yo ayo awak’e tobat jama’ah wae,” ajak Mbok Darmi.

”Maka dari itu, kalau milih pemimpin harus dilihat dulu nasabnya, jangan asal pilih yang ganteng, yang tenar tapi ternyata tidak tahu aturan. Itu lebih berbahaya. Untuk itu dalam memilih pemimpin teliti dulu. Jangan seperti membeli kucing dalam karung. Eh... nggak tahunya kucingnya kakinya hanya dua,” sindir Mbok Darmi yang sejak tadi jadi pendengar setia. ***