BROSUR PMC Cell - Klik Gambar di Bawah Ini

BROSUR PMC Cell - Klik Gambar di Bawah Ini
PMC Cell - Master Pulsa Electric

Menggapai Kemuliaan Muslimah dengan Bimbingan Salaful Ummah

Kamis, 18 September 2008

Gerakan Malu se-Dunia

Malu Bohong


Selain menjaga malu, ada lagi yang tidak kalah penting dalam Gerakan Malu se-Dunia, yakni Malu Berbohong. Saat ini banyak anak kecil yang sudah pandai berbohong. Mereka sering kali mbujuki orang tuanya demi untuk kesenangannya, demi untuk dapat bertemu teman-temannya.


SUATU hari Amin akan berangkat sekolah. Sebelum berangkat, seperti biasa ia salaman dan mencium tangan ibunya. Kemudian mengucap salam, dan sejenak kemudian ia sudah berlari-lari kecil menyusuri jalanan ke arah sekolahnya. Tapi sebelumnya, sang ibu dengan bangganya memberinya uang saku untuk jajan. ”Nanti di sekolah jangan beli es ya..! nanti kena pilek lho!,” pesan ibunya seraya memberikan botol minuman ke dalam tasnya.


”Iya Bu, terima kasih! Assalamu’alaikum....!,” jawab Amin singkat.


”Wa alaikumsalam..! Hati-hati di jalan,” pesan ibunya.


Di sekolah, si Amin kecil pun bermain-main dengan teman-temannya saat istirahat. Ia bermain, berlari, tidak jarang ia terjatuh saat lari. Akhirnya ia dan teman-temannya kelelahan setelah bermain. ”Ayo Min kita beli es, aku haus nich!,” ajak temannya.


”Ndak aku sudah bawa minum dari rumah,” jawab si Amin.


”Ayolah...!! Es lebih segar daripada teh yang kamu bawa,” bujuk temannya. Sejenak kemudian, ia bimbang beli es atau tidak.


”Ayolah Min, masak yang lain beli es kamu tidak?,” bujuknya terus.


”Aku takut, soalnya ibu tadi sudah pesan nggak boleh beli es,” jawab si Amin polos.


”Ha... ha... ha... masak ibumu tahu, di sini khan tidak ada ibumu. Ibumu di rumah. Iya khan?,” bujuknya lagi.


Hal itu membuat hati Amin bingung dan bimbang, antara ikut beli es bersama teman-temannya atau menuruti ibunya yang melarang. “Tapi ibu khan tidak ada di sekolah. Jadi kalau aku beli es ibu juga nggak bakal tahu,” pikir hatinya.


Akhirnya ia mulai tertarik dengan ajakan temannya. ”Ayolah Min, tunggu apa lagi, nanti keburu masuk kelas lho!,” temannya terus mendorongnya untuk membeli es.


Sejenak kemudian, si Amin mengeluarkan uang dari sakunya. Ia kemudian membeli es lilin dan minum bersama teman-temannya. Seakan hal itu menunjukkan persahabatan yang sejati dengan bersama-sama bemain, bercanda, dan tertawa bersama.


Akhirnya setelah selesai meminum es, ia dan teman-temannya melanjutkan main lagi. Namun sejenak kemudian, bel tanda masuk kelas berbunyi. ”Teng..... teng..... teng.....!!,” bunyi bel sekolah.


Setelah mengikuti pelajaran, bel pulang pun berbunyi. Mereka semua semburat berlarian dari dalam ruang kelas. Ada yang jalan kaki, naik sepeda, atau dijemput saudaranya. Amin pun pulang bersama teman-temannya. Ia kejar-kejaran dengan teman-temannya. Sampai tanpa terasa sudah ada di depan rumahnya. Ia pun mengucap salam, dan dijawab orang tuanya dari dalam.


Setelah salaman dengan ibunya, Amin pun bergegas ke kamar untuk ganti baju. Sejenak kemudian ia makan. Usai makan, ia pun ditanya ibunya, termasuk uang sakunya untuk membeli apa? Terus kenapa minum yang dibawakan tidak diminumnya?


Sejenak Amin terlihat gugup, tapi ia seperti terinspirasi kata-kata temannya. Uangnya ia belikan makanan dan chiki. Ia tidak minum karena tidak haus. Itulah jawaban Amin yang mulai berani berbohong.


Sorenya ia menggigil kedinginan, ia pun masuk kamar dan tubuhnya di selimuti kain tebal. Ibunya yang tahu anaknya sakit mulai bingung. ”Kamu kena apa Min?,” tanya ibunya.


”Kedinginan, batuk, dan pilik, Bu,” jawab Amin.


”Lha tadi kamu makan apa di sekolah?,” tanya ibunya mulai curiga.


”Iya Bu, maaf, tadi Amin beli es. Habis diajak teman-teman Amin,” katanya polos.


Itulah salah satu hal yang saat ini kerap terjadi. Berkata jujur dapat menyelamatkan hidup di dunia dan di akhirat. Bagaimana pun juga, ini peringatan bagi kita untuk tidak berbohong, apalagi pada orang tua kita. Mereka yang melahirkan kita, mereka yang merawat kita, mereka yang menyayangi dan membesarkan kita. Tegakah kita membohongi mereka?


Tidak hanya pada orang tua, pada orang lain pun kita jangan sampai berbuat bohong. Bagaimanapun juga bohong sangat berdosa. Kecuali pada hal-hal tertentu, maksudnya berbohong untuk kebaikan. Misalkan saat makan, ternyata masakan si istri tidak enak. Dalam hal ini, suami boleh berbohong dengan mengatakan makanannya enak untuk menyenangkan hati istrinys. Karena bagaimanapun ia sudah susah payah untuk memasak dan seharian bekerja di rumah.


Pada jaman Rasulullah SAW, ada seorang sahabat yang tidak dapat menghilangkan perbuatan jeleknya. Saat itu, ia senangnya berzina dan mencuri. Rasul tidak menghukumnya langsung. Tapi ia pun menyuruhnya berhenti dari perbuatan tersebut. Ia menyatakan tidak sanggup. Kemudian Rasul meminta untuk tidak berbohong. Ia pun menyatakan kesanggupannya untuk tidak berbohong.


Hari berikutnya, saat ia usai mencuri dan berzina, ia ketemu Rasul. Ia pun ditanya dari mana oleh Rasulullah. Ia pun bingung, soalnya sudah berjanji untuk tidak berbohong. Akhirnya ia mengatakan dengan sebenarnya dan banyak sahabat lainnya yang menyaksikannya. Ia pun akhirnya malu dan menghilangkan kebiasaan buruk tersebut.


Itulah hikmahnya mengapa kita diperintahkan bahkan dilarang untuk berbohong. Karena dengan tidak berbohong, Insya Allah kita tergolong ahli syurga. Amiin. ***

Jombang, 18 Ramadhan 1429 H (18 September 2008)

1 komentar:

Anonim mengatakan...

temen2 saya mengucapkan minal aidzin wal faidzin, mohon maaf lahir dan batin. selamat hari raya idul fitri

buat temen2 yang mau belajar membuat dan menulis dengan format buku elektronik silahkan kunjungi www.e-buk.tk

salam,