BROSUR PMC Cell - Klik Gambar di Bawah Ini

BROSUR PMC Cell - Klik Gambar di Bawah Ini
PMC Cell - Master Pulsa Electric

Menggapai Kemuliaan Muslimah dengan Bimbingan Salaful Ummah

Kamis, 18 September 2008

Gerakan Malu se-Dunia

Malulah! Maka Selamatlah Hidupmu


Saat ini kita dapat melihat, bagaimana fenomena kehidupan manusia yang serba canggih dan –katanya– serba modern ini. Di tengah sedang asyiknya untuk menunaikan kewajiban beribadah, seperti bekerja, ke masjid, atau menimba ilmu, tentu kita tidak dapat menghindari pandangan lain jenis.


DALAM sebuah hadits disebutkan, “Malu sebagian dari iman.” Satu kata ’malu’, itulah yang akan menyelamatkan hidup kita, baik di dunia lebih-lebih di akhirat. Lho kok bisa? Itu biasanya pertanyaan yang wajar. Malu, akan menyelamatkan hidup kita di dunia. Pasalnya jika kita memiliki rasa malu, maka kita tidak akan menggoda –sebutlah– sosok wanita. Jika wanita tersebut masih single, mungkin tidak banyak masalah. Tapi bagaimana jika ternyata wanita tersebut sudah bersuami, dan suaminya mengetahui kalau kita goda?


Yang pasti bagaimana jika istri kita digoda orang lain? Mangkel, ingin memukul, atau bahkan melumatnya. Itulah yang pasti ada dibenak para suami. Demikian juga dengan orang lain yang istrinya kita goda, pasti mereka juga memiliki rasa seperti itu. Agar tidak terkecoh dengan glamour dunia, lagi-lagi malu akan menyelamatkan kita.


Yang kedua adalah menyelamatkan akhirat kita. Maksudnya, saat ini di jalan banyak kita temui wanita yang berpakaian tapi telanjang. Maksudnya, ia memang memakai pakaian, tapi tidak sedikit kita temui pakaian yang ketat, transparan –kata orang barat You Can See– atau pakaian yang serba minim. Sehingga yang terlihat lekuk tubuh atau bahkan memamerkan kemolekan dan kemulusan kulit.


Saat ini kita sulit menghindari itu. Lagi-lagi malu berperan untuk menjaga dari pandangan-pandangan yang tidak pantas dilihat. Ini membuktikan malu mampu menyelamatkan dan menjaga hidup manusia, baik di dunia maupun di akhirat.


Dalam sebuah hadits disebutkan, ”Tundukkanlah pandanganmu terhadap wanita (bukan muhrim).” Disini tundukkan bukan sekedar menekuk wajah ke bawah, terus mata masih memandang. Tapi lebih ditekankan untuk tidak memandang dengan lebih mengedepankan ’malu’. Ada yang bilang ’jika tidak punya malu, berbuatlah sekehendak hatimu.” Ini menunjukkan, jika kita manusia yang dibekali dengan akal dan pikiran ternyata sudah tidak punya malu, maka berbuatlah sekehendak hatimu. Artinya, apa bedanya manusia sama binatang, jika sudah tidak punya malu, dengan memamerkan tubuhnya yang molek, kulitnya yang putih mulus dan lain sebagainya.


Tentunya tidak ada bedanya manusia dengan binatang, karena sudah tidak punya malu. Untuk itu, karena kondisi yang tidak memungkinkan, tentunya untuk meningkatkan rasa malu, harus dimulai dari diri kita sendiri terlebih dahulu. Sebelum kemudian melebar ke dalam keluarga, lingkungan tetangga dan masyarakat.


Ada sebuah hadits yang menyatakan, ”Pandangan pertama rejekimu, pandangan yang kedua dan seterusnya adalah dosamu.” Ini maksudnya bahwa jika kita memandang sesuatu yang tidak boleh kita pandang, seharusnya segera kita palingkan. Karena yang pertama masih dima’afkan, karena tidak sengaja. Tapi jika setelah itu tetap memandangnya, itu adalah dosa kita. Contohnya, jika kita tanpa sengaja memandang wanita yang terbuka auratnya, maka pandangan yang pertama adalah rejeki kita melihat hal itu. Tapi jangan dilanjutkan untuk terus melihatnya. Karena hal itu adalah dosa kita.


Itu jika tidak sengaja. Bagaimana jika pandangan itu sengaja dilakukan? Tentunya secara otomatis menjadi dosa kita. Itulah bagaimana Islam in melindungi hambanya dari api neraka. Jika Islam dikatakan penebar teror dan sebagainya, berarti mereka tidak paham dengan Islam.


Jika di Amerika memiliki gerakan Telanjang (Bugil) Bersama, di Indonesia mari kita sukseskan Gerakan Malu se-Dunia. Malu pada diri sendiri, malu pada orang lain, lebih lebih malu pada Allah.

Ini hanyalah pendapat dari penulis yang tidak lain hanyalah manusia biasa, jika ada salah kata itu sudah sewajarnya. Jika ada benarnya, itu merupakan dari Allah SWT. Semoga secuil tulisan ini bermanfaat bagi kehidupan kita di dunia dan akhirat. Amiin. ***

Jombang, 17 Ramadhan 1429 H (17 September 2008)