BROSUR PMC Cell - Klik Gambar di Bawah Ini

BROSUR PMC Cell - Klik Gambar di Bawah Ini
PMC Cell - Master Pulsa Electric

Menggapai Kemuliaan Muslimah dengan Bimbingan Salaful Ummah

Minggu, 24 Juni 2007

opini-Cermin Berbagai Macam Tayangan TV

Cermin Berbagai Macam Tayangan TV

Smack Down dan Kekerasan Anak, Siapa Yang Salah?


Oleh: MOCH. CHABIB ES, SE
Penulis adalah Alumni FE Univ. Darul 'Ulum Jombang, Koordinator Komunitas Penulis Lesehan (KOPEL) Jombang dan tergabung dalam Komunitas Penulis Jombang (KPJ)


"Ma, belikan itu lho!," pinta anaknya yang baru duduk di bangku kelas V MI pada ibunya saat melihat tayangan sponsor seorang anak sedang menggunakan laptop.
"Beli apa sih?," tanya ibunya belum mengerti.
"Itu lho bu, yang seperti dipakai anak itu," jawab anak itu seraya menunjuk ke arah layar tv.
"Oh itu, laptop toh! Belum waktunya nak!," saut ibunya.
Seperti tidak mau tahu, sang anak pun terus merenggek untuk dibelikannya. Ternyata penjelasan itu pun tidak mempan untuk meredam keinginan anaknya.



Itulah yang terjadi pada salah satu keluarga, bagaimana tayangan televisi begitu besar pengaruhnya terhadap perkembangan jiwa anak. Tidak hanya film untuk dewasa, film anak-anak pun juga perlu disikapi, seperti film Shinchan dan variannya yang sangat mudah mempengaruhi jiwa anak.

Melihat begitu besarnya pengaruh acara televisi terhadap perkembangan dan tingkah laku anak, maka perlu adanya jam khusus yang diberlakukannya. Sehingga kasus seperti terbunuhnya siswa kelas 6 SD di Bandung yang diakibatkan di-"smack down" temannya tidak lagi terjadi.

Sebagaimana diketahui, akibat meninggalnya siswa yang di-"smack down" itu, mematik reaksi dari berbagai kalangan. Mereka meminta acara itu dihentikan, karena dapat mempengaruhi jiwa anak untuk meniru adegan tersebut. Sebenarnya, siapa yang salah atas kematian siswa tersebut? Pihak pengelola televisi, orang tua atau lembaga penyiaran?

Terlepas dari penghakiman terhadap siapa yang salah, kejadian tersebut merupakan indikasi, bahwa acara-acara yang ditayangkan di televisi sangat besar pengaruhnya terhadap jiwa dan perkembangan anak. Anak akan berusaha meniru apa yang dilihatnya. Lalu tugas siapa mengawasi dan membimbing anak?

Bercermin dari kasus Smack Down, pihak stasiun televisi (dalam hal ini, LATIVI) juga tidak dapat disalahkan. Pasalnya, mereka menayangkan acara itu ada beberapa alasan. Mungkin karena jam 21.00 WIB sudah merupakan jam tayang untuk orang dewasa, lalu juga untuk menarik minat pemirsa sebanyak-banyaknya. Jika acara itu menduduki rating tertinggi, juga akan berpengaruh pada pemasukkan iklan. Jika ia disalahkan, (tanpa memihak pihak televisi), lalu bagaimana dengan acara-acara sejenis, bahkan bagaimana dengan adegan kekerasan dalam sinetron lainnya yang merupakan produksi dalam negeri. Tidak hanya itu, bagaimana dengan tayangan di siang hari yang mempertontonkan baju minim atau adegan ciuman dan seterusnya? Apakah ini juga tidak perlu disikapi?

Untuk itu, jika menyikapi acara televisi, perlu disikapi secara menyeluruh. Tidak sepenggal-sepenggal, atau hanya karena adanya kejadian yang sudah memakan korban.

Satu contoh lagi, tingginya kasus perkosaan terhadap anak yang dilakukan remaja dewasa atau anak-anak. Sebagian besar mereka melakukan karena setelah melihat adegan di televisi atau VCD. Hingga saat ini pun acara yang menampilkan baju minim dan bermesraan pun masih ditayang di siang hari. Itu pun harus disikapi.

Sebagai bagian akhir dari tulisan ini, sebenarnya yang seharusnya berperan aktif untuk mengawasi dan mengarahkan anak itu orang tua. Sebagaimana kita ketahui, setiap tayangan di televisi, sudah diberikan peringatan oleh pihak pengelola televisi. Bahkan dalam sebuah seponsor pun yang menayangkan adegan berbahaya juga telah diberikan penjelasan bahwa pelaku yang melakukan adegan itu sudah professional dan ahlinya, serta ada peringatan tayangan 17 plus, atau BO (bimbingan orang tua), dan SU (segala umur).

Peringatan itu, selayaknya sudah membuktikan bahwa setiap tayangan itu seharusnya disesuaikan dengan usia serta harus didampingi orang tuanya untuk memberikan penjelasan pada anaknya. Dari pengamatan, memang banyak yang perlu diperhatikan. Karena saat ini, tayangan film maupun sinetron yang mengumbar kekerasan pun tidak memperhatikan jam tayang. Jam 19.00 WIB pun ada yang menampilkan adegan pembunuhan, perkosaan dan bentuk kriminal lainnya.

Satu contoh lagi, pada acara Panji Sang Penakluk, itu pun juga sangat berbahaya bagi anak. Tidak menutup kemungkinan anak akan meniru adegan yang dilakukan sang Panji, yang kadang sangat membahayakannya. Salah satunya dengan memegang ular yang sangat ganas dan siap menggigit Panji. Meskipun diacara itu telah diberi peringatan, "Jangan Meniru Adegan Ini Sangat Berbahaya".

Tapi, karena tayangan itu dilakukan oleh seorang Panji, yang identik dengan anak kecil. Yang diamati sepintas memang untuk tayangan anak-anak, maka bisa jadi anak akan meniru adegan tersebut.

Untuk itu, peran semua elemen, baik itu keluarga, pemerintah atau lembaga penyiaran harus menyikapi kondisi ini. Tidak jarang, tayangan televisi yang merupakan cikal bakal timbulnya persoalan itu. Bagaimana menurut Anda? ***