BROSUR PMC Cell - Klik Gambar di Bawah Ini

BROSUR PMC Cell - Klik Gambar di Bawah Ini
PMC Cell - Master Pulsa Electric

Menggapai Kemuliaan Muslimah dengan Bimbingan Salaful Ummah

Sabtu, 10 Oktober 2009

Bencana, Siapa Yang Salah?

Bencana yang melanda Indonesia akhir-akhir ini, seharusnya disikapi dengan merenungkan apa yang telah terjadi di muka bumi. Jika kita mau lebih bijak menyikapinya, tentu saja setiap bencana itu bukan saja karena kondisi alam. Lebih dari itu, karena sikap dan tingkah laku manusia yang tidak lagi mau mengindahkan norma-norma agama.

Mengapa demikian? Jawabnya karena prilaku manusia yang sudah di luar batas dan norma-norma agama. Bagaimana sekarang ini prostitusi merajalela, bahkan mereka berani terang-terangan menentang peraturan yang tidak berpihak pada mereka. Tidak sedikit dari mereka yang melakukan aksi telanjang di tempat umum. Tidak itu saja, perjudian, minuman keras ataupun pencurian juga marak dilakukan.

Suatu fenomena yang jika diruntut, tidak jauh berbeda dengan kondisi jaman para nabi. Dan akhirnya mereka pun akan dihapuskan dari muka bumi dengan berbagai bentuk dan cara. Salah satunya dengan memberikan 'lampu hijau' atau 'warning' kepada mereka melalui berbagai bencana. Sungguh ironis memang, jika semua orang tidak menyadari hal itu. Mereka masih beranggapan karena itu merupakan akibat dari alam yang tidak bersahabat dengan manusia.

Jika kita lihat dan kita amati, mereka yang berduit baru terketuk hatinya untuk menyumbangkan sebagian hartanya untuk korban bencana yang telah disiarkan dan diberitakan secara besar-besaran dimedia. Tapi kenapa mereka baru mengulurkan tangan saat bencana sudah terjadi?

Bukankah sebelumnya mereka dapat menyumbangkan dan hasilnya dapat diberikan kepada yang tidak mampu, sehingga dapat memperbaiki kondisi ekonomi mereka. Kesejahteraan ummat dapat terwujud. Jika kita lihat, dalam sepekan saja, sumbangan korban dapat mencapai miliaran hingga triliunan rupiah. Kenapa itu tidak dilakukan saat kondisi yang baik dengan mengulurkan kepada yang miskin?

Tidak itu saja, kondisi ini diperparah dengan pelaksanaan ibadah haji yang kuotanya sudah habis hingga sekitar lima tahun ke depan. Padahal, jika kita amati, masih banyak anak yatim piatu dan kaum fakir yang ada di sekitar mereka lebih membutuhkan. Apakah hanya karena predikat 'Haji' kemudian melalaikan kondisi sekitar lingkungan? Mudah-mudahan tidak demikian. Pasalnya jika itu terjadi, maka amat berat cobaan yang akan ditanggungnya.

Semoga tulisan sedikit ini dapat menggungah hati kita semua untuk memulai dengan satu langkah untuk lebih memperhatikan lingkungan tepat kita tinggal terlebih dahulu. Untuk saling membantu saudara-saudara kita yang belum beruntung. Semoga dengan yang demikian itu dapat mengurangi perampokan, pencurian, dan perbuatan maksiat lainnya.

Sebagaimana diketahui juga, untuk memberantas miras pun sebenarnya tidak sulit, jika mereka mau dengan menutup pabrik atau rumah produksinya, sehingga tidak perlu lagi harus melakukan razia ke warung-warung. Yang terpenting adalah bagaimana menghapus kemaksiatan itu dari akarnya, bukan langsung dari ranting-ranting atau dahannya. Wallahu 'alam.

Tidak ada komentar: