Menulis, Susah-Susah Gampang
Kata orang tak kenal maka tak sayang. Demikian juga dengan kegiatan tulis menulis, tidak sedikit yang menyatakan gampang-gampang susah. Ya…akibatnya susah beneran nulis itu. Tapi jika sudah tahu tips n trik-nya, pasti kamu semua akan keranjingan untuk menulis.
Itulah yang sering menjadi pertanyaan sebagian besar para penulis pemula. Padahal yang seharusnya dijadikan pegangan bukan susahnya menjadi penulis, tapi orang lain dapat melakukan, akupun juga harus dapat juga. Mengapa demikian?
Yang menjadi pedoman hanyalah, kita semua manusia makan nasi. Demikian juga penulis-penulis yang sudah tenar sekalipun. Contohnya saja, beberapa waktu yang lalu, ada seorang TKW di Hongkong yang ternyata novel terbitannya laris manis. Penulis ini tidak lebih hanya seorang TKW asal Indonesia. Ternyata dalam kesehariannya, ia sering menyisakan waktu luangnya untuk menulis dan dikirim ke berbagai media massa maupun media internet.
Alhasil, ada yang membaca dan tertarik untuk mempublikasikan. Dan ternyata benar, buku novel perdananya meledak di pasaran. Sukses pertama, sebagian besar akan diikuti dengan sukses yang berikutnya. Dan itu sepertinya sudah menjadi hukum alam di Indonesia, yang sebagian besar terdorong oleh rasa penasaran akan isi sebuah buku.
Namun sayangnya, kesuksesan itu biasanya hanya bertahan pada dua atau tiga judul novel atau buku saja. Selebihnya sang pembaca bisa menebak alur cerita yang tertuang dalam tulisan-tulisan berikutnya. Itulah kelemahan penulis-penulis muda di Indonesia. Sementara pembaca sering ‘latah’ (baca: penasaran, ikut-ikutan) ingin tahu isi buku yang hanya berdasarkan cerita dari yang sudah membaca.
Seharusnya saat ini merupakan saat yang tepat bagi penulis-penulis muda dan yang akan memulai ‘karir’ dalam dunia tulis-menulis. Kenapa demikian? Saat ini masyarakat sedang butuh bacaan yang tidak banyak bicara, tapi butuh realita yang dapat diwujudkan dalam kehidupan sehari-hari. Masyarakat sudah lelah membaca buku yang serius tapi ternyata tidak dapat merubah kondisi kehidupan. Saatnya yang muda memberikan ‘sesuatu’ yang lain dari sebelumnya. Dengan gaya bahasa anak muda yang ringan dikemas dengan ringan tapi memiliki kualitas yang sangat mendalam. Apa itu? Jawabnya buat buku yang membuat masyarakat senang, tertawa dan hidup bahagia. Artinya buku yang memberikan motivasi dan peluang usaha sangat diburu.
Masih ingat dengan Emha Ainun Najib, penulis, sastrawan, kolumnis dan berbagai ‘jabatan’ yang pernah ia sandang. Penulis asal Jombang, Jatim ini sebelum tulisannya yang terkenal dengan kolom ‘Markesot’ di Surabaya Post juga demikian. Ia juga tidak sekali nulis langsung diterima di media massa, tapi melalui perjalanan yang tidak pendek juga. Tapi, begitu tulisannya banyak yang mencari dan memiliki penggemar sendiri, apapun yang ada di sekitarnya menjadi tulisan yang dicari oleh penggemarnya. Bahkan dalam perjalanan naik kereta api dari Jogja ke Jombang pun menjadi tulisan yang memiliki makna yang dalam, meski dikemas dalam tulisan ynag ringan dan menggunakan bahasa sehari-hari.
Masih ingat dengan novel anak muda yang ngetren sekitar tahun 1990, dan bahkan sampai dibuat filmnya? Iya benar jawaban Anda, novel Lupus. Novel ini banyak dicari kalangan anak mudah, padahal isinya hanyalah sebuah kekonyolan dan keusilan makhluk yang bernama Lupus. Remaja usia SMA yang lagi gandrung-gandrungnya menggaet seorang pacar. Keusilan makhluk yang bernama Lupus itu tidak hanya berlaku di sekolah saja. Di rumah pun ia juga sering membuat konyol, persis seperti film kartun Sinchan. Film Sinchan juga demikian, mengandalkan keusialan sosok Sinchan. Namun dalam film itu cenderung mengajarkan hal-hal yang negatif.
Jadi, intinya jika ingin jadi penulis harus pandai-pandai melihat dan mencari peluang. Selain itu yang terpenting alur cerita jangan yang mudah ditebak pembaca yang pada akhirnya akan membuat pembaca bosan. ***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar