BROSUR PMC Cell - Klik Gambar di Bawah Ini

BROSUR PMC Cell - Klik Gambar di Bawah Ini
PMC Cell - Master Pulsa Electric

Menggapai Kemuliaan Muslimah dengan Bimbingan Salaful Ummah

Minggu, 20 Juli 2008

Pesta Dibalik Derita

Banyak orang yang terjebak dalam ketenaran dunia, tapi sebaliknya menjerumuskan dirinya sendiri. Seperti pelaksanaan perayaan hari besar Islam. Baik masjid maupun musholla menggelar pengajian akbar, pengajian umum atau apalah istilahnya. Yang pasti, sering kita jumpai dalam satu desa dan bahkan dusun, terutama di kota-kota besar, mengadakan sendiri-sendiri untuk merayakan hari besar tersebut.


EMANG baik sich, tapi bagaimana kalau di sekitarnya masih ada rumah yang reyot, fakir miskin, anak yatim piatu yang masih serba kekurangan? Apa tidak sebaiknya dana yang rencananya untuk mengadakan pengajian dengan memanggil kyai atau ustadz terkenal lebih bermanfaat untuk mereka?,” pikir Cak Hasan seorang diri di teras masjid kampung itu.

Seandainya, lamunnya, dana itu dijadikan modal usaha bagi mereka yang membutuhkan dengan tetap diawasi dan dibimbing, tentu akan meningkatkan taraf hidup mereka. Tidak hanya itu, jika hal itu dapat dijalankan dengan baik, bukan tidak mungkin tidak ada ummat Islam yang hidupnya kekurangan.

Apalagi dana yang dikeluarkan minimal Rp 500 ribu hingga jutaan rupiah, itu namanya menghambur-hamburkan uang. Padahal di dekat lokasi itu masih banyak orang yang serba kekurangan,” pikiran Cak Hasan berkecamuk antara menggelar peringatan hari besar Islam yang mendatangkan penceramah terkenal atau memperingatinya dengan menyantuni fakir miskin dan yatim piatu.

Ia terdiam.

Cak Hasan masih termenung, ia memutar otak agar dapat memberikan yang terbaik dalam rangka memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW. Ia bimbang, jika tidak dilaksanakan, ia nggak enak sama warga sekitar. Tapi jika dilaksanakan, sama halnya dengan melukai perasaan warga yang kekurangan di sekitar masjid itu.

Akhirnya, karena tidak menemukan jawaban seorang diri, ia pun memutuskan untuk ke warung Mbok Darmi. “Siapa tahu di sana aku menemukan teman diskusi, untuk kemudian disampaikan pada rapat panitia hari besar Islam,” pikir Cak Hasan sambil melangkahkan kakinya meninggalkan masjid itu.

Ia melangkah pasti berharap ada solusi untuk memecahkan kebuntuhan pikirannya. Setelah menyusuri jalan desa, ia pun sampai di warung Mbok Darmi. “Assalamu’alaikum..!!!,” ucap Cak Hasan.

Wa ‘alaikumsalam, eh… Cak Hasan. Monggo Cak, kok tumben sendirian?,” tanya si mbok seraya mempersilakan Cak Hasan masuk.

Iya Mbok, ini tadi baru turun sholat Isya’ di masjid. Kok belum kelihatan semua, pada kemana mbok?,” jawabnya sambil balik bertanya.

Ya nggak tau toh, Cak. Kok kelihatannya Cak Hasan lagi bingung, ada apa toh Cak?,” selidiknya.

Nggak apa-apa, tolong kopinya ya mbok, yang sedikit manis aja ya,” pesannya.

Iya... tunggu bentar. Tapi bener nich nggak ada masalah apa-apa? Nggak usah disembunyikan, siapa tau aku bisa bantu,” tanya Mbok Darmi penasaran.

Iya mbok, sebenarnya aku bimbang!,” kata Cak Hasan pendek.

Emang bimbang apaan? Seperti mau ditawarin nikah lagi aja?,” ujar Mbok Darmi sekenanya.

Cak Hasan pun menceritakan panjang lebar soal kebimbangan hatinya dalam menggelar pengajian umum pada Mbok Darmi, antara menggelar pengajian atau menyantuni fakir miskin dan janda-janda yang ada di kampungnya.

Si mbok mendengarkan dengan seksama, setelah selesai mendengarkan, ia pun memberikan masukan. ”Kalo menurut aku sich... mending dilakukan kedua-duanya peringatan maulidan itu, ya dibuat menyantuni fakir miskin dan janda yang ada di kampung ini. Juga menggelar pengajian umum. Soalnya keduanya itu juga bermanfaat,” kata Mbok Darmi usai mendengar cerita Cak Hasan.

Cak Hasan terdiam sejenak.

Tapi....,” Cak Hasan tidak meneruskan kata-katanya.

Kenapa Cak?,” desak Mbok Darmi.

Belum sempat terjawab, tiba-tiba datang Markuat dan Kang Brodin.

Assalamu’alaikum......,” ucap mereka bersama-sama.

Wa ’alaikumsalam,” jawab keduanya.

Ini lho temanmu ada masalah,” ujar Mbok Darmi langsung bercerita tanpa menunggu komando dari Cak Hasan.

Oh... gitu toh. Bagus juga usul si embok,” seru Markuat.

Iya bagus, tapi....,” lagi-lagi Cak Hasan tidak meneruskan kata-katanya.

Nich kopinya, tapi kenapa?,” tanya Mbok Darmi.

Dananya tidak mencukupi jika dilaksanakan keduanya,” terangnya.

Ach... gampang! Kata Ustadz, soal agama itu gampang jadi jangan dipersulit. Demikian juga soal hidup, kalau nggak suka terhadap sesuatu jangan diambil hati. Hal itu juga berlaku bagi acara kita, mana yang lebih penting diantara dua hal itu,” seru Mbok Darmi.

Sruuutttupp...!!! Ach!! Nikmatnya kopi bikinan si embok ini. Aku setuju dengan pendapat si Mbok. Nah dari dua kegiatan itu, mana yang lebih mendesak dan penting. Pengajian juga penting, untuk meningkatkan keimanan dan ketaqwaan. Sedangkan menyantuni fakir miskin, anak-anak terlantar, dan janda-janda tua juga sangat penting. Mereka bisa saja keluar dari Islam, jika ada seseorang yang memberikan sesuatu untuk kehidupan mereka. Kalo menurutku lebih baik menyantuni itu tadi,” jelas Cak Hasan seraya menghembuskan rokok kreteknya dalam-dalam.

Sejenak kemudian, mereka hanya diam. Mereka saling berfikir dan terlihat menggerutkan keningnya. ”Ok! Sekarang kita putuskan bersama, baru kita sampaikan kepada panitia. Bagaimana jika dana itu untuk menyantuni? Setuju?,” Cak Hasan yang juga salah satu pengurus ta’mir masjid dan juga panitia itu minta persetujuan teman-temannya.

Setujuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuu!,” saut mereka serempak.

Baiklah nanti saya sampaikan. Soalnya mereka lebih membutuhkan,” papar Cak Hasan.

Hidup Cak Hasan!,” seru Mbok Darmi diikuti semua yang ada di warung itu.

Sudah... sudah..... seperti kampanye saja! Aku pamit dulu ya, mau menyampaikan ’aspirasi’ sampeyan-sampeyan tadi. Assalamu’alaikum...!,” Cak Hasan pamitan.

Wa’alaikumsalam..........,” jawab mereka serempak. ****

Tidak ada komentar: