BROSUR PMC Cell - Klik Gambar di Bawah Ini

BROSUR PMC Cell - Klik Gambar di Bawah Ini
PMC Cell - Master Pulsa Electric

Menggapai Kemuliaan Muslimah dengan Bimbingan Salaful Ummah

Minggu, 22 November 2009

Membongkar Kejahatan AS (2)

Upaya Merusak Kesehatan Manusia

Upaya Amerika merusak kesehatan manusia, bukan cuma melalui virus flu burung. Tapi bisa juga flu babi yang sempat menggegerkan dunia beberapa waktu lalu. Yang sangat aneh, seperti yang terjadi di Indonesia. Flu babi cuma menyerang sejumlah santri di Pondok Pesantren besar. JERRY D Gray, muallaf warga AS yang kini proses kewarganegaraan RI ini dalam seminar di Naturaid Agrobisnis Centre, Jombang mengungkapkan penyebaran virus bisa melalui berbagai cara, termasuk terakhir ini melalui pesawat udara khusus. “Kebiadapan” AS dalam upaya penyebaran kuman-kuman penyakit kepada manusia, dibeberkan sebagai berikut :


SEBELUM Amerika Serikat terbentuk menjadi sebuah Negara, kekuatan yang mengatur dan mengendalikan tanah yang baru tersebut adalah terorisme, pemusnahan massal, dan perang biologi melalui penyebaran kuman-kuman dan penyakit-penyakit terhadap penduduk aslinya. Salah satu penyerangan yang tercatat dalam sejarah adalah yang dilakukan oleh Jenderal Jeffrey Amherst.

Beberapa data yang tertuang dalam the Atlas of the North American Indian, dan the Conspiracy of Pontiac and the Indian War after the Conquest of Canada, menunjukkan bahwa pahlawan militer yang terkenal ini, telah “menyetujui” pendistribusian selimut dan sapu tangan yang telah terkontaminasi bibit cacar untuk digunakan sebagai alat perang wabah penyakit terhadap Indian Amerika. Bahkan, ada bukti tertulis berupa surat yang ditulis sendiri oleh Jeffrey Amherst.

Dalam suratnya kepada Kolonel Henry Bouquet, Komandan Angkatan Bersenjata Inggris, Jenderal Amherst bertanya, “Tidak bisakah diatur suatu cara bagi pengiriman bibit campak kepada suku-suku Indian yang tidak menyenangkan itu ? Dalam hal ini kita harus menggunakan strategi untuk dapat mengurangi jumlah mereka.” Bouquet menjawab, “Saya akan mencoba untuk menularkan penyakit tersebut kepada mereka melalui selimut-selimut yang akan jatuh ke tangan mereka, dan berusaha semaksimal mungkin untuk tidak ikut tertular.”

Sangat jelas terdokumentasikan dalam catatan milik William Trent, tertanggal 24 Mei 1763, seorang komandan militer lokal dari Pittsburgh. “Kami memberi mereka dua selimut dan sebuah sapu tangan yang kami ambil dari Small Pox Hospital. Saya harap itu akan menimbulkan dampak yang diharapkan.” Epidemi cacar secara cepat tersebar di antara lelaki, wanita, dan anak-anak suku Pontiac.

Jenderal Amherst sangat terkesan atas hasil yang sangat efektif pada perang kuman tersebut. Sehingga dalam suratnya kepada Kolonel Henry Bouquet tertanggal 16 Juli 1763, dia mengesahkan perang biologi sebagai kebijakan resmi Amerika dan memerintahkan penyebaran selimut-selimut yang terinfeksi campak untuk “memusnahkan para Indian” dan menyarankan agar Bouquet “mencoba metode-metode lain yang dapat memusnahkan ras yang buruk ini.” Dalam suratnya tertanggal 26 Juli 1763, Bouquet menjawab surat Amherst dan mengonfirmasi bahwa “seluruh petunjuk anda akan kami perhatikan.”

Seratus tahun kemudian, secara berkala, penggunaan kuman sebagai senjata dalam peperangan telah menjadi kebijakan AS. Secara berkala, sepanjang abad ke-19, angkatan bersenjata AS menyebarkan selimut-selimut dan benda-benda lain yang telah terkontaminasi bibit penyakit kepada suku asli Amerika, termasuk mereka yang telah ditahan di kamp-kamp konsentrasi (Pemerintah secara resmi menyebut lokasi ini sebagai “wilayah reservasi/reservations”). Tujuan dari serangan biologi ini adalah untuk memusnahkan dan membunuh sebanyak mungkin Indian Amerika, jika tidak menghancurkan mereka semua.

Agen penyebar penyakit yang digunakan tercatat dalam sejara bukan hanya cacar. Saat ini, merekapun menggunakan Variola, yang dapat disimpan dalam kondisi kering, juga kolera dan cacar. Metode penyebaran yang mereka pilih masih melalui penyebaran selimut-selimut dan alat-alat lain yang didistribusikan kepada para Indian.

Di tahun 1900, angkatan bersenjata Amerika Serikat mulai bereksperimen dengan berbagai senjata biologi, sebagian diantaranya digunakan pada tahanan perang baik warga Amerika maupun asing. Para korban termasuk lima orang tahanan warga Filipina yang tercemar berbagai macam jenis penyakit, dan 29 tahanan yang secara sengaja ditularkan penyakit beri-beri.

Di tahun 1915, agen-agen pemerintah mulai melakukan percobaan dengan racun-racun yang dapat menyerang dan menghancurkan otak dan system syaraf pusat. Dua belas orang Amerika yang di tahan di penjara Mississippi tercemar pellagra (kekurangan Vitamin B3 atau niacin).

Pengembangan atau percobaan-percobaan yang intensif atas senjata kimia dan biologi, telah dilakukan secara rutin di Amerika Serikat, Inggris, dan Jerman.

Dikatakan bahwa sejarah perang biologi dimulai oleh Fritz Haber, seorang ahli kimia terkenal, yang telah mengembangkan gas-gas beracun untuk Jerman selama Perang Dunia Pertama. Sebelumnya, Haber sudah dikenal karena keberhasilannya menemukan proses penyulingan nitrat yang dapat digunakan untuk membuat bahan peledak ataupun pupuk. Selama Perang Dunia Pertama, ia mendedikasikan dirinya bagi pengembangan gas beracun yang dapat dengan mudah membunuh manusia yang bersembunyi di lubang-lubang persembunyian. Gas-gas beracun sudah sangat banyak jumlahnya. Apa yang diusahakan oleh Haver adalah suatu racun yang dapat disebarkan sacara sempurna dalam medan peperangan. Haber melakukan pekerjaannya di Institut Berlin, dan mulai melakukan penyulingan gas khlor, yang tak berapa lama kemudian dilakukan percobaan dalam suatu medan perang.

Pada tahun 1919 dia dianugerahi penghargaan Nobel dalam bidang kimia. Namun demikian, ada bukti sejarah yang menyatakan bahwa Perang Kimia sebenarnya dimulai di Amerika Serikat. Pada tahun 1862, Edwin Stanton, Menteri Peperangan masa Presiden Lincoln, menerima sebuah proposal mengenai Perang Kimia dari Mr. John Doughty dari New York, yang didalamnya digambarkan pula suatu bentuk senjata pengebom. Mr. Doughty menulis , “Diatas ini adalah sebuah proyektil yang telah saya rancang untuk menyerang musuh. Sangat mengerikan apa yang dapat dilakukannya terhadap alat pernafasan, bahkan dalam jumlah yang sangat sedikit saja dapat menimbulkan batuk yang tak terkendali dan tak terhenti. Sebuah proyektil memuat dua atau tiga quart (1 quart = 0.9463 liter) cairan khlor berisi berkubik-kubik gas.

Dia terus menjelaskan panjang lebar menggambarkan potensi dari bom kimianya terhadap kapal-kapal, kota-kota, manusia ditempat persembunyian. “Atas pertanyaan moral yang timbul, saya menemukan jawaban yang agak paradoks, bahwa penggunaannya dapat mengurangi rasa kesukaan atas suatu peperangan dan mengarahkan konflik ke dalam penyelesaian yang lebih tuntas dan berkepastian.” [bersambung]

Kamis, 19 November 2009

Oleh-Oleh Dari Seminar Problematika Dunia Kesehatan (1)

Membongkar Kejahatan AS Merusak Kesehatan Manusia


Minggu, 15 November 2009 yang lalu, digelar seminar bertajuk “Problematika Dunia Kesehatan”. Seminar yang diselenggarakan oleh pengobatan herbal Naturaid Centre kerjasama dengan Pemuda Muhammadiyah ini menampilkan Jerry D Gray, Penulis dan Peneliti dari alumni AU USA. Dihadapan ratusan peserta yang datang dari berbagai daerah di Jatim ini, penulis buku Deadly Mist membeberkan kejahatan AS dalam bidang kesehatan berikut ini :

Flu Burung :

Avian Influenza (flu unggas), biasa dikenal dengan flu burung adalah salah satu virus flu yang paling aneh yang pernah saya tahu atau dengar sepanjang hidup saya. Saya tidak pernah mengetahui adanya suatu virus yang sangat selektif, ia mampu terbang ratusan mil melewati jutaan manusia yang dapat ia tularkan, hanya untuk menularkan pada dua atau tiga orang dan kemudian terbang kembali beberapa ratus mil lagi untuk memangsa korbannya yang lain.

Bahkan media internasional melewatkan berita utama –seperti wabah sebagaimana dibahas di bawah ini – dan memberikan prioritas lebih kepada satu atau dua kasus flu burung. Sebagai seorang jurnalis, saya merasa ini sebagai suatu keanehan.

· Selama bulan Januari tahun (2007) saja, lebih dari 4.800 orang Indonesia terinfeksi oleh demam berdarah dan 75 meninggal dunia.

· Selama tahun 2006, lebih dari 350.000 orang terinfeksi dan sedikitnya 1.500 meninggal dunia karena demam berdarah di seluruh asia.

· Selama setengah tahun pertama tahun 2007 di seluruh Indonesia, tercatat lebih dari 100.000 kasus demam berdarah membunuh 1.100 orang. Pejabat Kesehatan di Jakarta percaya bahwa angka ini akan naik hingga 200.000 pada akhir tahun, bandingkan dengan 114.000 orang yang terinfeksi di tahun 2006. liputan berita internasional mengenai epidemi ini sangat minim. (Catatan kaki 2).

· Ini adalah epidemi yang sangat serius, namun sangat kecil sekali liputannya oleh agen berita internasional. Ketika satu atau dua kasus flu burung diangkat ke permukaan, hal ini secara otomatis menjadi berita utama selama dua atau tiga minggu. Ini sangat tidak lazim. Sepertinya ada suatu hubungan antara flu burung dan media internasional. Saya ingin tahu kira-kira hubungan apa itu ?

Sebelum saya memulai bab ini, saya ingin menjalaskan bahwa saya bukanlah seorang dokter, komentar-komentar dan kesimpulan- kesimpulan saya didasarkan pada bukti-bukti yang ada, pengakuan- pengakuan, pertimbangan- pertimbangan deduktif, logika dan common sense. Dalam banyak hal didalam buku ini, saya yakin kita akan membuat kesimpulan yang sama.

Untuk alasan logis apa pemerintah AS memaksa dan mengancam Indonesia untuk membeli kaki ayam dari mereka ? Mengapa epidemi flu burung dimulai tidak berapa lama setelah pemerintah Indonesia menolak untuk mengimpor kaki ayam dari Amerika Serikat? Ratusan ribu ayam dipotong di Indonesia, sehingga mengalahkan persaingan ayam AS. Saya pribadi merasa ini sesuatu yang aneh.

12 Oktober 2005, Asia Pulse melaporkan bahwa Menteri Pertanian Indonesia Bapak Anton Aprijantono telah menolak pernyataan bahwa pemerintah berencana untuk mengizinkan impor potongan kaki ayam dari negara-negara Amerika dan Eropa. Pak Anton mengatakan, “Rumor yang mengatakan Bahwa Indonesia akan melakukan impor potongan kaki ayam sama sekali tidak memiliki dasar, dan kami akan menolaknya jika kami menerima permintaan dari sekelompok tertentu”. Ia menambahkan bahwa rumor mengenai Indonesia akan mengimpor potongan kaki ayam memang banyak sekali. Selanjutnya ia menjelaskan bahwa ia tidak mengharapkan potongan kaki ayam diimpor, karena presiden sama sekali tidak membahasnya.

Bapak Menteri Anton Aprijantono menjelaskan “Sungguh, kami tidak akan mengimpor potongan kaki ayam, karena produksi domestik kami cukup untuk memenuhi permintaan pasar.” “Bahkan ada tendensi produksi nasional akan berlebih dikarenakan adanya (flu unggas) dan kenaika harga minyak yang lebih dari 100%.

Alasan mengapa Menteri Pertanian menolak untuk mengimpor potongan kaki ayam adalah karena ketidakyakinan apakah ayam-ayam yang dipotong di negara-negara Amerika dan Eropa dikelola dengan cara yang tidak bertentangan dengan hukum Islam.

Mengelola pemotongan ayam berdasarkan hukum Islam atau tidak adalah isu yang sangat sensitif bagi peternak ayam lokal dan Muslim Indonesia.”. Ia juga mengatakan bahwa para peternak ayam unggas sedang berusaha keras untuk bangkit setelah serangan flu burung. “Jika potongan kaki ayam impor tiba di Indonesia, kondisi para peternak ayam kami akan menjadi semakin parah”.

Bukanlah ini apa yang sebenarnya ingin di capai oleh Tatanan Dunia Baru rekayasa AS. Pertama mereka menghancurkan bisnis anda (industri ayam, flu burung) kemudian mereka menyuplai anda dengan ayam-ayam mereka yang sangat mungkin merupakan hasil produk genetik sehingga menimbulkan efek terhadap kondisi kesehatan anda secara keseluruhan. Jika misalnya, Indonesia tidak mengikuti rekomendasi yang penuh tekanan dari pemerintah AS, maka mereka akan menghentikan pengiriman ayam-ayam ini (dan mungkin produk-produk lainnya) sehingga menaikkan harga lokal dan menghasilkan krisis karena kurangnya suplai ayam, suplai yang sekarang mereka (USA) kendalikan. Menteri Pertanian sangat bijaksana dengan menolak untuk mengimpor potongan kaki ayam dari Amerika Serikat. Saya sangat ingin tahu siapa yang sebenarnya mengendalikan ekspor potongan kaki ayam di Amerika Serikat.

Pada 5 Mei 2008, sekelompok dokter yang berpengaruh telah membuat suatu draf yang mengejutkan mengenai daftar rekomendasi untuk menentukan pasien mana yang dibiarkan untuk meninggal dunia selama pandemi flu burung atau bencana lainnya. Catatan daftar yang disarankan tersebut dihimpun oleh militer, Departemen Keamanan Dalam Negeri, Pusat Pengendalian dan Pencegahan penyakit, Departemen Kesehatan, Departemen Pemerintah, dan kelompok-kelompok medis. “Sebagai persiapan, rumah sakit- rumah sakit harus menunjuk tim triage dengan tugas seperti Tuhan yang menentukan siapa yang akan dan tidak akan mendapat perawatan yang dapat menyelamatkan jiwanya, kata salah satu anggota tim.

Menteri Kesehatan Siti Fadillah Supari menuduh World Health Organization (WHO) dan Amerika Serikat melakukan konspirasi dalam pengumpulan sample virus flu burung dan produksi vaksin-vaksinnya.

“Saya tidak membuat-buat cerita. Saya mendasarkan buku saya dari pengalaman saya sendiri. Ada bukti-bukti yang nyata mengenai hal ini,” Siti Fadillah Supari mengatakannya dalam suatu diskusi mengenai buku barunya yang baru beredar Saatnya Dunia Berubah, Tangan Tuhan di balik Flu Burung.

“Saya katakan pada WHO bahwa mekanisme mereka dalam mengumpulkan virus-virus dari negara-negara berkembang sangat tidak adil. Cara yang sama sebuah negara imprialis memperlakukan koloninya”.

Pada saat itu, katanya, pertanyaannya membuat Amerika Serikat marah dan ia kemudian menyampaikan kecurigaannya atas “konspirasi antara WHO dengan negara superpower.”

Ibu Siti (Menteri Kesehatan Indonesia) menolak cara diplomatik untuk mengurangi ketegangan yang terjadi antara Indonesia dan WHO. “Diplomasi di mata negara-negara superpower, berarti kita harus melakukan apa yang mereka ingin kita lakukan.”

Ibu Siti Fadillah Supari selanjutnya marah ketika mengetahui bahwa sample flu burung yang ia kirimkan digunakan secara eksklusif oleh 15 orang ilmuwan di Laboratorium Amerika Serikat di Los Alamos.

Seorang peneliti biodefense di Kementrian Pertahanan, Isro Samiharjo, mengatakan kepada para tamu bahwa Pemerintah AS menggunakan Los Alamos untuk mengembangkan senjata biologi (ini benar!).

Menteri Kesehatan Indonesia (Siti Fadillah Supari) adalah seorang wanita pemberani karena telah melawan WHO dan Amerika Serikat. Dunia memerlukan banyak orang sepertinya di posisi-posisi yang berpengaruh untuk melayani dan melindungi mereka yang tidak bersalah dari mereka-mereka yang hanya peduli atas keuntungan dan ambisi rasis. Menteri Kesehatan Indonesia berdiri tegak untuk negara demi negaranya dan kemanusiaannya, dengan tanpa peduli atas dampak negatif terhadap dirinya dan kariernya. Dia melakukan semua ini untuk rakyat Indonesia, dia melakukan semua ini untuk warga dunia. Di mata saya beliau adalah pahlawan bagi seluruh warga Indonesia. Semoga Allah mengaruniai Indonesia dengan orang-orang seperti beliau.

Reaturs

Laboratorium Media Angkatan Laut AS (NAMRU) “tidak transparan” dalam operasinya

(Mei 07, 2008)

Kami tidak tahu apa yang terjadi dengan virus-virus flu burung yang kita kirimkan.”

(Menteri Kesehatan Indonesia, Siti Fadillah Supari)


“Indonesia berusaha untuk membela kepentingan negara-negara miskin dengan menolak untuk berbagi sample virus flu burung dengan Negara Barat dan terkunci dalam kesalahfahaman budaya atas isu tersebut”. Menteri Kesehatan mengungkapkannya pada hari Rabu. Siti Fadillah Supari lebih lanjut mengatakan dalam wawancaranya, bahwa laboratorium Media Angkatan Laut AS (NAMRU) yang berada di Indonesia untuk melakukan penelitian atas penyakit-penyakit tropis sama sekali tidak memberikan keuntungan apapun pada negara tuan rumah, dan tidak transparan dalam operasinya. Menteri mengatakan bahwa Laboratorium Media Angkatan Laut AS di Jakarta telah menerima sample virus dari seluruh bagian Indonesia, tetapi sekarang sudah dihentikan. “Kami tidak tahu apa yang terjadi dengan virus-virus yang kami kirimkan itu.

OBAT FLU BURUNG RACUN BAGI REMAJA

Pada 13 Mei 2008, kecemasan timbul terhadap efek samping dari obat flu burung Tamiflu terhadap remaja. Tamiflu adalah anti virus untuk influenza umum A dan B yang dibuat oleh Hoffman La Roche’s di Swiss, tetapi digunakan juga untuk melawan flu burung. Walau demikian, kekhawatiran telah muncul tentang kemungkinan obat tersebut menimbulkan kerusakan mental bagi remaja. Walaupun obat ini menjadi satu-satunya obat yang terakreditasi oleh WHO (World Health Organization) sebagai obat efektif melawan virus H5N1, Pemerintah Jepang dan Korea melarang obat tersebut diberikan kepada remaja.

Badan Makanan dan Obat-obatan Korea mengumumkan bahwa obat tersebut tidak diperkenankan untuk diberikan kepada para remaja antara 10 hingga 19 tahun, kecuali dalan kondisi yang sangat mendesak. Keputusan Pemerintah ini dikeluarkan setelah Badan Kesehatan Jepang melarang obat ini diberikan kepada para remaja pada bulan Maret 2007.

“Sepertinya rekan-rekan keluarga Bush menerima banyak kontrak yang menguntungkan, terima kasih pada flu burung. Apakah ini suatu kebetulan ? Apakah flu burung diciptakan sebagai alat untuk mengendalikan populasi, dan sekaligus membuat perusahaan-perusahaan farmasi “tertentu” menjadi semakin kaya ?

Sejak saat itu, ada 1.268 kasus perilaku luar biasa yang dilaporkan, dan 85% adalah remaja. Mereka dilaporkan melakukan bunuh diri dengan cara melompat dari gedung-gedung atau mobil.

Pada 19 Mei 2008, GlaxoSmith Kline Plc, Produsen obat-obatan terbesar di Eropa, memenangkan izin untuk menjual vaksin flu pra-pandemi yang bernama Prepandix, terjual di 29 negara untuk melindungi rakyatnya dari virus sebelum atau pada awal pandemi.

Peringatan para Ilmuwan terhadap Epidemi Flu Burung

(27 Mei 2008)

Para ilmuwan memperingatkan pada hari senin bahwa keturunan flu burung telah maju mendekati pengembangan ciri-ciri yang dibutuhkan untuk menciptakan suatu epidemi di kalangan manusia. Para peneliti yang menganalisa sample virus yang bernama H7N2 yang dapat beradaptasi lebih baik pada mamalia hidup.

Para ilmuwan mengidentifikasi turunan kedua H7 yang dapat menimbulkan Pandemi

(27 Mei 2008)

Menurut para ilmuwan Amerika, Flu burung turunan H5N1 sejauh yang ini telah membunuh 241 orang bukan satu-satunya yang dapat menciptakan pandemi. Para ilmuwan telah menemukan bahwa beberapa turunan H7 sudah mulai berevolusi menjadi turunan yang dapat secara mudah menginfeksi manusia.

Dari contoh diatas, dapatkah anda melihat bagaimana para master manipulasi pikiran melalui media berusaha menakut-nakuti setengah penduduk dunia ? Begitu orang-orang mulai menanggapi epidemi flu burung dengan seksama, mereka akan mulai membeli obat-obatan flu burung untuk memproteksi diri. Ini sangat manusiawi. Sifat manusia adalah mereka takut mati dan akan melakukan apapun untuk melindungi diri mereka. Sehingga dalam kasus ini, mereka akan melakukan vaksinasi dan membeli banyak obat-obatan sebagai usaha preventif, tanpa menyadari anak-anak remaja akan berakhir melakukan bunuh diri karena efek samping dari tamiflu. Sementara perusahaan- perusahaan farmasi “besar” menciptakan jutaan dolar. Disamping potensi berbahaya dari efek sampingnya, tamiflu belum pernah terbukti efektif melawan flu burung, hanya WHO yang menyatakan demikian, walaupun bukti-bukti menunjukkan sebaliknya.

Flu Burung Lebih Mematikan Daripada 10 Bom Hidrogen

(31 Mei 2008)

Para ilmuwan mengkhawatirkan sifat alami penyakit ini (influenza burung), setelah menjadi pandemi, dapat lebih mematikan daripada sepuluh bom hidrogen.

Ini lagi sebuah contoh teror media yang sempurna. Judul berita ini jelas menyatakan bahwa flu burung, begitu ia menjadi epidemi, akan menimbulkan kerusakan lebih dahsyat dari 10 bom hidrogen. Ini sepenuhnya merupakan spekulasi tidak berdasar fakta (sebuah kampanye untuk membuat orang takut). Jika anda meledakkan bom hidrogen di New York, kerusakannya tentu sangat parah, tetapi jika bom tersebut diledakkan di Kutub Utara, hampir tidak akan ada korbannya. Contoh yang sama mungkin dapat diterapkan terhadap flu burung, jika virus tersebut benar-benar bermutasi menjadi virus yang mematikan seperti yang digembar-gemborkan oleh WHO dan media internasional pada dunia (dan mengingatkannya pada kita setiap hari sepanjang tahun), dan lokasinya terpencil dan terisolasi, maka kerusakan yang akan ditimbulkannya tentu juga minimal.

Petunjuk-petunjuknya sangat mengerikan, yaitu jika anda telah membaca enam bab pertama dari buku ini, anda akan melihat suatu pola mulai terbentuk. Ada beberapa kasus flu burung yang dilaporkan secara besar-besaran oleh media diseluruh dunia dengan disertai peringatan- peringatan oleh WHO mengenai kemungkinan akan terjadinya epidemi global. Dengan yang sebenarnya, dan mereka mengikuti langkah-langkah pencegahan yang direkomendasikan oleh pemerintah mereka dan WHO. Vaksin diproduksi secara massal oleh perusahaan- perusahaan farmasi (pilihan) yang biasanya memiliki ikatan dengan nazi Jerman, keluarga Bush, dan teman-teman mereka.

Uang kita kemudian terperas habis, suatu epidemi yang kekuatannya tak terbayangkan benar-benar terjadi, (makin sedikit manusia), orang-orang non kulit putih, orang-orang dengan penyakit, dan orang-orang yang melawan Tatanan Dunia Baru terbunuh. (Lady Diana secara luas mengumumkan posisinya yang menentang Tatanan Dunia Baru, dan ia kemudian tewas dua minggu kemudian). Dengan setengah penduduk dunia dalam keadaan sakit atau sekarat, Tatanan Dunia Baru akan dapat bergerak dengan lebih bebas mengatur planet ini. Mereka benar-benar ada dan kita harus menanggapi hal ini dengan serius, sebelum semuanya terlambat. (bersambung)

Senin, 16 November 2009

Kontroversi Film Kiamat 2012

Fatwa MUI Jawa Timur yang mengharamkan melihat film 'Kiamat 2012' secara tidak langsung ikut serta mempopulerkan (mempromosikan -red) film tersebut. Masyarakat saat ini cenderung penasaran dengan hal-hal yang dilarang, sehingga cenderung mendorongnya untuk melihat.


MENURUT penulis, Majelis Ulama Indonesia (MUI) Jatim tidak seharusnya mengharamkan menonton film tersebut. Tapi lebih pada pengambilan hikmah dari pemutaran film tersebut untuk senantiasa lebih meningkatkan keimanan dan ketaqwaan umat. Pasalnya, siapa pun tidak ada yang tahu kapan terjadinya kiamat. Tapi yang pasti kiamat itu pasti datang dan akan datang.

Kita tidak harus memikirkan kiamat kubro (kiamat besar), dimana kehancuran alam semesta akan terjadi. Pada tingkatan lebih kecil lagi, seharusnya kita lebih mengacu pada terjadinya kiamat sughro (kiamat kecil) yang berupa kematian. Inilah yang perlu dipertegas dalam menyikapi film Kiamat 2012.

Penulis tidak menyalahkan dan tidak membenarkan, yang penulis lebih tekankan disini adalah kiamat itu pasti datang. Entah itu berapa jam kedepan, esok, seminggu lagi, sebulan, setahun atau berapa tahun lagi. Yang menjadi pertanyaannya adalah apa yang telah kita siapkan untuk menyongsong kejadian -yang menurut manusia itu- sangat mengerikan?

Bagaimana sesaat setelah tubuh kita dimasukkan ke liang lahat, kemudian pengantar mulai meninggalkan 'rumah' singgah ketiga setelah di dunia. Siapakah yang akan menemani kita?

Dari sinilah pemikiran untuk membuat coretan-coretan ini. Setidaknya hikmah dibalik adanya film tersebut, manusia akan senantiasa meningkatkan keimanan dan ketaqwaannya pada sang Khaliq (Pencipta -red). Setidaknya kita akan berbuat jelek akan berfikir, dan setidaknya bisa menguranginya.

Jadi film tersebut sebenarnya tidak perlu jadi polemik, seharusnya kita dapat mengambil sisi positifnya. Semua umat sudah mengetahui, bahwa kiamat kubro itu tidak dapat dipredisksi kapan terjadinya. Tapi umat juga mengerti bahwa kiamat itu ada. Yang perlu mendapat perhatian adalah mengarahkan maksud dan tujuan film itu. Sehingga dapat meningkatkan ketaatan kita.

Ibadah yang sebelumnya hanya setengah hati semakin ditingkatkan, kegiatan sosial juga semakin digalakkan. Itu semua bukan untuk siapa-siapa, tapi untuk diri kita sendiri.

Ini hanyalah ulasan sedikit, untuk setidaknya mampu mengurangi polemik perlu tidaknya menonton film Kiamat 2012 itu. Jika ada yang kurang berkenan dihati, hamba mohon maaf dari lubuk hati ini.

Rabu, 04 November 2009

Heboh Statement Kadiv Humas Mabes Polri

Rabu, 4 Oktober 2009 tadi siang sekitar pukul 14.30 WIB, bersamaan sidang di Mahkamah Konstitusi (MK), digelar juga konfrensi pers oleh Kadiv Humas Maber Polri Irjen Pol Nana Sukarna menyikapi adanya hasil rekaman kasus Cicak vs Buaya, yang disiarkan secara live oleh TVOne.


Namun ada yang janggal –menurut penulis– apa yang disampaikan oleh Kadiv Humas Mabes Polri, Irjen Pol Nana Sukarna. Kenapa janggal? Soalnya salah satunya –kurang lebih– ia mengatakan bahwa orang yang hanya berencana (mengajak -red) membunuh seseorang tidak bisa dijadikan tersangka, karena tidak cukup bukti.

Meski waktu itu hanya sebagai ungkapan kiasan, tapi menurut penulis, ini menjadikan sebuah bukti nyata lemahnya hukum di Indonesia. Kenapa? Memang secara hukum tidak cukup bukti. Buktinya nanti jika si-fulan meninggal akibat dibunuh. Ini baru bukti. Apa demikian, apa harus jatuh korban dan sejenisnya. Jika demikian, dimana motto Polri yang sebagai pengayom masyarakat.

Statement tersebut, juga bisa diartikan, mengajak seseorang untuk membunuh kepala pemerintahan, presiden, atau yang sejenisnya juga tidak apa-apa, karena cuma ucapan, dan tanpa ada bukti. Bahkan rekaman yang diputar secara umum di MK pun juga belum bisa dijadikan bukti menurut hukum di Indonesia. Jika demikian, kenapa sidang itu harus buang-buang waktu percuma hanya untuk mendengarkan rekaman yang tidak bisa dijadikan bukti untuk menyeret seseorang ke kursi pesakitan.

Terlepas dari itu, ternyata rekaman itu meski tidak bisa dijadikan bukti, tapi sudah dapat ’membebaskan’ Bibit Waluyo dan Chandra. Jadi tetap saja ada manfaatnya. Ini yang tidak masuk akal lagi.

Pasalnya, jika rekaman itu ’tidak’ berguna, kenapa keduanya dibebaskan setelah rekaman itu diputar. Di sinilah, statement itu akhirnya terbantahkan dengan sendirinya. Jadi dengan modal rekaman itu, tentunya siapa yang disebutkan dalam rekaman dan si penelpon dapat dipanggil untuk menambah semakin kuatnya bukti-bukti itu melalui pengakuan mereka.

Jangan sampai ucapan bernada ’ancaman’ dibiarkan berlalu, gara-gara tidak ada bukti fisik. Sementara bukti omongan dianggap angin berlalu.

Wah.... wah..... wah.... kalau sudah begini, maka akan jadi apa negara ini? Ya tentunya akan ada lagi semacam perseteruan antara Cicak dan Buaya!

Selasa, 03 November 2009

Cicak dan Buaya

Upaya Perebutan Kekuasaan dan Jaga Martabat Institusi

Mencermati isi dari rekaman yang dimiliki KPK di depan Mahkamah Konstitusi (MK), Selasa (3/10/2009) rakyat kecil jadi tertawa dan senyum-senyum sendiri. Setidaknya hukum di Indonesia ini sudah diperjualbelikan, dan sesama instansi saling menjatuhkan. Kenapa hal ini bisa terjadi?

Perseteruan antara Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) dan Polri memasuki babak baru, pasca diputarnya hasil rekaman penyadapan telepon oleh KPK. Bibit Waluyo dan Candra, yang baru saja menikmati pengapnya penjara, segera dibebaskan. Ini membuktikan bahwa kinerja Polri perlu dipertanyakan. Bukan tidak mungkin kasus-kasus semacam ini terjadi. Orang yang tidak bersalah mendekap dalam penjara, sementara yang salah bebas berkeliaran menghirup udara 'kemerdekaan'.

Seharusnya kejadian ini tidak perlu terjadi, seadainya tidak ada kepentingan-kepentingan 'terselubung' baik itu pribadi maupun institusi. Mereka seharusnya dapat belajar dari kasus salah tangkap yang terjadi di Jombang, beberapa waktu yang lalu. Hanya karena menerima segepok uang, masalah bisa berubah. Yang salah bisa jadi benar dan yang benar bisa jadi salah.

Tampaknya hal-hal seperti itu tidak bisa sekaligus diberantas, jika tidak ada 'reformasi' total di tubuh Polri. Kita ambil contoh yang mudah saja. Soal judi togel. Jika polisi bisa menangkap pengecer, tentunya ia juga tahu pengepul atau bandar-nya. Tapi kenapa hanya pengecer yang ditangkap, bukan langsung bandar gede (bede)-nya.

Kemudian juga masalah peredaran miras, kenapa hanya warung-warung penjualnya. Ini tidak akan menyelesaikan masalah. Tutup saja perusahaan pembuatnya, maka yang dibawah pun tidak akan dapat berjualan lagi. Tapi, lagi-lagi yang menjadi pertanyaan adalah ada apa dengan 'skenario' seperti ini?

Yang lebih 'gila' lagi sesama institusi saling 'mengintai', saling menjatuhkan, jika dilihat hanya perkara 'ladang'-nya yang dulu 'basah' kini kering kerontang. Inilah yang terlihat dari perseteruan antara KPK dan Polri.

Antara benar dan tidaknya, biarlah hukum kebenaran yang bicara. Sepandai-pandainya menyimpan bangkai, akan tercium juga akhirnta.

Senin, 02 November 2009

KPI Tak Mampu Stop Sinetron Inayah

(Catatan: Dimuat di Harian Duta Masyarakat, Senin 2 November 2009 dengan Judul ”Sinetron ’Inayah’ dan Mandulnya KPI”)

Oleh: Wiwik Afifatul Choiroh, SPd.I
Penulis adalah Alumnus STAIN Kediri, Pengajar di SDN Plumbon Gambang I Gudo, Jombang, juga aktif di Komunitas Penulis Jombang (KPJ).


-ooOOoo-

Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) “ditantang” Inayah. Beranikah lembaga ini menghentikan penayangannya? Soalnya beberapa kali diperingatkan, ternyata tidak juga bergeming. Bahkan hingga berbulan-bulan, sinetron ini masih tayang dengan scenario yang sama.

-ooOOoo-


Siapa yang tidak kenal sinetron Inayah? Hampir semua tahu sinetron yang penuh dengan konflik dan intrik untuk saling menjatuhkan dan menguasai satu dengan yang lainnya, meski dalam satu keluarga. Banyak yang menyukai, juga tidak sedikit yang membencinya. Pasalnya, secara tidak langsung, apa yang ada dalam sinetron itu berpengaruh buruk bagi kehidupan keluarga. Apalagi dalam sinetron itu juga melibatkan anak-anak kecil, yang notabene kadang belum sadar akan apa yang dilakukannya.

Sebagaimana diketahui, jika menyimak tayangan sinetron dari awal, kita semua akan tahu bahwa judul awalnya sinetron tersebut adalah Hareem. Karena isinya dianggap mengandung tayangan orang dewasa, maka Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) meminta dengan tegas agar memindahkan jam tayang menjadi pukul 22.00 Wib, serta memperbaiki isi siaran sinetron tersebut. Hal itu sebagaimana tertuang dalam suratnya No. 112/K/KPI/03/09 tertanggal 24 Maret 2009 yang merupakan peringatan terakhir.

Pasca keluarnya surat peringatan terakhir itu, maka sinetron Hareem-pun berubah dan tampil dengan judul yang baru, Inayah. Judul ini diambilkan dari salah satu tokoh dalam sinetron Hareem, yang dijadikan sebagai tokoh utama dalam sinetron ini.

Namun demikian, seiring dengan perjalanan waktu, ternyata tidak ada perubahan dalam skenario ceritanya. Semuanya ’nyaris’ seperti pinang dibelah dua, sama dan tidak ada bedanya dengan cerita Hareem, yang mengumbar kekerasan, memojokkan poligami sebagai ’biang’ kehancuran rumah tangga dan trik-trik lainnya, seakan mengajari pemirsa bagaimana harus bertindak jahat dalam rumah tangga yang dibangun dngan poligami. Intinya, tidak ada baiknya sama sekali untuk mempraktekkan poligami. Yang ada hanya saling mencari celah untuk menyingkirkan satu sama lain, meski ada dua yang selalu akur, yakni Ami Ita dan Ami Ratna. Tapi mereka pun termakan hasutan dari Sarah.

Tidak hanya itu, berbagai adegan pun sebenarnya tidak layak untuk dipertontonkan. Misalnya, bagaimana Sarah membunuh Ami Ratna dengan meracunnya, bagaimana ia menculik Ita dan mencoba membunuhnya. Bagaimana satu dengan yang lainnya untuk saling menjebloskan ke dalam penjara. Yang lebih gila lagi, dan merupakan pembodohan terhadap masyarakat, adanya adegan face off yang dilakukan begitu mudahnya.

Hingga saat ini, masyarakat senantiasa dicekoki oleh tayangan-tayangan yang sangat jauh dari ajaran agama. Mereka mengumbar adegan kekerasan, kebencian, fitnah, hasut dan lainnya. Semua trik negatif nyaris ada dalam sinetron Inayah.

Karena dianggap tidak ada perubahan yang signifikan antara sinetron Hareem dan Inayah, maka KPI mengeluarkan untuk pertama kali bagi sinetron Inayah surat dengan Nomor 348/K/KPI/VI/09 tertanggal 30 Juni 2009 yang mengklarifikasi tayangan sinetron Inayah, karena Indosiar dianggap KPI telah melakukan pelanggaran norma kesopanan dan kesusilaan, pelecehan terhadap agama tertentu, muatan kekerasan verbal maupun non verbal.

Lagi-lagi pihak Indosiar dan PH sepertinya membandel dengan tetap tidak menghilangkan unsur-unsur yang telah disebutkan. Mereka sengaja ’melawan’ KPI yang sepertinya mulai kehilangan ’gigi’ taringnya untuk melakukan pelarangan dan memberikan sanksi kepada pihak-pihak terkait. Bahkan pada tayangan-tayangan berikutnya, sinetron ini lebih mengumbar kekerasan, kebencian, dan kehancuran keluarga yang mnerapkan poligami.

Akibat dari tayangan tersebut, KPI kembali mengeluarkan surat teguran Nomor 478/K/KPI/VIII/09 tertanggal 14 Agustus 2009. Dalam surat surat teguran yang ditujukan pada stasiun televisi yang menayangkan, Indosiar, KPI menyatakan sinetron Inayah menampilkan banyak adegan kekerasan verbal maupun fisik.

Sebagaimana dengan nasib surat teguran lainnya, peringatan-peringatan itu hanya dijadikan sebagai sebuah permainan baik itu dari pihak stasiun televisi maupun rumah produksi (Production House/PH). KPI sepertinya sudah ’ompong’, gigi taringnya sudah tumpul, sehingga membiarkan tayangan tersebut berlarut-larut mencekoki masyarakat dengan tayangan yang tidak mendidik dan bahkan cenderung membodohi masyarakat.

Selain mengumbar tontonan yang berbau keekrasan dan sejenisnya, ceritanya pun membingungkan dan selalu diulang-ulang. Serta tokoh pemeran utama, yakni Inayah tidak mencerminkan sebagai sosok yang ditokohkan dalam sinetron ini. Sebaliknya yang layak menjadi tokoh utama adalah Ndoro Doso. Sosok Inayah, dalam sinetron itu digambarkan sebagai wanita yang kelihatan sekali – maaf – bego-nya. Seharusnya sebagai tokoh utama ia memiliki jiwa yang tangguh, cerdas, pintar. Tidak hanya itu, skenario yang dibuat pun ’mbulet’. Jika ada pemain yang hilang, maka akan disusul dengan pendatang baru. Dan bahkan setelah sekian lama tidak muncul, dengan tiba-tiba akan muncul kembali.

Ini menunjukkan bahwa pihak sutradara sengaja memanjangkan cerita, hingga entah sampai berapa episode lagi. Jika perlu, seandainya Inayah ini berhenti, maka akan ada lagi Inayah jilid kedua. Lebih tidak masuk akal, mereka hanya memperebutkan harta warisan dari Ndoro Doso. Padahal ia masih hidup. Seharusnya yang namanya warisan adalah jika seseorang itu sudah meninggal. Dalam mendapatkan warisan pun caranya tidak mendidik, dan itu bisa saja akan dipraktekkan oleh pemirsa tayangan tersebut.

Sayangnya, masyarakat Indonesia, terutama di daerah pedesaan, lebih menyukai tayangan seperti itu. Padahal secara sengaja maupun tidak, langsung atau tidak langsung, tayangan seperti itu akan meracuni keharmonisan keluarga. Secara tidak langsung, jika ada persoalan sedikit saja, maka beberapa trik di sinetron tersebut akan dilakukan.

Sebenarnya tidak hanya sinetron Inayah yang menjadi persoalan. Sinetron remaja pun juga perlu diwaspadai. Misalnya masih remaja sudah berani berciuman, bahkan lokasinya di lingkungan sekolah. Sekarang kita hanya bisa berpangku tangan kepada KPI untuk segera melarang tayangan sinetron Inayah, jika tidak maka akan banyak korban ‘moral’ yang akan diakibatkan oleh tayangan ini. ***