Jika selama ini anak-anak kita disuguhi dengan tayangan yang penuh dengan adegan kekerasan, berbau pornografi semacam Power Ranger, Boneka Shin Chan, dan sejenisnya. Kini tampil si tengah-tengah kita kelucuan yang sekaligus mendidik, Upin dan Ipin. Kartun ini, bisa jadi akan menggeser 'kartun' asal Indonesia Si-Unyil. Padahal, jika dilihat, hampir sama.
Meski produk tersebut berasal dari tangan-tangan kreatif negeri Jiran, Malaysia tapi patut dijadikan tontonan bagi anak-anak di Indonesia. Tidak hanya pesan-pesan religius yang ditonjolkan di sini. Padahal, sebelum Upin dan Ipin muncul, Indonesia telah terlebih dahulu memiliki film sejenis, yakni Si Unyil. Sayangnya, film yang sempat mendapat tempat di hati masyarakat Indonesia, saat masih tayang di TVRI itu, tidak dikelola dengan baik.
Artinya, dari segi setting dan sejenisnya monoton. Seandainya film itu dikemas dalam kepingan VCD pasti masih mendapat tempat. Karena saat ini, orang tua sudah mulai memikirkan tayangan yang pas dan cocok dengan usia mereka, sehingga tidak terjebak pada film-film yang mengumbar kekerasan yang ujung-ujungnya anak melakukan 'perlawanan' terhadap apa yang dikatakan orang tua.
Disinilah, siapa yang sedang berkecimpung di film tersebut diharapkan dapat memberikan muatan-muatan yang mendidik dan dikemas dengan kondisi yang terjadi saat ini. Harapannya anak tidak bosan dan dapat menerima apa yang dimaksud dalam cerita tersebut. Jika tidak, maka anak-anak yang sebagai generasi penerus akan 'dicekoki' dengan tayangan-tayangan yang berbau pornografi dan tayangan kekerasan setiap jamnya.
Ini merupakan tantangan dari produser untuk lebih kreatif lagi dalam membuat suatu tayangan yang berbasis anak-anak, yang sekaligus menggabungkan antara kesenangan, pendidikan, hiburan, dan pesan-pesan moral yang ada dalam setiap episode-nya.
Meski produk tersebut berasal dari tangan-tangan kreatif negeri Jiran, Malaysia tapi patut dijadikan tontonan bagi anak-anak di Indonesia. Tidak hanya pesan-pesan religius yang ditonjolkan di sini. Padahal, sebelum Upin dan Ipin muncul, Indonesia telah terlebih dahulu memiliki film sejenis, yakni Si Unyil. Sayangnya, film yang sempat mendapat tempat di hati masyarakat Indonesia, saat masih tayang di TVRI itu, tidak dikelola dengan baik.
Artinya, dari segi setting dan sejenisnya monoton. Seandainya film itu dikemas dalam kepingan VCD pasti masih mendapat tempat. Karena saat ini, orang tua sudah mulai memikirkan tayangan yang pas dan cocok dengan usia mereka, sehingga tidak terjebak pada film-film yang mengumbar kekerasan yang ujung-ujungnya anak melakukan 'perlawanan' terhadap apa yang dikatakan orang tua.
Disinilah, siapa yang sedang berkecimpung di film tersebut diharapkan dapat memberikan muatan-muatan yang mendidik dan dikemas dengan kondisi yang terjadi saat ini. Harapannya anak tidak bosan dan dapat menerima apa yang dimaksud dalam cerita tersebut. Jika tidak, maka anak-anak yang sebagai generasi penerus akan 'dicekoki' dengan tayangan-tayangan yang berbau pornografi dan tayangan kekerasan setiap jamnya.
Ini merupakan tantangan dari produser untuk lebih kreatif lagi dalam membuat suatu tayangan yang berbasis anak-anak, yang sekaligus menggabungkan antara kesenangan, pendidikan, hiburan, dan pesan-pesan moral yang ada dalam setiap episode-nya.
2 komentar:
jordan shoes
fila shoes
cheap jordan shoes
goyard tote
nmd
nike air max shoes
valentino
balenciaga sneakers
supreme clothing
coach outlet store
jordans
ferragamo belts
louboutin shoes
yeezy boost 350
jordan shoes
kd 11
nike x off white
air jordan
michael kors handbags outlet
balenciaga shoes
Posting Komentar