Kembali ke Jahiliyah
Aku heran saat melihat lalu lalang kendaraan yang memadati jalan raya, saat malam Takbir Idul Fitri tiba. Anak-anak muda sedang meluapkan kegembiraannya, dengan naik motor bergerombol, ada juga yang duduk di atas trotoar sambil berpelukan mesra. Kemudian ada pula truk atau mobil pick up yang penuh dengan suara bedug. Tapi sayang, tanpa ada suara Takbir yang keluar dari bibir mereka.
Ini seperti yang terjadi pada jaman Jahiliyah, yang diceritakan oleh guru agama di SMA dulu. Itulah jerit hati Cak Hasan melihat kondisi remaja saat ini. Cak Hasan juga melihat orang tua dan remaja yang berdesak-desakan hanya untuk meluapkan kegembiraan, karena esoknya mereka udah tidak puasa lagi.
”Padahal, seharusnya mereka bersedih ditinggalkan bulan penuh barokah, maghfirah, dan ampunan yakni bulan Ramadhan,” kata hatinya seraya berputar mengendarai motor buntutnya keliling kota sambil mengumandangkan takbir, tahmid, dan tahlil bersama Kang Brodin.
”Kang, seandainya semua umat Islam ini mengumandangkan takbir, baik yang mengendarai motor maupun mobil, tanpa ada kebut-kebutan. Alangkah indahnya ya Kang?,” katanya pada Kang Brodin.
”Iya Cak! Tapi sayangnya mereka hanya hura-hura tanpa tujuan yang jelas. Bahkan diantara mereka ada yang wuuuiiiich! Berpelukan seperti Teletubis,” saut Kang Brodin.
”Seharusnya saat menyambut datangnya bulan suci Ramadhan mereka bergembira, menghias rumah dengan aneka hiasan Islami. Alangkah senangnya hati ini. Trus saat Idul Fitri tiba, mereka bisa senang bisa juga sedih,” kata Cak Hasan.
”Lho kok bisa gitu Cak?,” tanya Kang Brodin yang diboncengnya.
”Ya.....iya lah! Sedih karena ditinggal bulan Ramadhan. Sementara senang karena hari kemenangan untuk kembali suci laksana bayi yang baru lahir telah ada di depan kita,” jelas Cak Hasan.
”Iya...ya Cak. Tapi sayangnya semua belum menyadari itu semua. Seandainya semua mengumandangkan takbir sepanjang jalan, mereka tidak membuang bendin percuma. Sudah berapa liter yang terbuang saat takbiran malam ini?,” keluh Kang Brodin.
”Itu juga bagaimana orang tuanya mengarahkan putera-puterinya untuk dapat menjadi anak yang sholeh-sholihah. Sehingga peran orang tua juga perlu dipertanyakan, seandainya orang tua mengarahkan, mengajak, membimbing, dan memberi contoh untuk ikut mengumandangkan takbir. Tentunya sangat bahagia keluarga itu,” papar Cak Hasan.
Kemudian keduanya melanjutkan mengumandangkan takbir kelilingnya dengan mengendarai motor, setelah sebelumnya ia bertakbir keliling kampung bersama anak-anak TPQ di kampungnya.
”Allahu Akbar.... Allahu Akbar.... Allahu Akbar walillahilham,” suara takbir keluar dari bibir kedua orang ini diantara deru mesin dan klakson kendaraan lain.
Dalam kesempatan itu, Cak Hasan dan Kang Brodin dkk juga mengucapkan Selamat Hari Raya Idul Fitri 1429 H Minal Aidin wal Faidzin Mohon Maaf Lahir Bathin. ”Semoga tahun depan semua ummat Islam saat Idul Fitri dan Idul Adha bersama-sama untuk bersatu mengumandangkan takbir. Serta meningkatkan ukhuwah, saling membantu bagi orang yang tidak mampu, sehingga mereka juga ikut bergembira. ***
2 komentar:
Pak chabib itu dalang dari cak Hasan,kang broden ya...aktore cerpen di KPJ.Makasih ceritanya,selalu ada hikmahnya!
off white nike
zx flux
supreme
ferragamo belts
nike air max 270
cheap jordans
jordan sneakers
mbt shoes
supreme clothing
vans
Posting Komentar