Menyaksikan acara Debat yang digagas salah satu televisi swasta nasional, TVOne, Kamis (11/09/2008), saya jadi ingin tertawa, geli, dan lucu. Bagaimana tidak? Sudah jelas undang-undang itu dibuat untuk kebaikan dan melindungi kaum wanita kok ya yang menolak itu pihak yang dilindungi. Kalau tidak diatur, mau jadi apa generasi kita? Wong diatur saja masih banyak yang melanggar, apalagi kalau tidak diatur? Mau jadi apa generasi selanjutnya?
KATANYA aktivis perempuan, katanya sebelum adanya RUU Anti Pornografi dan Pornoaksi sudah menyuarakan penolakannya terhadap pornografi. Tapi ternyata kok ya menolak adanya RUU Anti Pornografi dan Pornoaksi yang rencananya mau di-dok pada Selasa (23/09/2008). Heran dech jadinya pemirsa. Acaranya sich bagus, tapi isinya cocok kalau dikatakan tidak lebih hanya ‘Debat Kusir’. Alias debat yang hanya buang-buang energi, tanpa ada hasil yang nyata.
Apalagi saat itu menghadirkan salah satu aktivis perempuan –katanya sich dalam textline dibawah namanya– plus berjilbab lagi. Jika dilihat dan didengarkan, aku sendiri rasanya malu. Pasalnya jika ia Islam dan muslimah, tentunya akan setuju dengan busana yang santun dan menutup aurat. Apalagi hal itu tidak mengundang syahwat laki-laki hidung belang.
Apakah ia rela jika anaknya mengikuti trend –yang katanya modern– dengan memakai baju super ketat plus menampakkan udel (pusar -red)-nya. Jika jawabnya setuju, tentu perlu dipertanyakan ‘jilbab’ yang dikenakannya. Masak anak sendiri dibiarkan dengan pakaian seperti itu?
Jadi jangan heran jaman yang katanya era globalisasi –tapi menurutku kok jadi ngombalisasi–ini akan ada yang namanya jaman purba jilid ke-II. Bagaimana saat ini dapat kita lihat di jalan-jalan, di mall, atau yang lainnya. Mereka datang dengan mobil mewah, handphone keluaran terbaru, ditambah lagi cincin emas menghiasi tangan dan daun telinganya. Tapi sayangnya untuk membeli secuil kain untuk menutup paha, dada, dan lainnya tidak mampu (maaf jika tidak berkenan dengan penyebutan bagian-bagian tubuh tersebut). Dunia memang sudah aneh!
Dengan berpakaian (bukan berbusana lho!) di atas lutut, terus belahan pakaian atas menonjolkan putihnya kulit, ditambah lagi dengan ketatnya pakaian hingga membentuk lekuk tubuh. Mana ada lelaki yang tidak tertarik, kemudian melirik, dan akhirnya menarik untuk kemudian berbuat yang nggak-nggak.
Intinya, sumber dari terjadinya berbagai tindak asusila itu juga akibat dari ulah wanita itu sendiri. Lalu ada yang protes, masak anak yang masih berumur empat tahun juga diperkosa? Apakah anak kecil itu juga gara-gara memperlihatkan auratnya? Nah yang ini pun jangan dipandang anak kecilnya! Tapi lihat dulu alurnya alias ceritanya sebelum ia ketemu anak kecil sebagai pelampiasan.
Bisa jadi si lelaki bejat tersebut sebelumnya melihat orang dewasa yang berpakaian minim. Karena nafsu yang sudah mentok di ubun-ubun dan bingung mencari pelampiasan. Bisa jadi jika dilampiaskan pada wanita dewasa yang memakai pakaian minim, ia di penjara. Akibatnya mencari ’mangsa’ yang belum mengerti apa-apa. Atau bisa juga akibat ia menonton video porno, karena setan burik sudah menang perang yang berkecamuk dalam hati, akhirnya pelampiasannya anak ingusan, alias anak bau kencur, bin anak kecil.
Wis toh nggak usah sulit-sulit. Agama itu mudah, tapi jangan dipermudah. Agama itu tidak sulit, tapi jangan dipersulit. Maksudnya yang mudah itu jangan lagi digampangno. Bisa jadi nanti kena batunya –bukan mendo’akan lho!– tapi setidaknya dalam setiap tindakan harus berhati-hati, apalagi menyangkut akhidah.
Apalgi berdasarkan penelitian, Indonesia termasuk urutan pertama pengakses internet yang mengakses gambar-gambar porno alias cybersex. Karena begitu gampangnya kita dapat mengaksesnya. Ini merupakan salah satu cara orang barat untuk merusak moral tidak hanya remaja, lebih dari itu dan lebih parah lagi adalah moral bangsa. Itulah berbagai cara orang barat untuk menghancurkan Islam.
Jika kita sebagai orang Islam tidak peduli dengan moralitas kita sendiri, bagaimana orang lain mau mengakui keberadaan kita. Sekarang saja sudah terbukti, dibeberapa negara ada yang melarang pemakaian jilbab. Jika hal ini dibiarkan, maka akan membawa dampak buruk bagi dunia Islam dan ummat muslim.
Kemudian juga bukti lain tentang semakin maraknya pornografi di Indonesia. Berapa banyak video dalam format 3GP dengan ‘artis’ remaja Indonesia beredar luas di masyarakat. Ini juga sebagai akibat dari tayangan-tayangan yang mempertontonkan pornografi secara bebas. Akibatnya, saat ini tontonan jadi tuntunan dan tuntunan jadi tontonan. Artinya, sinetron, musik dan sejenisnya saat ini jadi tuntunan dan panutan remaja. Mereka rela merubah penampilan sehingga mirip dengan idolanya.
Sedangkan tuntunan jadi tontonan. Banyak sekali saat ini tabligh akbar yang digelar, dan pengunjungnya berjubel. Tapi yang datang itu tidak mendengarkan isi ceramahnya. Mereka hanya nongkrong, bahkan tidak jarang yang pacaran. Setelah selesai, ya nggak tahu apa dech isinya ceramah tadi.
Ironis bukan? Sangat kontras sekali dengan ajaran yang ada dalam Islam. Dan akhirnya, kututup wajah ini dengan kedua telapak tanganku, karena aku malu ’mengaku’ Islam.
Bagaimana menurut Anda? ***