BROSUR PMC Cell - Klik Gambar di Bawah Ini

BROSUR PMC Cell - Klik Gambar di Bawah Ini
PMC Cell - Master Pulsa Electric

Menggapai Kemuliaan Muslimah dengan Bimbingan Salaful Ummah

Rabu, 04 Maret 2009

ORGANISASI KITA SEHARUSNYA BELAJAR DARI PERGERAKAN MASA HINDIA-BELANDA

ORGANISASI KITA SEHARUSNYA BELAJAR DARI PERGERAKAN MASA HINDIA-BELANDA
WAJIB DI BACA BRUWWW…?

Oleh : KEMPLO
ESAI Januari 2009
E-mail : agus.stkipjombang@yahoo.com


Kenalin Namaku Rek :
Agus, anak-anak biasanya manggil Plo/Kemplo
Harapan seorang intelektual bukanlah dia(Semaoen, H. Misbah, Sukarno) akan punya pengaruh terhadap dunia. Tapi suatu waktu, suatu tempat. Seseorang akan membaca apa yang pernah ia tulis.
Tenang bung, kamu harus tahu siapa dia. Bukan apa-apa, ini nama yang tak kalah beken. Yo’i! Semua pasti tahu siapa Soekarno. Orang yang sering kamu lihat fotonya kalau pas peringatan kemerdekaan. Posternya banyak dijual di pinggir trotoar. Ia konon pintar pidato. Kalau pas lagi ceramah yang dengerin. Wooww jumlahnya minta ampun. Ratusan, ribuan bahkan jutaan. Jangan sampe kamu nggak tahu bukunya yang paling terkenal. Di Bawah Bendera Revolusi. Mantap khan, brur. Ini buku isinya pidato-pidatonya. Banyak cerita tentang Soekarno. Dari yang suka lukisan, foto, busana hingga cewek. Sory brur, Soekarno ini suka taklukin cewek. Cara speak-nya, sikap sampe gesture tubuhnya sangat memukau. Coba saja lihat foto-fotonya. Tapi lo harus tahu kalau Soekarno dulu dipengaruhi juga oleh Semaoen. Untuk yang satu ini, kuyakin kau belum begitu mengenalnya. Eh…konon inilah ketua PKI pertama. Serem khan. Kamu tahu ndak PKI? Pokoknya itu gerakan politik yang sampai sekarang dimusuhi. Entah apa saja kesalahanya. Mungkin mengajarkan aliran sesat! Atau mungkin karena pengurusnya lebih keren ketimbang Golkar (hahahaha, kalau ini sikh namanya pencemaran nama buruk).
Ngerasa kenal nggak kamu dengan Mohammad Natsir. Dari namanya aja sudah jelas ia orang baik. Soalnya melalui beliau kita kembali dipercaya oleh Jepang dan Timur Tengah. Tau khan waktu itu pak Harto (ini presiden waktu kamu masih kecil) belum dikenal. Suharto ini mengganti pak Karno. Butuh waktu negara luar mengenalnya. Apalagi percaya kepadanya. Terus pak Natsir yang lebih berwibawa ketimbang pak Harto, mulai kontak-kontakan sama kepala negara lain. Ia berusaha memanfaatkan ketokohanya untuk mencairkan bantuan uang dan dukungan. Harusnya pak Harto terimakasih. Tapi tau sendiri tak setiap orang bersikap seperti yang kita minta. Pak Natsir tambah dilarang. Dilarang menghidupkan partainya yang bernama Masjumi. Terus tak hanya itu. Waktu pak Natsir deket dengan Petisi 50 (ini nama organisasi yang suka mengkritik Orde Baru) maka saat itu pula hidupnya dikucilkan. Pokoknya ia nasibnya sama dekh dengan Soekarno dan Semaoen. Diasingkan dan nggak diberi kesempatan berorganisasi. Dalem ati mungkin kau bisa caci maki Orde Baru.
Kini kita mau blak-blakan cerita tentang mereka. Jawara pergerakan yang hidup semasanya juga kita mau beberkan. Komplit dekh pokoknya. Jadi emang kita mau kamu sekalian kenal. Malah siapa tahu kamu mau kayak mereka. Bukan apa-apa. Negeri ini udah banyak para musisi, sutradara, pemain film, pelawak dan penonton muda. Kita mau juga ada politisi muda yang lebih berani, sederhana dan kreatif. Coba saja kamu lihat bagaimana politisi kita sekarang. Mereka yang duduk, ngantor dan tidur di senayan. Atau mereka yang kerjanya hanya upacara di istana. Pol menyedihkan sekali. Udah gitu ada hakim agung yang perpanjang usia pensiunya sendiri. Komplit dekh jeleknya. Makanya jika kita risih melihat mereka mari kita membuka dikit wawasan mengetahui siapa orang-orang muda hebat jaman dulu. Soalnya biar kamu tak sekedar bisa mengkritik atau tak peduli: melainkan juga bisa mengubah. Juga bisa tau kalo dulu PKI, Islam dan Nasionalis itu orang-orangnya akrab bergaul. Overall, ayo kita jalan-jalan mengenal siapa mereka:
Pertama: Kenalin namaku Semaoen
Mereka jang mengira dapat menghantjoerkan kapitalisme sekedar. Dengan argumen dan pikiran tadjam berarti tidak sepenoehnya. Mengerti esensi komunisme…..
Tau maksud kata-katanya? Ini kalimat yang pantes untuk kita baca. Maksimal kamu tahu kalau anak muda yang menulisnya bernama Tjipto Mangunkusumo. Dari selusin nama pahlawan pasti kamu ndak kenal sama pemuda ini. Ia sekolah di Kedokteran. Mahasiswa nekad dan baik hati. Waktu ada wabah penyakit di sebuah desa ia dengan nekad menerjang masuk. Inget itu tahun dimana petugas kesehatan belum nongol. Malah dengan semangat ia membawa seorang anak yang kena wabah. Kelak anak itu jadi anak asuhnya. Belakangan peristiwa ini dikenang sebagai cara Tjipto nunjukin sikap. Walau ia anak orang kaya dan keturunan ningrat tapi urusanya ngeri-ngeri. Bukan jatuh cinta atau cari cara naklukin cewek. Ia ikut pergerakan. Ingat pergerakan bukan kelompok musik. Ia blak-blakan menolak gaya hidup hura-hura. Asal lo ngerti penampilanya ketika sekolah beda! Waktu sekolah di STOVIA (ini bukan merk Celana tapi kampus Kedokteran) semua teman-temanya berpakaian daerah. Nggak usah tanya kenapa, tapi ini aturan dari pihak sekolah! Tjipto yang menolak. Ia nekad pakaian kromo dan merokok kretek!
Ia gabung dengan Boedi Oetomo (BO) -ini organisasi agak mirip semangatnya dengan Osis- tapi keluar karena tak cocok dengan ketuanya, Dr Radjiman. Mustinya, kata Tjipto, BO juga aktif dalam politik. Tapi usulanya tidak diterima. Jadi karena BO tidak mengambil sikap politik yang jelas Tjipto kemudian bergabung dengan Douwes Dekker. Ini pria Belanda yang punya cita-cita mulia untuk bangsa kita. Ia bersama Tjipto dirikan organisasi-namanya Indische Party/IP- yang, kamu nggak akan nyangka-pertama kali melakukan kegiatan rally jalanan untuk menyatakan tuntutanya. Apa sikh tujuan partai ini? Apa bagi-bagi kaos kayak partai kita. Atau bikin acara jalan-jalan sehat, sepeda gembira, pentas dangdut? Kagak ada abisnya kalau kita mau sebut kegiatan membosankan dari partai kita. Sory aja Tjipto ndak mau buat Partai kayak gitu. Ia yang suka menulis, menyatakan IP sebagai:
IP dimaksudkan menjadi sebuah partai bagi semua yang prihatin terhadap pembangunan negeri yang sehat. IP paham benar bahwa pembangunan seperti itu tidak bisa diharapkan sepanjang hubungan kolonial saat ini tetap dipelihara. Antitesisnya, tidak bisa lain adalah, yang mendominasi di satu pihak dan yang didominasi pihak lain. IP yang sudah berseru pada semua yang merasa dirinya didominasi di tanah Hindia yang kaya, dan meminta mereka untuk merapatkan barisan dan mengorganisir diri……
Jadi partai ini percaya masalahnya adalah hubungan kolonial. Apa maksudnya? Itu tadi hubungan antara yang didominasi dan mendominasi. Paham? Ngomongin kamu kayaknya harus agak detail. Yang Tjipto risaukan selama ini bukan sekedar penjajahan. Tapi kebuasan kolonial yang seenaknya memperlakukan rakyat. Eits! Ini seperti pemerintah kita. Coba simak perlakuan pada rakyat. Mau banjir lumpur, gunung meletus, kecelakaan pesawat….pemerintah tak bakalan minta maaf. Yang seneng sama penguasa silahkan protes! Tapi emang keterlaluan kata- Tjipto penguasa kolonial yang sering nyalah gunakan kekuasaan. Pesta pora ulang tahun Hindia Belanda meriah abis. Padahal rakyat lapar dan kena wabah. Nggak cuma itu, rakyat tak bisa melawan. Hanya diem aja. Mungkin doa kali ya! Karena mungkin berfikir nggak bakalan menang kalau melawan. Tjipto merasa rakyat kudu melawan. Dengan apa? Teruuuus lewat cara apa?
Ini lho hebatnya Tjipto: ia buat resep yang masih cocok untuk zaman MTV ini. Ia dapati rakyat yang diem dengan usaha-kata Tjipto nikh-membangkitkan semangat perlawanan. Pake apa dong? Kata Tjipto lagi, melalui ‘pengorganisasian rasa tidak puas’. Ibarat kamu ndak suka sama temen dan mau ngajak yang lain agar ndak suka, maka yang lo lakukan: tebarkan kebencian sama semua orang tentang temanmu. Cara apa aja dekh: buat tulisan, poster, spanduk, mural…apapun asal kamu punya duit buat biayai dan kamu berani. Mau liat bagaimana reaksi pemerintah mendengar anjuran nekad Tjipto ini. Marah, sebel, kacau dan menganggap Tjipto sudah tersesat jauh. Dengan lagak sok, Belanda memutuskan untuk menghukum Tjipto. Tapi bukan Tjipto kalau tak cerdik menghindar. Kata banyak penulis, ia ksatria yang selalu bisa mengontrol semua tindakanya. Ia malahan direkrut menjadi anggota Volkraad (ini bukan kelompok musik Metal tapi parlemen) yang diharapkan jadi jalan menuju merdeka. Di sanalah kemudian Tjipto melakukan serangan pada tiga lapis kekuasaan: yakni kaum feodal, sunan dan perkebunan.
Tahu ndak feodal? Ini golongan yang suka bikin dirinya paling berharga ketimbang yang lain. Katanya darah mereka biru. Yup! Ini jenis kelompok manusia yang gila hormat. Bicara sama mereka harus pakai bahasa halus. Buru-buru mau diskusi, kesukaan mereka hanya didengarkan. Ya gitu deh tinggal mereka di istana yang dapat dukungan aparat kolonial. Sohib mereka golongan sunan. Kelompok kraton juga dan golongan agama yang tak bisa protes pada kesewenang-wenangan. Impian mereka hidup nikmat, masuk surga. Jadi bukan baru saat ini kita lihat ulama yang kerjaanya hanya doa dan tak pernah protes. Tak mau nabrak aturan agama dan aturan kolonial. Yang pertama bener, tapi yang terakhir ini buat kacau. Tjipto melawan kedua golongan ini, selain orang kaya yang punya perkebunan. Ia melihat kejamnya ketiga golongan ini dalam menindes rakyat. Tanpa harus pikir sejarah yang rumit kamu bisa bayangin susahnya orang jaman dulu. Zaman dulu ambil sikap menentang lagi. Ndak ada TV, HP, internet, komputer, pesawat dan yang paling mengerikan pekerjaan yang baik. Lalu ada segolongan orang yang hidup enak. Adukh! Pastilah marah Tjipto menyaksikan itu. Sinyal semangat melawan itu tercermin dari tulisan Tjipto:
….saya sebut bangsawan dan pemerintah dalam satu nafas sebab mereka harus dianggap secara bersama sebagai akar sebab kesewenang-wenangan disini…..
…jika diamati secara lebih cermat, pertunjukan megah yang dipertontonkan oleh Sunan itu akan menimbulkan rasa jijik. Rasa mual ini tak bisa lain disebabkan oleh karena biaya pameran itu harus dibayar dari kantong orang kromo….
..saya merasa bahwa segala kemewahan di Surakarta itu tak bisa diterima lagi, sebab biayanya pasti harus dibayar dari kantong orang kromo di desa—pada akhirnya orang kromo itulah yang harus ‘menghidupi’ raja dengan seluruh rombongan pangeran, dan setengah pangerannya, bupati dan setengah bupatinya…
Hei! Jangan kaget kalau tulisan Tjipto sekeras itu. Ia kalau nggak suka langsung mengambil sikap. Tak mau basa-basi. Kehebatan tulisan itulah yang membuat Tjipto berbahaya bung! Apalagi Tjipto mahir buat naskah ketoprak. Pentas drama Jawa yang diolah ceritanya untuk menyerang kaum bangsawan. Ia jenis aktivis yang memanfaatkan saluran apapun untuk melawan. Bahkan karena hebatnya tulisan, mahirnya mengolah drama; Tjipto dan Misbach mampu membangkitkan militansi buruh dan petani. Lagi-lagi kamu pasti ndak kenal siapa Misbach! Ada majalah Islam yang bilang ia mubaligh yang salah jalan. Tak usah kusebut majalah yang opahnya tak seberapa ini. Ada juga yang menyebutnya misbach itu bencong asal Ngoro..ha..ha.. Info yang keliru tapi dipercaya orang saleh lebih jahat dampaknya. Asal kamu tahu aja banyak majalah yang tarafnya baru bisa buat musuh ketimbang memberi info pada publik. Ini wartawanya masih tulalit gitu!
Misbach ini haji. Jelas agamanya Islam dong! Buru-buru beribadah saja, Misbach memilih untuk protes. Sampai-sampai ceramah agamanya saja buat kita bikin terkejut-kejut. Ini bukan kayak ustadz gaul yang ha..ha..hi..hi di layar kaca. Atau ustdaz yang sok kasih nasehat di bawah air mancur atau dekat kolam ikan. Nggak! Misbach ndak kayak gitu brur. Dia pasti bakal marah andai masih hidup di masa sekarang. Ia buat pengajian yang kalau diikuti bisa panas hati kita. Aduh! Kamu pasti tak percaya, H Misbach bilang begini sama jamaahnya:
…kita bisa mengikuti jalan Nabi Muhammad hanya dengan melewati kesusahan dan bahaya….Barangkali zaman sekarang Nabi kita itoe bisa dikatakan sebagai penghasut, sebagai halnya pemimpin-pemimpin pergerakan rakyat di Hindia dan selalu diancam akan dihukum dan dibuang….malahan dibanding dengan Nabi, kita masih kalah jauh penderitaanya. Nabi ditimpukin batu, tak mendapat makan malah dikucilkan…kita masih dapat makan dan bisa hidup….
Ya tentu ini ceramah yang jarang kamu denger. Ia bukan ustadz yang bawel karena kamu nggak berjilbab, ndak puasa sunnah, ndak segera nikah atau kurang syukur. Kalo dibandingin dengan ustadz begituan Haji Misbach jelas beda, brur. Biar gampang, Haji Misbach ini omongan sama perbuatanya cocok. Kalau dibilang lawan kolonial, Misbach yang berada di barisan depan akan melawan paling duluan. Gilanya nikh, Misbach manfaatkan semua alat perjuangan modern. Misbach mendirikan koran Medan Moeslimin pada tahun 1915 dan Islam Bergerak pada tahun 1917. Juga Haji Misbach buat Hotel Islam, toko buku, sekolah agama modern dan mengadakan pertemuan tablig. Jelas artikel dalam majalah Islam yang kusebut diatas keliru khan? Bayangin aja Haji yang kayak gini kok dibilang ‘salah jalan’. Jangan-jangan majalah Islam itu sendiri yang ‘salah baca’. Pas aku baca majalah itu, nyaris aku istighfar ratusan kali. Ini kok dikasih petunjuk sesat ditulis dalam majalah.
Wait wait, sebelum ngomongin soal keberanianya, kamu harus tahu hidup dimana Haji Misbach ini. Jangan kaget ya, kalau Haji Misbach ini seangkatan dengan Haji Akhmad Dahlan. Waduh, jangan-jangan kamu ndak tahu siapa Haji Akhmad Dahlan. Eiit..ini bukan Akhmad Dhani yang ribut aja ama istrinya. Ngomongin yang terakhir ini ndak perlu. Haji Akhmad Dahlan itu yang diriin Muhammadyah. O iya, kamu tahu khan Muhammadyah. Yang sukanya bikin sekolah. Banyak yang mahal tapi juga ada yang murah! Juga bikin Rumah Sakit namanya PKU. It’s show time! Haji Akhmad Dahlan dengan Haji Misbach itu temenan baik, lho. Mereka sama-sama pembaharu dan berdua saling berduet buat perubahan. Walau kelak, kalo nyampe critanya, Haji Akhmad Dahlan pisah sekoci dengan Haji Misbach. Inget ini fakta sejarah. So…kalau ada anak Muhammadyah kok menghina Haji Misbach, itu sama bloonya dengan majalah tadi. Suerrrr! Kamu bisa gila jika kurang baca buku apalagi ndak gaul dengan banyak orang. Maka jangan coba unjuk fitnah kalau tak ada data.ok…
Yuk, kita ngliat seperti apa peran Haji Misbach ini. Di banyak tempat penulisan sejarah, sering dinilai tulisan Haji Misbach seperti dirinya kalau bicara. Asyik sekali semangat tulisanya. Nikh ya, aku kasih contoh: siapa tahu kamu pingin jadi ustadz kayak dirinya. Istimewanya tulisan ini berusaha melihat kembali ‘kemunduran dan kekalahan’ ummat Islam. Tulisan yang dirilis dengan judul “Sroean Kita’ dalam Medan Moeslimin. Sebelumnya sory sekali, ejaanya udah aku ubah jadi bahasa Indonesia yang bisa kamu baca, paling-paling kalau bahasa arab u bingung brur..ha.ha.. Dan maaf aku cuplik beberapa teksnya. Soalnya, yang aku sebel, bahasa jaman dulu pasti sulit kamu mengerti….padahal itu bahasa yang paling bersemangat diksinya….tahu nggak arti diksi. Sory dekh kalau aku sering nonjok kebodohan kalian!
Penasaran? Baca nikh tulisan Haji Misbach:
…nyata sudah, bahwa agama kita Islam di Hindia ini, tidak dapat bantuan dari siapa pun. Orang muslim yang kaya-kaya mereka banyak yang tak suka mengikuti perintah agamanya, mereka itu tidak suka mengeluarkan harta bendanya untuk menguatkan Keislaman kita, begitu juga orang yang pandai-pandai tentang pengetahuan Islam, mereka tak suka memberikan kepandaianya untuk bangsanya yang masih dalam kegelapan…kepandaianya seolah-olah buat dirinya-sendiri. Malahan ada juga yang kepandaianya digunakan buat menipu…itulah sebabnya bangsa kita yang muslim itu terjerumus dengan tipu daya orang yang sengaja mengisep darah kita…itulah sebabnya kita kaum muslim harus melawan dengan sekeras-kerasnya (kekuasaan kolonial)…contohlah bergeraknya junjungan kita Kanjeng Nabi Muhammad (s.a.w) yang menjalankan perintah Tuhan dengan tidak mempedulikan payah susah yang terdapat olehnya, tiada takut sakit mati untuk melawan perbuatan sewenang-wenang…..Siapa yang merampas agama Islam, itu yang wajib kita BINASAKEN!
Eh brur.., buat kamu yang tidak suka baca politik saatnya mengubah jalan pikiran. Bukan apa-apa! Kamu bukan hanya tampak tulalit, tapi jadi ikut-ikutan seperti penguasa kita. Pengen tau? Itu penguasa yang memaknai politik sebagai duduk enak di kursi EMPUK, makan uang korupsi, remehkan rakyat miskin, poko’e ruwt lah... Udah denger cerita kalau ada Perda (nama lain dari Dasar Peraturan Jahat) yang mengatakan kalau pengemis tak boleh dikasih uang. Nggak tanggung-tanggung, pemulung, pengamen, pengemis disebut sebagai penyakit masyarakat. Ini kemudian turun jadi perintah pada Trantib untuk makin pukul, gusur, tangkep golongan-golongan mereka. Tahu khan Trantib? Ini bukan yang main film Transformers (dua-duanya pakai Tran, tapi beda arti: yang satu robot jahat satunya aparat jahat) Ini pertama kali dalam sejarah dunia, penguasa menyebut rakyatnya sendiri sebagai ‘sumber penyakit’. Yang paling parah, politik diartikan sebagai hiburan untuk rakyat. Jadi pejabat itulah anti politik. Mereka artikan politik jauh dari makna sesungguhnya.
Balik lagi ke Haji Misbach ya !. Tulisan diatas tadi melambangkan semangat beragama baru. Agama yang tahunya hanya sholat, doa, dzikir : mustinya diubah REK! Kita tahu banget, kalau sekarang untuk tiga kegiatan itupun ada bayaranya sendiri. Ada traning sholat khusyu’, ada dzikir massal dan ada doa untuk akhiri acara. Bagaimana agama bisa berselera bagi yang muda dan pemberani?(heei ketahuan niru iklan rokok!) Kalau isinya hanya kegiatan ritual kayak begitu. Haji Misbach mulai merambah ruang baru agama dengan menghayati api semangat perlawanan. Dirinya mengakui kalau: ….mengatakan setia, namun belum bertingkah laku sesuai dengan ajaran Islam dinamakan sebagai pengkhianat, namun juga salah jika berperang melawan aktivitas misionaris kristen tanpa melawan kapitalis dan pemerintah…he. he……he….Lihat deh, pasti kamu capek dengan kata lawan, lawan, lawan lagi! Kayaknya orang yang kupilih untuk ditulis ini adalah mereka yang memang punya semangat melawan kolonial. Yap, jadi semua karyanya padat dengan kata: lawan-lawan-lawan-lawan (bisa kamu terusin disini…ok…….)
Rek…..Haji Misbach kemudian diam-diam diikuti oleh fans-nya. Ekh sory brur, bukan fans tapi teman-teman solehnya yang lain. Siapa aja mereka? Pak Koesen, redaktur Islam Bergerak; Harsoloemekso pengusaha batik kaya dan administratur Medan Moeslimin dan Darsosasmito pegawai Kasunanan. Mereka dirikan kelompok bung! Udah tahu nama kelompoknya? Ia bentuk Sidik, Amanat, Tableg, Vatonah (SATV)…eh who knows lho, ini nama sifat-sifat Nabi Muhammad. Trus…kelompok ini berbeda dengan organisasi agama lainnya. Atau partai agama sekarang, macam PKS, PBB, PKB yang katanya Islam itu. Ini organisasi berdiri, untuk pertama melawan aksi ‘manipulasi’ dan ‘penipuan’ yang dilakukan oleh pemerintah, kapitalis dan misionaris Kristen dan kedua, ingin agar Islam tidak berhenti di kata-kata. Istilah mereka ‘Islam Lamisan’ islamnya hanya kata-kata saja, tidak bergerak apalagi melawan. Dasar SATV adalah selalu ‘menggerakkan Islam’ dengan melawan segala bentuk ‘penindasan dan pengisapan’ Woow…, Haji Misbach kemudian mulai menanjak popularitasnya dan dipercaya untuk memimpin pergerakan. Sudah tahu khan, rakyat yang sengsara mulai mendapat saluran suara melalui khutbah Haji Misbach. Jadi kamu dipastikan tidak bete apalagi ngantuk kalau denger ceramah pak Haji Misbach.
Buat kamu yang rajin sholat dan gosok gigi, Haji Misbach ini bukan mubaligh biasa. Seumuran dengan Ustadz Jefri, Ustadz Yusuf Mansur, Ustadz Aa Gym….tapi Haji Misbach pingin ummat terlepas dari belenggu ekonomi dan penjajahan. Lho, hebat khan…?! Ia hendak mengubah semangat pasrah, sabar menjadi protes dan perlawanan. Dalam edisi Islam bergerak Haji Misbach menulis:…Nah! Sekarang nyatalah bahwa perintah Tuhan kita orang diwajibkan menolong kepada barang siapa yang dapat penindasan, hingga mana kita wajib berperang selama penindasan itu belum juga berhenti!….Wajib kita mustinya mendapat ustadz yang gaul dan berani macam begini. Wuih, mana mungkin? Ustadz yang di partai bisanya cuman upacara, kasih nasehat sama pelihara jenggot..ha..ha! Yang di pesantren sekarang kena tuduhan teroris. Gilenya teroris sekarang tambah ada yang taubat dan jadi sahabat Polisi. Ustadz yang lain cuman ngasih training. Capeeek deh! Ustadz yang tampil di TV ternyata nikah lagi. Satunya tambah jadi bintang iklan. Kalau kamu mau, ya…mulai dari belajar bersikap seperti Haji Misbach. Nyobain aja bersikap seperti beliau ya….dari yang paling kecil! Melawan kemewahan dan menolak dateng ke Mall. Dari ngliat mukamu, udah jelas, kamu nggak sanggup melakukan! yo ngal titik brur…
Haji Misbach kemudian bergerak dan terus-menerus melakukan propaganda. Mimpin pemogokan, memprotes kebijakan pemerintah hingga melakukan Demo besar. Bakal kita tahu kemudian nasib orang semacam Haji Misbach ini. Berakhir dalam penjara dan diakhiri dengan pembuangan. Eit, ceritanya tidak lalu kemudian kalah dan tamat. Ini bukan film Pulau Hantu, Cinta apalagi Suster Ngesot….hi.. jangan takut! Film yang bikin kesel matamu dan akal sehatmu. Apa yang dikerjakan oleh Haji Misbach dibantu oleh kawan-kawan terbaiknya. Terutama setelah Haji Misbach bergabung dengan Sarekat Islam. Ups, inilah perkumpulan yang paling berani. Udah kebayang ndak, Sarekat Islam itu asal muasal semua anak muda pemberani. Awalnya Tirto Adisoerjo, Samanhoedi, Tjokroaminoto, Semaoen, Mas Marco, Tan Malaka. Makin buta ya kamu sama mereka? Yang kusebut diatas ini adalah sebagian kecil orang yang mengilhami tokoh seperti Soekarno, Hatta maupun Sjahrir. Eh, kalau yang terakhir ini belum juga kamu kenal, baikan kamu hentikan aja baca buku ini. Sia-sia. Bukan hanya penting mengenal Sarekat Islam, tapi juga gagasan yang ada dalam gerakan ini.
Banyak orang bilang Sarekat Islam ini gerakan politik rakyat pertama. Sia-siap dekh kamu bakalan mengubah pendapatmu soal orang muda. Karena munculnya gerakan ini diawali dari gelisahnya seorang bernama Tirtoadhisoerjo. Mood anak muda ini adalah bagaimana cara membuat gerakan yang beda dengan gerakan sebelumnya. Sebelumnya didirikan olehnya Sarekat Prijaji. Ini perkumpulan kaum priyayi. Tahu maksudnya? Kaum yang kerjanya santai, mapan dan tak mau bereaksi terlampau keras. Tirto kecewa sekali dengan jenis spesies kayak begini. Hmm…..kamu pasti bakalan ingat pegawai negeri kita ya. Golongan yang gajinya naik terus tapi kerjaanya baca koran. Wadukh bagi yang ortu-nya pe-en-es, sory ya aku bukan menyinggung tapi beberin fakta. Sia-siap aja Tirto kecewa dengan gerakan yang kurang oke ini. Ia juga kecewa sama Budi Utomo. Waow! Kalau sama organisasi yang terakhir ini banyak kalangan sebel. Tirto menulis soal Budi Utomo:
Orang-orang kuatir yang gerakan Budi Utomo bakal mengangkat lapisan yang diatas-atas saja, dan tidak seberapa pertolonganya bagi anak bumi kebanyakan, kita rasa hal itu tidak usah memusingkan pikiran kita lagi. Apa harapan orang-orang bangsa Eropa? Diharapkan Budi Utomo nanti kuat menjalankan maksudnya akan melepaskan rakyat bermilyun dari perbedaanya? Aduh! Dalam programnya perkumpulan muda ini memang memuat maksud yang begitu, akan tetapi antara maksud dan kesampainya maksud itu masih ada ruang lebar, tetapi yang demikian itu tidak dapat diharapkan, sebab anggota Budi Utomo juga ingin berumah yang patut dan penghidupan senang, hingga masing-masing hendak mencari pekerjaan yang baik, biar di kandang gubermen, biar di halaman partikulir
Kalo ngliat tulisanya kayak gitu pastilah Tirto golongan yang menolak kemapanan. Wajar kalau ia benci jadi pegawai negeri. Kamu kalau berpandangan seperti dirinya, cocoklah mimpin gerakan. Bakalan seru kalau anak muda ndak doyan jadi pegawai, bosan hidup senang, trus ingin berontak pada sistem. Kualitas sikap kayak begini yang membuatnya terdorong untuk mendirikan Sarekat Dagang Islam. Cikal bakal gerakan Sarekat Islam. Ia menyebut organisasi ini diikuti oleh ‘Kaum Mardika’ berasal dari terjemahan Belanda ‘Vrije Burgers’, yaitu mereka yang mendapatkan penghidupanya bukan dari pengabdian pada Gubermen. Siapa saja golongan ini? Mereka adalah golongan pedagang, petani, pekerja, tukang, peladang. So, tak ada yang pegawai, serdadu apalagi polisi! Seru khan kalau gerakan isinya tak ada orang pemerintahan sama sekali. Jadilah Sarekat Islam gerakan politik yang mencemaskan penguasa kolonial. Yap! Lo pasti mau nyamain Sarekat Islam dengan Geng Motor yang kini jadi buruan Polisi Jombang. Beda Man. Yang pertama ini memang bekerja untuk rakyat kecil, sedang yang kedua bisanya cuman buat rusuh dan benjutin kepala orang yang lewat. Seru banget dekh ketika Sarekat Islam melakukan Kongres Kedua di Surakarta. Tahu tempatnya? Di taman istana Susuhunan dengan peserta yang ditaksir tujuh ribu sampai dua puluh ribu. Inget itu Kongres dilakukan pada tahun 1913. Tanpa hiburan Rocker apalagi apalagi Underground.
Besarnya jumlah massa pendukung inilah yang membuat penguasa kolonial jadi bego dan bingung. Lo bayangin dekh kalau petani, buruh, pekerja rela bergabung dengan gerakan ini. Bahkan mau jadi bagian propaganda Sarekat Islam. Mereka panik, brur! Maksudnya kaum penjajah ini. Seorang penulis sejarah menilai tumbuhnya gerakan Sarekat Islam dengan kebakaran padang rumput yang dengan cepat menyambar padang ilalang di sekitarnya. Taruhan lo pasti terkejut, kalau ada gerakan yang tiba-tiba menyerang pandanganmu selama ini. Gitu juga dengan penguasa kolonial yang perkebunan miliknya kemudian mulai dilucuti dan diprotes oleh anggota Sarekat Islam. Sampai-sampai ada sebuah iklan surat kabar kala itu yang memuat iklan berbunyi:
Dicari-berhubung dengan meningkatnya kerusuhan yang ditimbulkan oleh penduduk pribumi di Jawa-seorang Perwira Hindia Belanda yang sanggup memberi saran kepada Direksi beberapa perkebunan besar tentang cara-cara mempertahankan daerah-daerah miliknya
Ini bung namanya gerakan. Pembuktianya tampak dari bagaimana rasa takut para pejabat kolonial atas ulahnya. Objektif aja belum ada hingga saat ini gerakan, dari gerakan Pramuka hingga Mahasiswa, yang bikin penguasa memasang iklan untuk mencari bantuan menaklukkanya. Gue rasa baru dan hanya Sarekat Islam ini! Sarekat Islam ini untuk melancarkan propagandanya memiliki majalah Al-Islam dan koran harian Oetoesan Hindia atau Kaoem Moeda. Pahami ya kalau semua gerakan dulu punya majalah, koran, brosur. Tak seperti gerakan politik sekarang ini, punyanya hanya kantor, anggota yang sering melompat dan uang hasil rampokan. Nakh koran inilah yang digunakan untuk menyerang kebiadaban yang terjadi dalam perkebunan gula. Setau lo gula itu khan manis, tapi proses pembuatanya melalui penindasan pada buruh perkebunan. Itu terjadi dari dulu hingga sekarang. Buktiin aja dengan datang ke semua pabrik pasti jarang lo lihat buruhnya senyum, senang dan bahagia(tengonk aj di Mrican). Percayalah dari dulu pabrik gula, sepatu, kaos, jam selalu menindes buruhnya. Boleh juga lo lihat bagaimana judul-judul berita koran Sarekat Islam yang menakjubkan. Nyawa Manusia lebih murah daripada Tebu, Pabrik-Pabrik Gula adalah Racun bagi Orang Jawa. Dalam bulan Desember 1915, Tjokroaminoto-ini orang hebat brur-menulis tentang keadaan industri gula:
Tanah kelahiran kita dan keringat kita menghasilkan keuntungan-keuntungan besar bagi pabrik gula; sebaliknya, pabrik itu seharusnya memberikan sebagian dari keuntunganya kepada kita untuk dimanfaatkan
Gue kasih tahu ya hebat dan kejamnya industri gula kita. Dulu Jawa, tempat tinggal kalian ini, adalah pengekspor gula terbesar kedua dunia setelah Kuba. Gula yang rasanya manis itu jadi ekspor terpenting sampai pertengahan tahun 1920-an. Pabrik gula tidak diizinkan memiliki tanah untuk ditanami tebu melainkan harus menyewa tanah rakyat. Terjadilah perusakan berat industri gula terhadap kesuburan tanah milik petani, karena sepanjang tahun ditanami tebu dan irigasi menyerap air, hingga petani sawah tak kebagian. Ah, janganlah duga keuntunganya kecil. Keuntungan selain dari hasil penjualan juga pemaksaan terhadap rakyat agar mau nyewakan tanah dan tenaga sekalian. Udah paham khan bagaimana kekejamanya. Pokoknya itu zaman kolonial kekejamanya melebihi ibu tiri. Udah tanah dipaksa disewa dengan harga murah tapi juga tenaganya diperas. Lo pasti kalau cerdas mau bilang: bukan dulu aja rakyat menderita. Dari zaman dulu sampe zaman sekarang. Jika dulu rakyat dipaksa tanam tebu sekarang rakyat rumahnya diinjek-injek ama Lumpur, barusan kemarin PKL di depan Undar diobrak-abrik. Capeeek deeekh! Rakyat kecil menderita melulu. Hingga kemudian Sarekat Islam, yang banyak bantu protes atas kekejaman ini, mendapat julukan ‘bapaknya kaum kuli’. Hi Bung! Waktunya gue kenalin ama orang muda-anggota Sarekat Islam- yang giat memprotes kekejam ini. Namanya Mas Marco. Muridnya Tirtoadhisoerjo.
Asal lo tahu aja Mas Marco ini anak priyayi rendahan. Dari muka lo tampaknya perlu dijelasin apa itu priyayi rendahan. Jelaslah dia bukan anak orang kaya, apalagi kaya sekaliiii. Biar begitu gacoan muda dari Sarekat Islam Surakarta ini buat majalah sendiri. Namanya, Doenia Bergerak. Subhanallah, ini nama pasti baru kamu kenal. Iye..iye gue maklum kamu kenalnya sama majalah HAI, Anita, Bintang, Playboy, Pkn, Prima Gama (ekh yang terakhir ini ndak keluarin majalah tapi soal ujian) Tanpa setau lo majalah Doenia Bergerak ini dalam terbitan pertama bukan ngasih info siapa gebetan terbaru gurbenur Jendral Hindia Belanda. Tak ada rubrik cara ngegebet seorang cewek! Ini majalah langsung edisi pertama menyerang D.A Rinkes. Ini bukan bintang sinetron tahu! D. A Rinkes adalah penasehat urusan bumiputra. Nggak usah kamu tahu apa pekerjaanya, yang jelas orang ini, dikatakan oleh Mas Marco sebagai ‘doekoen’, kayak Ponari. Hehehehe.. kamu yang suka nonton film hantu pasti tahu siapa doekoen itu. Apalagi kamu yang udah pernah jadi bintangnya! Langsung saja merah padam muka D. A Rinkes. Soalnya ia bukan doekoen, tapi Dr. Tulisan Mas Marco tidak hanya jail tapi juga mulai memperlihatkan kehidupan orang-orang miskin di zaman kolonial. Baru pertama tulisan pada zaman itu yang bunyinya begini:
Waktu itu jam tujuh, Sabtu malam: anak-anak muda Semarang tak pernah diam di rumah pada sabtu malam. Tetapi malam ini tak seorang pun terlihat. Sebab hujan lebat seharian telah membuat jalanan menjadi becek dan sangat licin, semua orang diam di rumah.
Untuk para pekerja di toko-toko dan kantor-kantor Sabtu pagi adalah saat yang dinanti-nanti—menantikan waktu senggang mereka dan kegembiraan berjalan keliling kota di sore hari-tetapi pada malam ini mereka dikecewakan, karena kelesuan diakibatkan cuaca buruk dan jalan-jalan berlumpur di kampung-kampung. Jalan raya yang biasanya dipenuhi segala macam kendaraan, gang kecil yang biasanya penuh orang, semua sepi. Sesekali lecutan cambuk kusir kereta dapat terdengar mendera seekor kuda dalam perjalanan—atau bunyi tapal kuda menarik kuda.
Semarang lengang. Cahaya dari deretan lampu gas langsung menyinari jalan aspal berkilauan. Sesekali cahaya terang dari lampu-lampu gas itu meredup ketika angin bertiup dari timur…..
Seorang lak-laki muda duduk diatas kursi rotan panjang membaca koran. Ia tenggelam dalam keasyikan. Kemarahanya sekali-sekali dan pada saat-saat lain senyumannya menjadi tanda pasti ia sangat menaruh minat pada cerita yang dibacanya. Ia balikkan halaman-halaman koran, berpikir mungkin ia dapat menemukan sesuatu yang akan menghentikan perasaanya yang sangat menderita. Sekonyong-konyong ia mendapati sebuah artikel dengan judul:
KEMAKMURAN
Seorang gelandangan jatuh sakit
Dan tewas di tepi jalan karena kedinginan
Orang muda itu sangat tersentuh oleh laporan singkat ini. Ia serasa dapat membayangkan penderitaan orang malang itu ketika terbaring menyongsong ajal di pinggir jalan….suatu saat ia merasakan kemarahan bergejolak di dada. Saat lain ia merasa iba. Saat lain lagi kemarahannya terarah kepada sistem sosial yang melahirkan kemelaratan semacam itu, sambil membuat suatu kelompok kecil menjadi kaya raya
Gue tahu pasti kamu bingung mana yang hebat dari tulisan ini. Apalagi dalam pelajaran sekolah loe tak pernah mendapat info tentang Mas Marco. Judul karanganya unik: Semarang Hitam. Jelasin tentang seorang laki-laki muda, entah siapa, yang marah melihat ketimpangan sosial. Latar ceritanya indah, nyata dan meyentuh. Semarang yang abis hujan, becek dan bikin orang enggan untuk keluar rumah. Lewat tangan mas Marco tulisan itu jadi bangunan identitas kebangsaan. Sebuah bangsa yang dihidupkan oleh penindasan sekaligus kesenjangan. Inilah wajah negeri kita sampai sekarang. Heee, itu tulisan dibuat tahun 1914 tapi ternyata keadaan tak berubah hingga sekarang. Malah lebih parah. Hujan bukan aja bikin becek tapi jadi banjir. Orang tewas di tepi jalan karena kedinginan udakh kalah serem. Pasti lo percaya kalau orang tewas di pinggir jalan sekarang jumlahnya bejibun. Ada yang mati karena ndak kuat ke rumah sakit. Ditinggalin gitu aja di pinggir jalan. Ada yang mati karena kelaparan. Mayatnya di pinggir jalan juga. Pokoknya lebih tragis cara mati mereka. Tulisan mas Marco terus mengalir dan kian memperkeras sikapnya untuk berpihak kepada mereka yang lemah dan kecil. Yang paling populer artikel Mas Marco adalah seri ‘Sama Rata Sama Rasa’. Woow ini bukan iklan Indomie, Mie Sedap atau Sarimi. Ini soal prinsip sosialisme. Eits jangan-jangan kamu dah mengerti apa ideologi ini.
Tulisan Mas Marco tidak ngonyol, apalagi sok ngasih tahu. Nggak! Tulisan dalam artikel ini ngajak semua orang untuk tahu siapa yang sesungguhnya bikin susah rakyat. Bukan cuman yang bikin susah tapi juga yang membuat pejabat kolonial suka nyiksa rakyat. Makanya pengetahuan soal mas Marco tak boleh dikasih tahu sama kalian. Takut jadi nekad kalian. Takut jadi pinter sejarah dan mau niru sikap mas Marco. Paling tidak potongan rambutnya. Yang mirip kayak Justin Timberlake! Nah, mas Marco ketika ngajak melawan, berseru:
‘…..kapitalis Eropa, dia orang sudah sama bersepakat dengan bangsa kapitalis untuk membuat pabrik yang besar-besar, dengan tujuan menggaruk uang, yaitu menghisap darah kromo, sudah amat pintar sekali’
Eh?! Mas Marco tidak hanya serang pemerintah tapi juga pabrik. Bayangin aja pabrik diserang juga. Pabrik itu kerjaanya hanya menggaruk uang. Ini kata Mas Marco bukan kata iklan. Kenapa kita pada nggak sadar ya? Soalnya produk pabrik yang kita beli seolah-olah udah langsung jadi. Kita tak pernah dikasih tahu, berapa upah buruhnya? Gimana jaminan kerjanya? Bagaimana kalau ada buruh kepotong tanganya kena mesin? Itu tak pernah diberitakan di produk. Justru di produk, bedak misalnya, hanya kasih tahu kandungan dan kehebatan dalam mempermak wajahmu. Jelas pakai istilah yang bikin kamu blo’on! Kamu yang pinter IPA sekalipun tak tahu kalau ada kandungan yang namanya mirip judul film hantu. Apalagi kamu yang tidak pinter apa-apa. Well, kalau kamu lihat iklan pastilah yang baik-baik aja disiarkan. Keuntungan pabrik, nggak semua orang boleh tahu. Pegawainya aja ndak tahu berapa untung pabrik. Mas Marco katakan kalau pabrik itu sukanya ngisap darah..hi…. Ending-nya pabrik itu adalah bagian kapitalisme. Langsung dekh, kamu pasti bingung apa itu kapitalisme. Tak usah dijelasin dulu, tapi ikutin aja perjalanan mas Marco. Dengan ngliat tulisan mas Marco seperti itu, maka ia coba bangunkan tidur panjang kaum pribumi.
Hehehe penasaran ya kenapa pribumi tak mau semua melawan. Mereka terkesima oleh kemajuan kolonialisme. Yang paling banyak diantara mereka, takut melawan. Yang paling kesel mereka bilang kalau penjajahan udakh takdir! Wadukh kalau sikap kayak gini sampai sekarang masih banyak pengikutnya. Coba aja buat pertanyaan, kenapa orang miskin tambah terus jumlahnya? Ndak kurang sedikitpun? Pasti ada diantaramu yang bilang itu udah takdir. Dari sononya emang gitu! Abis mau gimana lagi? Kita khan bukan Dinas Sosial apalagi Dinas Kebakaran! Wakh sikap kayak kayak gini yang dibenci mas Marco. Bosenin sikap yang masa bodoh dan bodoh sekaliiii! Mau tahu kenapa? Ya karena jawaban itu udah nggak zamanya lagi brur... Jawaban elo semua mirip seperti pak ustadz yang tak pernah baca buku, apalagi komik! Makanya mas Marco menggebrak dan menohok kesadaran pembaca muda. Umur mas Marco saat itu baru 16 tahun. Itu sikh usia kamu yang sudah kelewat. Kalau kamu sukanya dateng kestodio music serak-serok koyok wong edan, terutama Gembel 87. Emang waktu itu anak muda kayak mas Marco lebih suka merhatiiin soal-soal yang deket ama kesusahan rakyat, ketimbang rame-rame jadi supporter. Tak ada yang out of date tulisanya kalau dibaca sekarang. Loe coba baca yang ini:
Bukankah Tuan datang di Hindia itu dulu jadi kolonial (soldadu), pekerjaan mana yang tidak kurang lebih seperti kuli contract. Lantaran Tuan bekerja rajin, dam barangkali Tuan telah membunuh berpuluh orang, sekarang Tuan hendak pergi belagak pula, seperti Tuan lebih pintar bisa membunuh orang, pun akhirnya Tuan dapat beberapa tanda kehormatan dan pujian lantaran pekerjaan Tuan yang keji. Mengertikah Tuan hal ini?
…Tuan berkata orang Jawa Kotor, tetapi Tuan toh mengerti juga bila ada orang Belanda yang lebih kotor daripada orang Jawa
…’Orang Jawa bodoh,” kata Tuan, “sudah tentu saja, memang pemerintah sengaja membikin bodoh kepadanya. Mengapakah Regeering tidak mengadakan sekolah secukupnya untuk orang Jawa of Orang Hindia, sedang semua orang mengerti bahwa tanah Hindia itu yang membikin kaya tanah kita Nederland?
Tulisan ini dipetik dari novel yang ditulis oleh Mas Marco, judulnya Student Hijo. Novel roman tapi berusaha menguliti kesewenang-wenangan aparat kolonial. Biasa Belanda dulu sukanya menghina orang pribumi dengan judukan bodoh, kotor, bloon, tulalit. Yang pati sikh sikap menghina itu masih diterusin oleh kekuasaan yang selalu menganggap rakyat itu tak tahu apa-apa..ngerikan..lebih ngeri lagi kalau kamu baca novelnya Semaoen, judule Hikayat Kadiroen, yang perlu kamu tahu Semaoen itu bukan penjual nasi pecel di simping tiga itu lho..dia itu tokoh SI semarang, di dalam novel itu menceritakan pentingnya sebuah idiologi komunis(yang nantinya novel ini gue analisis untuk skripsi: sastra dan perjuangan kelas, analisa sosiologi sastra marxis..mboiskan) Brur, lihat saja tiap bangun jalan, buat peraturan atau bikin ketentuan ndak pernah ngajak rakyat ngomong. Lihat saja perbaikan jalan yang cuman habisin duit banyak itu! Udakh bikin macet, terus digali jalanya dan bisa dorong kecelakaan. Yang seru nikh dilakukan oleh wakil rakyat. Semua pemborosan udah pernah dilakukan. Naikin gaji seenaknya, renovasi gedung yang ndak habis-habis dan yang paling gres, terima suap dari Bank Indonesia. Gitu kok jadi wakil Rakyat! Sekedar info kesukaan boros dilakukan juga oleh para pejabat kita. Kalo bepergian ke luar negeri dibawanya semua keluarga. Anak, cucu, paman, wartawan….semuanya. Sampai kayak naik len dalam pesawat. Sesak dan padat! Nggak masuk akal khan, rakyat lihat kayak gitu kok diem aja? Ya itu tadi karena dibodohin, atau dibuat masa bodoh.
Cukup dengan bilang, rakyat itu harus dibimbing itu sudah bagian dari kerja kolonial. Difikirnya rakyat itu buta dan bebal. Pengenya rakyat itu diem, sabar dan tidak suka protes. Asal U tahu aja, ini idam-idaman aparat colonial, tapi kalau untuk masa sekarang..? kritisi dengan analisa lho.OK. Tentu. Camkan dalam otak u bror..! Udah ya, samapi disini dulu, gue udah lapar nich, mau ke Bu Sulis cari makan dulu, ingat Bu sulis itu bukan aktifis pergerakan, dia penjual nasi pecel samping stkip pgri jombang. O..yo brur, aku mohon doa restunya ya, dalam sayembara sastra DKJ, semoga Novel-ku(temanya tentang perjuangan akan nasib orang desa yang ingin merubah pola pikir) masuk dalam seleksi, itupun kalau Pak Sunu mempersilahkan saya untuk mengikutkan(sekarang masih dikoreksi Pak Sunu), masalahnya untuk Diksinya terlalu katrok’’menurutku. Untung2 buat pembelajaran lah, antara teori dan penerapan biar bisa korelasi(q khawatir kalau orang bicara muluk2 ttg teori!. Karena teori bisa juga menjadi racun, dalam hal ini membatasi arah gerak kita. PASTI ITU, coba u analisa..!).... Trimakasih.PEACE