BROSUR PMC Cell - Klik Gambar di Bawah Ini

BROSUR PMC Cell - Klik Gambar di Bawah Ini
PMC Cell - Master Pulsa Electric

Menggapai Kemuliaan Muslimah dengan Bimbingan Salaful Ummah

Senin, 14 April 2008

Tragedi Gembok



Di Malang, Jawa Timur, panti pijat memberlakukan karyawan wanitanya untuk mengenakan celana khusus dengan pengaman berupa gembok. Tapi di Jakarta, hal itu dianggap melecehkan kaum hawa.

KANG Brodin bingung mendengar berita di televisi yang menyatakan menolak pemberian gembok pada celana khusus bagi para karyawan panti pijat. Padahal itu sudah dilakukan beberapa tahun yang lalu. Penolakan itu mencuat saat Pemkab Malang berencana memberlakukan peraturan pemakaian gembok pada panti pijat, setelah mengetahui efektifitas gembok tersebut untuk menghindari pelecehan pada wanita.

Karena tidak menemui jawaban, ia pun mendatangi tempat berkumpulnya teman-temannya di warung Mbok Darmi. Ternyata di sana pun ia hanya mendapati Mbok Darmi seorang diri yang sedang melamun.


“Assalamu’alaikum…..!!!,” Kang Brodin menyapa Mbok Darmi.

”Waalaikumsalam!! Eh.... Kang Brodin. Tumben pagi-pagi sudah nongol?,” jawab Mbok Darmi.

”Iya Mbok, daripada bengong di rumah. Tolong buatkan kopi Mbok,” pesannya.

”Baik Kang, sebentar ya....,” bergegas Mbok Darmi bangkit dari duduknya dan menuju ke belakang untuk membuatkan secarngkir kopi.

”Kang aku heran lho melihat berita di televisi,” kata Mbok Darmi sambil mengaduk kopi.

”Heran gimana Mbok?,”

”Masak pemakaian gembok pada tukang pijat dipersoalkan, padahal itu khan untuk keselamatan dan mengurangi prostitusi. Bahkan para pejabat di Jakarta, baik yang laki-laki maupun yang perempuan menyatakan itu pelecehan terhadap wanita,”

”Nah.... ini yang tadi juga aku pikirkan. Karena tadi nggak ada yang tak ajak mikir, lalu aku ke warung si Mbok!,” terang Kang Brodin.

Sejenak perbincangan mereka terhenti, karena ada orang yang mampir ke warung si mbok.

”Assalamu’alaikum.....!!!,” kata orang itu mengucap salam.

”Waalaikumsalam,” jawab Kang Brodin dan Mbok Darmi bersamaan.

”Eh... ternyata sudah ada Kang Brodin di sini,” saut orang yang baru datang.

”O...a...lah..... kamu toh Cak, tak kira siapa?,” ujar Kang Brodin pada tamu yang datang ke warung Mbok Darmi. Ternyata yang datang Cak Hasan yang biasanya memberikan ’fatwa’ terhadap permasalah yang menjadi bahan diskusi si warung itu.

”Kok terlihat tegang, emang apa yang sedang jadi perbincangan kalian?,” tanya Cak Hasan.

”Gini lho Cak, masak panti pijat yang mengharuskan karyawannya memakai gembok pada celana khusus dipersoalkan? Apalagi dianggap melecehkan wanita? Apa ini dunia nggak terbalik,” jelas Mbok Darmi.

”Oh... itu toh persoalannya. Itu khan anggapan mereka. Jadi, anggap saja pemimpin kita yang tidak tahu malu, tidak punya moral, dan lainnya,” tegas Cak Hasan.

”Lho... lho... kok gitu toh Cak, jangan kasar-kasar nanti dituntut seperti yang dialami group musik Slank lho!,” kata Mbok Darmi mewanti-wanti.

”Lha gimana lagi Mbok? Masak mau melindungi kehormatan wanita malah disalahkan. Malah adalagi himbauan jika berhubungan badan dengan bukan pasangan resmi disediakan alat pengaman (baca: kondom). Apa itu bukan lebih melecehkan wanita? Apa itu bukan berarti meyetujui wanita hanya sebagai pemuas nasfu belaka?,”

”Sabar Cak! Sabar Cak! Iki diskusi apa ngajak berantem sih?,” kata Mbok Darmi.

”Bener apa yang dikatakan Cak Hasan, Mbok. Berarti mereka yang menyatakan itu pelecehan, mereka sebenarnya tidak memiliki moral. Buktinya, di televisi beberapa waktu yang lalu saja diberitakan, sudah pakai gembok saja ada yang berusaha merobek celana yang didesain khusus itu. Tidak hanya itu, ada juga yang membuat duplikat kunci. Lha bagaimana kalau tidak pakai gembok? Pasti wanita itu sudah jadi ’mangsa’ laki-laki yang mencari kesenangan semata,” terang Kang Brodin.

”Makanya prostitusi di Indonesia tidak dapat dilibas, tidak dapat ditutup. Lha wong pemimpinnya saja tidak setuju pada orang yang berbuat baik. Padahal wanita yang memakai gembok juga enjoy saja dengan gembok itu. Bahkan mereka banyak yang setuju karena dapat menghindari tangan-tangan nakal para lelaki iseng,” lanjut Cak Hasan.

Cak Hasan terus saja menerangkan segi negatif dan positifnya. Setelah itu Mbok Darmi berkata, ”Kalau begitu lebih banyak manfaatnya daripada segi negatifnya. Segi negatifnya, paling-paling pelanggan yang ke panti pijat hanya iseng semata sudah tidak datang”.

“Tapi wanita pemijatnya khan dapat lebih konsentrasi dan tanpa khawatir digoda atau diajak yang nggak-nggak,” tambah Kang Brodin.

“Ada lagi,” lanjut Cak Hasan.

”Apa itu?,” tanya mereka bersamaan.

”Buatkan aku kopi dulu, baru tak lanjutkan,” kata Cak Hasan membuat penasaran keduanya.

”Iya dech tunggu bentar,” saut Mbok Darmi sambil bergegas membuatkan kopi Cak Hasan. Setelah selesai, segera memberikannya pada Cak Hasan.

”Ini kopinya,” katanya.

”Iya Mbok, makasih ya,”

”Terus lanjutkan!,” pinta Mbok Darmi nggak sabar.

”Sabar dong, ini juga mau ngopi dulu. Uuuupppppsssshhh accch!!!,” Cak Hasan nyruput kopi pesanannya.

”Gini lho, ada satu bukti lagi. Pada berita di televisi beberapa waktu yang lalu, ternyata ada anggota DPR yang tertangkap diduga menerima suap. Anehnya lagi, saat ditangkap, anggota DPR itu ditemani wanita, yang dalam berita itu diduga seorang PSK,” terangnya.

“Ha.... yang Cak Hasan katakan itu benar toh?,” tanya si mbok keheranan.

“Lho lha iya toh, wong itu juga ditayangkan di televisi. Bahkan di koran juga ditulis. Malah yang anggota DPR itu juga suami dari salah satu penyanyi dangdut terkenal di negeri ini,” lanjutnya.

“Wah... wah... wah... ini bisa bahaya. Jangan-jangan pejabat yang melakukan rapat atau kunker ke luar daerah juga ada yang melakukan seperti itu. Ingin bersenang-senang dengan PSK dengan mencari lokasi di luar daerahnya?,” kata Kang Brodin.

“Jangan gitu dong Kang. Meski demikian, tidak semuanya khan wakil kita yang duduk di kursi empuk demikian. Ya moga-moga yang baik lebih banyak daripada yang tidak,” kata Cak Hasan bijaksana. ***