Membongkar Kejahatan AS Merusak Kesehatan Manusia
Minggu, 15 November 2009 yang lalu, digelar seminar bertajuk “Problematika Dunia Kesehatan”. Seminar yang diselenggarakan oleh pengobatan herbal Naturaid Centre kerjasama dengan Pemuda Muhammadiyah ini menampilkan Jerry D Gray, Penulis dan Peneliti dari alumni AU USA. Dihadapan ratusan peserta yang datang dari berbagai daerah di Jatim ini, penulis buku Deadly Mist membeberkan kejahatan AS dalam bidang kesehatan berikut ini :
Flu Burung :
Avian Influenza (flu unggas), biasa dikenal dengan flu burung adalah salah satu virus flu yang paling aneh yang pernah saya tahu atau dengar sepanjang hidup saya. Saya tidak pernah mengetahui adanya suatu virus yang sangat selektif, ia mampu terbang ratusan mil melewati jutaan manusia yang dapat ia tularkan, hanya untuk menularkan pada dua atau tiga orang dan kemudian terbang kembali beberapa ratus mil lagi untuk memangsa korbannya yang lain.
Bahkan media internasional melewatkan berita utama –seperti wabah sebagaimana dibahas di bawah ini – dan memberikan prioritas lebih kepada satu atau dua kasus flu burung. Sebagai seorang jurnalis, saya merasa ini sebagai suatu keanehan.
· Selama bulan Januari tahun (2007) saja, lebih dari 4.800 orang Indonesia terinfeksi oleh demam berdarah dan 75 meninggal dunia.
· Selama tahun 2006, lebih dari 350.000 orang terinfeksi dan sedikitnya 1.500 meninggal dunia karena demam berdarah di seluruh asia.
· Selama setengah tahun pertama tahun 2007 di seluruh Indonesia, tercatat lebih dari 100.000 kasus demam berdarah membunuh 1.100 orang. Pejabat Kesehatan di Jakarta percaya bahwa angka ini akan naik hingga 200.000 pada akhir tahun, bandingkan dengan 114.000 orang yang terinfeksi di tahun 2006. liputan berita internasional mengenai epidemi ini sangat minim. (Catatan kaki 2).
· Ini adalah epidemi yang sangat serius, namun sangat kecil sekali liputannya oleh agen berita internasional. Ketika satu atau dua kasus flu burung diangkat ke permukaan, hal ini secara otomatis menjadi berita utama selama dua atau tiga minggu. Ini sangat tidak lazim. Sepertinya ada suatu hubungan antara flu burung dan media internasional. Saya ingin tahu kira-kira hubungan apa itu ?
Sebelum saya memulai bab ini, saya ingin menjalaskan bahwa saya bukanlah seorang dokter, komentar-komentar dan kesimpulan- kesimpulan saya didasarkan pada bukti-bukti yang ada, pengakuan- pengakuan, pertimbangan- pertimbangan deduktif, logika dan common sense. Dalam banyak hal didalam buku ini, saya yakin kita akan membuat kesimpulan yang sama.
Untuk alasan logis apa pemerintah AS memaksa dan mengancam Indonesia untuk membeli kaki ayam dari mereka ? Mengapa epidemi flu burung dimulai tidak berapa lama setelah pemerintah Indonesia menolak untuk mengimpor kaki ayam dari Amerika Serikat? Ratusan ribu ayam dipotong di Indonesia, sehingga mengalahkan persaingan ayam AS. Saya pribadi merasa ini sesuatu yang aneh.
12 Oktober 2005, Asia Pulse melaporkan bahwa Menteri Pertanian Indonesia Bapak Anton Aprijantono telah menolak pernyataan bahwa pemerintah berencana untuk mengizinkan impor potongan kaki ayam dari negara-negara Amerika dan Eropa. Pak Anton mengatakan, “Rumor yang mengatakan Bahwa Indonesia akan melakukan impor potongan kaki ayam sama sekali tidak memiliki dasar, dan kami akan menolaknya jika kami menerima permintaan dari sekelompok tertentu”. Ia menambahkan bahwa rumor mengenai Indonesia akan mengimpor potongan kaki ayam memang banyak sekali. Selanjutnya ia menjelaskan bahwa ia tidak mengharapkan potongan kaki ayam diimpor, karena presiden sama sekali tidak membahasnya.
Bapak Menteri Anton Aprijantono menjelaskan “Sungguh, kami tidak akan mengimpor potongan kaki ayam, karena produksi domestik kami cukup untuk memenuhi permintaan pasar.” “Bahkan ada tendensi produksi nasional akan berlebih dikarenakan adanya (flu unggas) dan kenaika harga minyak yang lebih dari 100%.
Alasan mengapa Menteri Pertanian menolak untuk mengimpor potongan kaki ayam adalah karena ketidakyakinan apakah ayam-ayam yang dipotong di negara-negara Amerika dan Eropa dikelola dengan cara yang tidak bertentangan dengan hukum Islam.
“Mengelola pemotongan ayam berdasarkan hukum Islam atau tidak adalah isu yang sangat sensitif bagi peternak ayam lokal dan Muslim Indonesia.”. Ia juga mengatakan bahwa para peternak ayam unggas sedang berusaha keras untuk bangkit setelah serangan flu burung. “Jika potongan kaki ayam impor tiba di Indonesia, kondisi para peternak ayam kami akan menjadi semakin parah”.
Bukanlah ini apa yang sebenarnya ingin di capai oleh Tatanan Dunia Baru rekayasa AS. Pertama mereka menghancurkan bisnis anda (industri ayam, flu burung) kemudian mereka menyuplai anda dengan ayam-ayam mereka yang sangat mungkin merupakan hasil produk genetik sehingga menimbulkan efek terhadap kondisi kesehatan anda secara keseluruhan. Jika misalnya, Indonesia tidak mengikuti rekomendasi yang penuh tekanan dari pemerintah AS, maka mereka akan menghentikan pengiriman ayam-ayam ini (dan mungkin produk-produk lainnya) sehingga menaikkan harga lokal dan menghasilkan krisis karena kurangnya suplai ayam, suplai yang sekarang mereka (USA) kendalikan. Menteri Pertanian sangat bijaksana dengan menolak untuk mengimpor potongan kaki ayam dari Amerika Serikat. Saya sangat ingin tahu siapa yang sebenarnya mengendalikan ekspor potongan kaki ayam di Amerika Serikat.
Pada 5 Mei 2008, sekelompok dokter yang berpengaruh telah membuat suatu draf yang mengejutkan mengenai daftar rekomendasi untuk menentukan pasien mana yang dibiarkan untuk meninggal dunia selama pandemi flu burung atau bencana lainnya. Catatan daftar yang disarankan tersebut dihimpun oleh militer, Departemen Keamanan Dalam Negeri, Pusat Pengendalian dan Pencegahan penyakit, Departemen Kesehatan, Departemen Pemerintah, dan kelompok-kelompok medis. “Sebagai persiapan, rumah sakit- rumah sakit harus menunjuk tim triage dengan tugas seperti Tuhan yang menentukan siapa yang akan dan tidak akan mendapat perawatan yang dapat menyelamatkan jiwanya,” kata salah satu anggota tim.
Menteri Kesehatan Siti Fadillah Supari menuduh World Health Organization (WHO) dan Amerika Serikat melakukan konspirasi dalam pengumpulan sample virus flu burung dan produksi vaksin-vaksinnya.
“Saya tidak membuat-buat cerita. Saya mendasarkan buku saya dari pengalaman saya sendiri. Ada bukti-bukti yang nyata mengenai hal ini,” Siti Fadillah Supari mengatakannya dalam suatu diskusi mengenai buku barunya yang baru beredar Saatnya Dunia Berubah, Tangan Tuhan di balik Flu Burung.
“Saya katakan pada WHO bahwa mekanisme mereka dalam mengumpulkan virus-virus dari negara-negara berkembang sangat tidak adil. Cara yang sama sebuah negara imprialis memperlakukan koloninya”.
Pada saat itu, katanya, pertanyaannya membuat Amerika Serikat marah dan ia kemudian menyampaikan kecurigaannya atas “konspirasi antara WHO dengan negara superpower.”
Ibu Siti (Menteri Kesehatan Indonesia) menolak cara diplomatik untuk mengurangi ketegangan yang terjadi antara Indonesia dan WHO. “Diplomasi di mata negara-negara superpower, berarti kita harus melakukan apa yang mereka ingin kita lakukan.”
Ibu Siti Fadillah Supari selanjutnya marah ketika mengetahui bahwa sample flu burung yang ia kirimkan digunakan secara eksklusif oleh 15 orang ilmuwan di Laboratorium Amerika Serikat di Los Alamos.
Seorang peneliti biodefense di Kementrian Pertahanan, Isro Samiharjo, mengatakan kepada para tamu bahwa Pemerintah AS menggunakan Los Alamos untuk mengembangkan senjata biologi (ini benar!).
Menteri Kesehatan Indonesia (Siti Fadillah Supari) adalah seorang wanita pemberani karena telah melawan WHO dan Amerika Serikat. Dunia memerlukan banyak orang sepertinya di posisi-posisi yang berpengaruh untuk melayani dan melindungi mereka yang tidak bersalah dari mereka-mereka yang hanya peduli atas keuntungan dan ambisi rasis. Menteri Kesehatan Indonesia berdiri tegak untuk negara demi negaranya dan kemanusiaannya, dengan tanpa peduli atas dampak negatif terhadap dirinya dan kariernya. Dia melakukan semua ini untuk rakyat Indonesia, dia melakukan semua ini untuk warga dunia. Di mata saya beliau adalah pahlawan bagi seluruh warga Indonesia. Semoga Allah mengaruniai Indonesia dengan orang-orang seperti beliau.
Reaturs
Laboratorium Media Angkatan Laut AS (NAMRU) “tidak transparan” dalam operasinya
(Mei 07, 2008)
“Kami tidak tahu apa yang terjadi dengan virus-virus flu burung yang kita kirimkan.”
(Menteri Kesehatan Indonesia, Siti Fadillah Supari)
“Indonesia berusaha untuk membela kepentingan negara-negara miskin dengan menolak untuk berbagi sample virus flu burung dengan Negara Barat dan terkunci dalam kesalahfahaman budaya atas isu tersebut”. Menteri Kesehatan mengungkapkannya pada hari Rabu. Siti Fadillah Supari lebih lanjut mengatakan dalam wawancaranya, bahwa laboratorium Media Angkatan Laut AS (NAMRU) yang berada di Indonesia untuk melakukan penelitian atas penyakit-penyakit tropis sama sekali tidak memberikan keuntungan apapun pada negara tuan rumah, dan tidak transparan dalam operasinya. Menteri mengatakan bahwa Laboratorium Media Angkatan Laut AS di Jakarta telah menerima sample virus dari seluruh bagian Indonesia, tetapi sekarang sudah dihentikan. “Kami tidak tahu apa yang terjadi dengan virus-virus yang kami kirimkan itu.”
OBAT FLU BURUNG RACUN BAGI REMAJA
Pada 13 Mei 2008, kecemasan timbul terhadap efek samping dari obat flu burung Tamiflu terhadap remaja. Tamiflu adalah anti virus untuk influenza umum A dan B yang dibuat oleh Hoffman La Roche’s di Swiss, tetapi digunakan juga untuk melawan flu burung. Walau demikian, kekhawatiran telah muncul tentang kemungkinan obat tersebut menimbulkan kerusakan mental bagi remaja. Walaupun obat ini menjadi satu-satunya obat yang terakreditasi oleh WHO (World Health Organization) sebagai obat efektif melawan virus H5N1, Pemerintah Jepang dan Korea melarang obat tersebut diberikan kepada remaja.
Badan Makanan dan Obat-obatan Korea mengumumkan bahwa obat tersebut tidak diperkenankan untuk diberikan kepada para remaja antara 10 hingga 19 tahun, kecuali dalan kondisi yang sangat mendesak. Keputusan Pemerintah ini dikeluarkan setelah Badan Kesehatan Jepang melarang obat ini diberikan kepada para remaja pada bulan Maret 2007.
“Sepertinya rekan-rekan keluarga Bush menerima banyak kontrak yang menguntungkan, terima kasih pada flu burung. Apakah ini suatu kebetulan ? Apakah flu burung diciptakan sebagai alat untuk mengendalikan populasi, dan sekaligus membuat perusahaan-perusahaan farmasi “tertentu” menjadi semakin kaya ?
Sejak saat itu, ada 1.268 kasus perilaku luar biasa yang dilaporkan, dan 85% adalah remaja. Mereka dilaporkan melakukan bunuh diri dengan cara melompat dari gedung-gedung atau mobil.
Pada 19 Mei 2008, GlaxoSmith Kline Plc, Produsen obat-obatan terbesar di Eropa, memenangkan izin untuk menjual vaksin flu pra-pandemi yang bernama Prepandix, terjual di 29 negara untuk melindungi rakyatnya dari virus sebelum atau pada awal pandemi.
Peringatan para Ilmuwan terhadap Epidemi Flu Burung
(27 Mei 2008)
Para ilmuwan memperingatkan pada hari senin bahwa keturunan flu burung telah maju mendekati pengembangan ciri-ciri yang dibutuhkan untuk menciptakan suatu epidemi di kalangan manusia. Para peneliti yang menganalisa sample virus yang bernama H7N2 yang dapat beradaptasi lebih baik pada mamalia hidup.
Para ilmuwan mengidentifikasi turunan kedua H7 yang dapat menimbulkan Pandemi
(27 Mei 2008)
Menurut para ilmuwan Amerika, Flu burung turunan H5N1 sejauh yang ini telah membunuh 241 orang bukan satu-satunya yang dapat menciptakan pandemi. Para ilmuwan telah menemukan bahwa beberapa turunan H7 sudah mulai berevolusi menjadi turunan yang dapat secara mudah menginfeksi manusia.
Dari contoh diatas, dapatkah anda melihat bagaimana para master manipulasi pikiran melalui media berusaha menakut-nakuti setengah penduduk dunia ? Begitu orang-orang mulai menanggapi epidemi flu burung dengan seksama, mereka akan mulai membeli obat-obatan flu burung untuk memproteksi diri. Ini sangat manusiawi. Sifat manusia adalah mereka takut mati dan akan melakukan apapun untuk melindungi diri mereka. Sehingga dalam kasus ini, mereka akan melakukan vaksinasi dan membeli banyak obat-obatan sebagai usaha preventif, tanpa menyadari anak-anak remaja akan berakhir melakukan bunuh diri karena efek samping dari tamiflu. Sementara perusahaan- perusahaan farmasi “besar” menciptakan jutaan dolar. Disamping potensi berbahaya dari efek sampingnya, tamiflu belum pernah terbukti efektif melawan flu burung, hanya WHO yang menyatakan demikian, walaupun bukti-bukti menunjukkan sebaliknya.
Flu Burung Lebih Mematikan Daripada 10 Bom Hidrogen
(31 Mei 2008)
Para ilmuwan mengkhawatirkan sifat alami penyakit ini (influenza burung), setelah menjadi pandemi, dapat lebih mematikan daripada sepuluh bom hidrogen.
Ini lagi sebuah contoh teror media yang sempurna. Judul berita ini jelas menyatakan bahwa flu burung, begitu ia menjadi epidemi, akan menimbulkan kerusakan lebih dahsyat dari 10 bom hidrogen. Ini sepenuhnya merupakan spekulasi tidak berdasar fakta (sebuah kampanye untuk membuat orang takut). Jika anda meledakkan bom hidrogen di New York, kerusakannya tentu sangat parah, tetapi jika bom tersebut diledakkan di Kutub Utara, hampir tidak akan ada korbannya. Contoh yang sama mungkin dapat diterapkan terhadap flu burung, jika virus tersebut benar-benar bermutasi menjadi virus yang mematikan seperti yang digembar-gemborkan oleh WHO dan media internasional pada dunia (dan mengingatkannya pada kita setiap hari sepanjang tahun), dan lokasinya terpencil dan terisolasi, maka kerusakan yang akan ditimbulkannya tentu juga minimal.
Petunjuk-petunjuknya sangat mengerikan, yaitu jika anda telah membaca enam bab pertama dari buku ini, anda akan melihat suatu pola mulai terbentuk. Ada beberapa kasus flu burung yang dilaporkan secara besar-besaran oleh media diseluruh dunia dengan disertai peringatan- peringatan oleh WHO mengenai kemungkinan akan terjadinya epidemi global. Dengan yang sebenarnya, dan mereka mengikuti langkah-langkah pencegahan yang direkomendasikan oleh pemerintah mereka dan WHO. Vaksin diproduksi secara massal oleh perusahaan- perusahaan farmasi (pilihan) yang biasanya memiliki ikatan dengan nazi Jerman, keluarga Bush, dan teman-teman mereka.
Uang kita kemudian terperas habis, suatu epidemi yang kekuatannya tak terbayangkan benar-benar terjadi, (makin sedikit manusia), orang-orang non kulit putih, orang-orang dengan penyakit, dan orang-orang yang melawan Tatanan Dunia Baru terbunuh. (Lady Diana secara luas mengumumkan posisinya yang menentang Tatanan Dunia Baru, dan ia kemudian tewas dua minggu kemudian). Dengan setengah penduduk dunia dalam keadaan sakit atau sekarat, Tatanan Dunia Baru akan dapat bergerak dengan lebih bebas mengatur planet ini. Mereka benar-benar ada dan kita harus menanggapi hal ini dengan serius, sebelum semuanya terlambat. (bersambung)