BROSUR PMC Cell - Klik Gambar di Bawah Ini

BROSUR PMC Cell - Klik Gambar di Bawah Ini
PMC Cell - Master Pulsa Electric

Menggapai Kemuliaan Muslimah dengan Bimbingan Salaful Ummah

Rabu, 30 Desember 2009

Gus Dur Wafat

KOMUNITAS PENULIS JOMBANG
[K P J]

Mengucapkan
Innalillahi wainna ilaihi rojiun,
Turut Berduka Atas Meninggalnya

KH. Abdurrahman Wachid
(Gus Dur)


di RSCM Jakarta
Rabu, 30 Desember 2009 Jam 18.45 WIB
Semoga amal ibadahnya diterima di sisi Allah SWT dan Segala Kesalahannya diampuni Allah SWT

Kamis, 17 Desember 2009

Upin-Ipin, Ide Kreatif Berdampak Positif

Jika selama ini anak-anak kita disuguhi dengan tayangan yang penuh dengan adegan kekerasan, berbau pornografi semacam Power Ranger, Boneka Shin Chan, dan sejenisnya. Kini tampil si tengah-tengah kita kelucuan yang sekaligus mendidik, Upin dan Ipin. Kartun ini, bisa jadi akan menggeser 'kartun' asal Indonesia Si-Unyil. Padahal, jika dilihat, hampir sama.

Meski produk tersebut berasal dari tangan-tangan kreatif negeri Jiran, Malaysia tapi patut dijadikan tontonan bagi anak-anak di Indonesia. Tidak hanya pesan-pesan religius yang ditonjolkan di sini. Padahal, sebelum Upin dan Ipin muncul, Indonesia telah terlebih dahulu memiliki film sejenis, yakni Si Unyil. Sayangnya, film yang sempat mendapat tempat di hati masyarakat Indonesia, saat masih tayang di TVRI itu, tidak dikelola dengan baik.

Artinya, dari segi setting dan sejenisnya monoton. Seandainya film itu dikemas dalam kepingan VCD pasti masih mendapat tempat. Karena saat ini, orang tua sudah mulai memikirkan tayangan yang pas dan cocok dengan usia mereka, sehingga tidak terjebak pada film-film yang mengumbar kekerasan yang ujung-ujungnya anak melakukan 'perlawanan' terhadap apa yang dikatakan orang tua.

Disinilah, siapa yang sedang berkecimpung di film tersebut diharapkan dapat memberikan muatan-muatan yang mendidik dan dikemas dengan kondisi yang terjadi saat ini. Harapannya anak tidak bosan dan dapat menerima apa yang dimaksud dalam cerita tersebut. Jika tidak, maka anak-anak yang sebagai generasi penerus akan 'dicekoki' dengan tayangan-tayangan yang berbau pornografi dan tayangan kekerasan setiap jamnya.

Ini merupakan tantangan dari produser untuk lebih kreatif lagi dalam membuat suatu tayangan yang berbasis anak-anak, yang sekaligus menggabungkan antara kesenangan, pendidikan, hiburan, dan pesan-pesan moral yang ada dalam setiap episode-nya.

Rabu, 16 Desember 2009

Membongkar Kejahatan AS (4)


ANTHRAX JUGA BUATAN AS


Mau tahu “penyakit” apa saja yang diciptakan Amerika ? Ternyata, penyakit anthrax untuk sapi yang bisa menewaskan manusia juga hasil pengembangan AS. Bahkan termasuk penyakit syphilis, Jerry D Gray, berikut lanjutan tulisan tersebut.


Pada Awal 1940-an

Amerika Serikat dan Inggris mulai melakukan kerjasama dalam pengembangan “Bom Anthrax” yang mereka rencanakan untuk dijatuhkan di kota-kota di Jerman. Target potensial termasuk juga Berlin, Hamburg, Frankfurt, Aachen dan Wilhelmshafen.


Karena Jerman menyerah sebelum bom-bom anthrax ini diuji pada penduduk Jerman, (target non militer) bom biologis itu kemudian dijatuhkan di pedesaan Gurnard, sebuah pulau di sebelah barat laut Skotlandia. Sebagian besar sapi dan penduduk desa mengidap penyakit parah dan kemudian tewas, dan pulau tersebut tak berpenghuni hingga lebih dari 45 tahun.


Saya merasa bahwa bom-bom tersebut secara khusus diciptakan untuk musuh (Jerman). Jenis manusia seperti apakah yang ingin menghapuskan seluruh penduduk hanya untuk mencoba sejenis bom di akhir perang dunia kedua? Jawabannya sangat mudah. Pemerintah Amerika Serikat dan Inggris pada saat itu jelas bukanlah manusia.


Apakah Anda sudah mulai mendapatkan gambaran yang jelas? Pemimpin kita, yang telah kita pilih untuk menduduki jabatan itu, bukanlah manusia dan tidak memiliki perhatian terhadap kehidupan manusia, hanya bibir mereka yang mengatakan bahwa mereka peduli, sementara tindakan mereka memperlihatkan hal yang berbeda.

Pada akhir masa Perang Dunia II, Amerika Serikat mempekerjakan ratusan dokter-dokter Nazi dan Jepang yang telah melakukan eksperimen-eksperimen yang sadistis dan tidak manusiawi terhadap para tahanan perang. Tentara Amerika adalah diantara yang menjadi korban eksperimen mereka.


Salah satu dokter sadis yang telah melakukan berbagai kejahatan terhadap manusia melalui eksperimen-eksperimennya adalah Direktur Angkatan Bersenjata Kerajaan Jepang unit perang-biologi, Dr. Ishii. Dokter inilah yang memerintahkan penggunaan agen-agen kimia dan biologi terhadap tahanan perang tentara Amerika, Inggris, Australia, Rusia, dan Cina.


Ishii bereksperimen dengan syphilis, typhoid-laced tomatoes, tetanus, plague-infected fleas, selain juga bom-bom bibit penyakit yang dijatuhkan ke penduduk sipil dan tahanan yang diikat telanjang di tiang kayu. Mereka yang mampu bertahan dari eksperimen ini kemudian dibedah untuk diteliti tanpa anestesi, oleh Dr. Shiro Ishii yang kejam dan tak berperikemanusiaan. Angkatan Bersenjata Amerika Serikat dengan semangat mengangkatnya sebagai stafnya.


Pemerintah Amerika Serikat sangat puas menggunakan keahlian Dr. Shiro. Suatu perjanjian kemudian disusun oleh Jenderal Douglas Macarthur. Ishii kemudian menjadi dosen undangan di Angkatan Darat Amerika Serikat di Pusat Senjata-Biologi di Frederick Maryland Amerika Serikat. Angkatan Darat Amerika Serikat juga mendapat lebih dari 10.000 halaman “hasil penemuan” Ishii. Bukan suatu perjanjian yang buruk bagi seorang penjahat perang. Bergabung dengan lembaga penelitian rahasia Pemerintah Amerika Serikat, dibayar mahal, dan hidup dengan tenang tanpa harus khawatir akan disidangkan sebagai penjahat perang. [bersambung]

Selasa, 15 Desember 2009

Prita - Sang Pahlawan Keadilan Pendobrak Kebobrokan

Sungguh sangat tragis kondisi moral bangsa ini, bagaimana tidak, hanya gara-gara 'curhat' lewat dunia maya harus menanggung denda Rp 204 juta. Ini yang lagi 'mendem' yang minta denda atau pengadilan yang memutuskannya?

Prita Mulyasari, sekarang bak selebriti, hampir tiap hari muncul di layar televisi kemudian menghiasi berbagai media cetak. Padahal, sebelumnya, tidak ada yang kenal dirinya, kecuali kerabat dan teman dekatnya. Tapi kini, dalam sekejap, gara-gara email senilai Rp 204 juta, hampir seluruh dunia mengetahuinya.

Perjuangan sosok Prita, yang hanya seorang wanita biasa ini patut mendapatkan julukan 'Pahlawan Keadilan'. Ia mampu 'menyihir' pola pikir masyarakat, menggerakan masyarakat hampir seluruh Indonesia untuk menggumpulkan koin peduli 'nasib' Prita. Jika kita boleh berandai-andai, seandainya tidak ada kasus prita, mungkin tidak ada koin peduli, koin keadilan yang merupakan simbol 'perlawanan' rakyat jelata terhadap ketidakadilan yang dialami rakyat kecil.

Suatu hal yang sangat memalukan kondisi penegak hukum di Indonesia, bahkan lebih tepatnya mencoreng nama lembaga yang selama ini menjadi tempat pencari keadilan. Semuanya seakan telah sirna. Sementara itu, dari pihak RS OMNI pun sudah merasakan perlawanan dari masyarakat yang 'dijajah' haknya dan bersatu melawannya. Sehingga mereka mencabut gugatan perdatanya. Dicabut atau tidak, ini merupakan citra buruk dari RS OMNI itu sendiri. Atau mungkin juga saat ini RS OMNI lagi sepi akibat dari 'luka' yang ditimbulkan oleh ulahnya sendiri, sehingga mereka melakukan pencabutan gugatan perdata tersebut.

Saat ini masyarakat sudah tidak mau dibodohi lagi, rakyat sudah tahu mana yang benar dan mana yang salah. Mana yang harus dibela dan mana yang harus dicerca.

Malu. Itulah mungkin yang dialami RS OMNI International, yang akhirnya kemudian memutuskan untuk mencabut gugatannya. Ia malu, bagaimana dendanya itu hanya dihargai oleh koin-koin yang dikumpulkan -mungkin juga- di pinggir-pinggir jalan.

KOIN MENGHILANG
Entah kebetulan atau tidak, semenjak adanya koin peduli Prita, seakan-akan koin yang beredar di masyarakat semakin sedikit jumlahnya alias menghilang. Bahkan banyak pedagang yang mengeluhkan sulitnya mendapatkan uang recehan (koin) tersebut.

Ini juga bisa jadi akibat adanya aksi besar-besaran untuk menggalang dukungan terhadap nasib Prita Mulyasari dalam bentuk pengumpulan koin peduli. Masyarakat juga mulai berani menyuarakan kebenaran dan keadilan, meski tidak jarang, mereka harus berhadapan dengan 'bogem' mentah dari aparat.

Suara keadilan dari seorang rakyat jelata jelas menunjukkan akan sangat mengerikan jika rakyat kecil secara bersama-sama (bersatu) melawan penegak hukum untuk mendapatkan keadilan yang selama ini jauh dari kehidupan mereka. Contoh kecil beberapa kasus yang membuat kita tertawa geli, seorang koruptor yang telah menghabiskan uang rakyat hukumannya sangat tidak sesuai dengan apa yang diperbuatnya. Belum lagi tempat penahanannya pun 'sangat istimewa'. Tidak jarang mereka masih bisa membawa handphone, atau menikmati berbagai acara di televisi.

tidak demikian dengan nasib rakyat jelata. Gara-gara sebutir buah kakao, mereka berhadapan dengan penegak hukum, kemudian juga gara-gara mengisi batrei handphone yang berada dalam apartemen yang ditempatinya, penghuni ini diteriaki maling.

Ya.... begitulah nasib wong cilik, rakyat jelata, atau apalah namanya, yang pasti keadilan di Indonesia belum dapat dikatakan adil yang sebenarnya. Beberapa diantaranya, keadilan itu milik orang kaya, berduit, mobil mewah, dan sejenisnya.

Senin, 14 Desember 2009

Membongkar Kejahatan AS Dalam Bidang Kesehatan (3)

Dunia Dibohongi Terus-Menerus


Dalam upaya mewujudkan tatanan dunia baru, AS tak segan-segan memusnahkan manusia, tak kecuali penduduknya sendiri. Mengapa ? JERRY D Gray, wartawan, peneliti, penulis buku dan mantan Angkatan Udara AS ini membeberkan dalam sebuah seminar di Naturaid Agrobisnis Centre Jombang, agar kita semua berhati-hati. Berikut ini lanjutan tulisannya :


Banyak korban eksperimen- eksperimen awal senjata biologi di Amerika adalah orang-orang Amerika sendiri (laboratorium kelinci percobaan putih). Korban-korban dari program biologi ini termasuk juga ribuan tentara Amerika yang terkontaminasi lewisite, phosgene, dan bom khlor. Uji coba-uji coba ini berhasil dengan baik dan menimbulkan banyak tentara sakit atau tewas. Sebagai dampak langsung dari hal ini, Angkatan Bersenjata Amerika Serikat dan Inggris antara tahun 1916 dan 1918 telah menggunakan 125.000 ton phosgene, mustard gas, dan khlor dalam proyektil yang digunakan untuk melawan tentara Jerman dan menimbulkan kurang lebih 400.000 tewas.


Inggris dan Amerika Serikat sangat senang menggunakan phosgene, yang memiliki konsentrat yang mematikan 1/8 dari jumlah gas khlor dapat menimbulkan kematian yang hebat. Pertama-tama seorang tentara yang menghirupnya akan batuk beberapa kali, dan kemudian terus tanpa henti. Setelah lebih dari 48 jam, paru-parunya akan mulai pecah dan ia akan menghirup darah dan cairan-cairan tubuhnya sendiri.


Pada Juni 1916, dalam Perang Somme, kekuatan sekutu menggunakan kombinasi gas phosgene dan khlor sepanjang 17 mil (27,3 km) didepan, yang kemudian menyebar sepanjang 12 mil (19,3 km) di belakang garis pertahanan Jerman membunuh semua orang dan semua hal.


Hal yang disukai lainnya adalah gas mustard. Mulanya, gas mustard, akan menimbulkan iritasi kecil pada mata dan tenggorokan korban, yang kemudian bertambah parah disertai rasa sakit yang dahsyat. Gas mustard adalah agen panas yang melepuhkan, dan menimbulkan pendarahan dan luka-luka dikulit juga paru-paru dan mata. Korban akan menjadi buta, dan potongan-potongan besar kulitnya akan berjatuhan.


Sepanjang tahun 1920-an dan 1930-an, Angkatan Bersenjata Amerika Serikat menggunakan gas mustard terhadap laki-laki, perempuan, dan anak-anak di Filipina dan Puerto Rico yang menentang pendudukan Amerika Serikat. Hal ini terbukti merupakan cara yang sangat efektif untuk mengendalikan massa. Semprot para demonstran dengan gas mustard , bunuh mereka semua. Hari berikutnya sudah tidak ada seorangpun yang menentang. Apakah pikiran saya yang sesat, atau hal ini merupakan suatu kasus hak asasi manusia ?


Sejak tahun 1738 hingga 1930-an Amerika Serikat telah menyemprotkan gas dan menyebarkan hampir kepada siapa saja yang mereka tidak sukai, atau yang mereka anggap penting bagi pengembangan program persenjataan biologi dan kimia atas nama ilmu dan agresi. Dunia telah dibohongi terus menerus oleh Amerika Serikat dan sekutunya. “Mengapa anda masih memercayai mereka hingga hari ini?” Tanya Jerry D Gray.


Protokol 1925 (lelucon) disusun untuk melarang penggunaan gas pencekik, beracun, atau lainnya, dan metode-metode perang menggunakan bakteriologi dimaksudkan untuk melindungi kita dari senjata pemusnah massal ini. Tapi kita semua salah…


Pada tahun 1925 pada Konferensi Jenewa bagi Pengawasan Lalu Lintas International atas Senjata (Supervision of the International Traffic in Arms), seperti biasa Amerika Serikat mengambil inisiatif untuk melarang ekspor gas-gas bagi penggunaan dalam peperangan. Atas saran Prancis, diputuskan agar disusun suatu protokol dalam hal dilarangnya penggunaan gas-gas beracun. Dan atas saran Polandia, pelarangan diperluas hingga penggunaan senjata biologi. Ditandatangani pada 17 Juni 1925, Protokol Jenewa menyatakan pelarangan yang sebelumnya tertuang dalam pakta Versailles dan Washington, dan menambah pelarangan dalam hal perang biologi.


Di tahun 1931, Dr. Cornelius Rhoads, seorang agen pemerintah yang dikontrak oleh Rockefeller Institute for Medical Investigation, mulai menginfeksi laki-laki, perempuan, dan anak-anak dengan sel-sel kanker. Berikutnya, sebagai Ketua Divisi Senjata Biologi Angkatan Bersenjata Amerika Serikat, dan juga sebagai anggota Komisi Energi Atom, Rhoads menjalankan percobaan radiasi rahasia yang dilakukan terhadap ribuan warga AS yang tidak dicurigai.


Dalam surat-suratnya untuk Departemen Pertahanan, Rhoads secara gamblang menyebutkan “pembasmian” para pemberontak dengan menggunakan “Bom Kuman”. Pada saat ditanya mengenai penduduk Puerto Rico, Dr. Rhoads menulis, “Yang dibutuhkan kepulauan itu bukanlah pekerjaan bagi kesehatan umum, tetapi sebuah ombak pasang,yang dapat menghabiskan seluruh populasi”.


Dr. Rhoads lebih lanjut mengatakan, “Orang-orang Puerto Rico adalah ras manusia yang paling jorok, paling malas, dan paling berbahaya dan ras pencuri yang pernah hidup dibumi ini. Saya telah melakukan yang terbaik yang saya mampu untuk melakukan proses pemusnahan, dengan melakukan pembunuhan terhadap 8 dan mentransplantasi kanker ke beberapa lagi….Semua ahli kesehatan menerimanya dengan senang hati dalam penyiksaan atas korban yang tak berdaya.” Dr. Rhoads mengklaim telah menginjeksi ratusan orang Puerto Rico dengan sel kanker.


Dr. Rhoads berasosiasi dengan the Rockefeller Institute, sebuah institusi yang dikenal telah memberikan ijinnya untuk melakukan pembunuhan massal terhadap ras-ras non kulit putih, dengan secara sengaja dan sadistis menginjeksi kuman-kuman mematikan. Dia bukan satu-satunya dokter yang berada dalam daftar gaji Rockefeller yang dipertanyakan tujuan dan niatnya.


Pada 1931, Pemerintah Amerika Serikat mulai melakukan eksperimen dengan Siphilis. Korban pertama yang dikenal adalah seorang kulit hitam yang tinggal di Tuskegee, Alabama. Di tahun 1932, dokter-dokter pada Pelayanan Kesehatan Umum tidak melakukan pengobatan terhadap pasien yang terinfeksi dalam rangka mempelajari perkembangan penyakit tersebut pada subjek hidup. Para pasien tidak mengetahui bahwa mereka dijadikan eksperimen pada studi yang diakui secara resmi oleh pemerintah itu. Mereka pikir mereka mendapatkan pengobatan untuk penyakitnya. Padahal, mereka diberi obat-obatan palsu (misalnya gula, baking powder, dsb)

Sepuluh tahun berikutnya, ribuan warga Amerika terekspos berbagai macam agen biologi dan kimia. Ini termasuk 400 tahanan di penjara Chicago pada tahun 1942. mereka semua terinfeksi malaria dalam rangka memperoleh “profil dari penyakit tersebut”.


Pemerintah Amerika Serikat juga memberikan ijin bagi Komisi Energi Amerika untuk secara rahasia menginjeksi pasien-pasien rumah sakit dengan Plutonium agar mendapatkan “profil” efek jangka panjang. Sebagian besar individu ini menjadi sakit parah dan kemudian meninggal. [Bersambung]